Mohon tunggu...
Afida NurulSabilla
Afida NurulSabilla Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Prodi Pendidikan Ipa, Universitas Pancasakti Tegal

Mahasiswa Ipa UPS

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Makanan Bergizi Seimbang Pencegah Stunting

1 Juli 2023   16:06 Diperbarui: 1 Juli 2023   21:05 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Stunting. Sumber: suara.com

Gizi, setiap kali mendengar kata gizi pasti kita terbayang dengan makanan yang sehat dan bermanfaat bagi tubuh kita. Gizi menurut bahasa arab yaitu ghiza yang berarti makanan yang menyehatkan. Gizi merupakan bahan makanan yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk bertahan hidup. Gizi berkaitan dengan konsumsi serat pada pangan. Menurut UNICEF, menjelaskan bahwa Indonesia termasuk negara yang masih terancam keberadaannya dengan tingginya kekurangan dan kelebihan gizi. Kelebihan dan kekurangan pada gizi tidak baik untuk tubuh makhluk hidup.

Salah satu keadaan apabila kekurangan gizi yaitu terkena stunting atau bertubuh pendek. Stunting sering kita temui pada bacaan berita atau kita dengar dari lingkungan sekitar kita. 

Lalu apa si itu stunting? Kenapa stunting dapat mengancam masyarakat Indonesia?. Menurut (Purnaningsih et al., 2023), stunting merupakan suatu permasalahan yang disebabkan karena kurangnya asupan gizi dalam waktu yang lama, infeksi pada tubuh yang terulang-ulang, dan rangsangan psikososial yang tidak dapat memadai 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Indonesia termasuk negara dengan tingkat sanitasi terburuk nomor 2 se dunia. Hal ini mengakibatkan Indonesia menjadi negara dengan tingkat penderita stunting terbanyak se asia tenggara (Herawati et al., 2020).  

Menurut Kementerian Sekretariat Negara RI Sekretariat Wakil Presiden menjelaskan bahwa stunting bukan tergolong penyakit, stunting ini termasuk keadaan dimana tubuh gagal tumbuh karena asupan makanan yang kurang dan terjadi infeksi yang kronis pada masa periode emas atau sekitar sejak dalam kandungan hingga usia 2 tahun.

Stunting dapat terjadi pada anak-anak terutama pada anak di bawah umur 5 tahun (balita). Kriteria anak balita yang terkena stunting yaitu anak yang pertumbuhannya kerdil saat umurnya mencapai 2 tahun, atau dengan anak jenis kelamin sama. Anak balita yang terkena stunting akan berpengaruh pada tubuh mereka, yaitu kurus, tetepi keadaan tubuh sang anak tetap seimbang. 

Anak yang terkena stunting akan mengalami tingkat kecerdasan yang menurun, susah berbicara, sulit belajar, kekebalan tubuh rendah dan mudah terinfeksi atau sakit, berisiko terkena diabetes, hipertensi, dan obesitas saat mereka dewasa. Namun, postur tubuh yang kerdil pada anak tidak semuanya ciri dari stunting. 

Ciri-ciri lainnya bagi anak penderita stunting yaitu terlihat wajah yang lebih muda dari usianya, pertumbuhan gigi yang cukup lambat, terlambat dalam pubertas, pendiam disaat usia 8-10 tahun. Seorang anak yang mengalami stunting dikemudian harinya ketika menjadi seorang ibu hamil akan mengalami anemia dan bayi dalam tubuh beratnya akan rendah (Fitroh & Oktavianingsih, 2020). Anak yang terkena stunting tinggi tubuhnya berada di angka bawah -2 SD (Standar Deviasi).

Stunting dapat menjangkit anak balita dikarenakan oleh 2 faktor, yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung pada penyebab stunting berasal dari dalam diri seperti kekurangan nutrisi pada ibu hamil, prematur, makanan yang tidak optimal, infeksi, dan tidak adanya ASI eksklusif. Menurut WHO, penyebab stunting secara tidak langsung berasal dari layanan kesehatan,, pendidikan, sosial dan budaya, dan kesehatan lingkungan hidup (Ramdhani et al., 2021).  

Faktor lainnya penyebab stunting pada anak balita yaitu kurangnya asupan dari energi protein, MPASI yang rendah, dan imunisasi yang kurang lengkap. Infeksi dapat mengakibatkan stunting karena infeksi dapat menurunkan intake makanan dan menganggu penyerapan zat gizi, dapat menghilangkan zat gizi, dan kebutuhan metabolic akan meningkat (Noorhasanah et al., 2020).

Bahaya stunting pada anak balita akan berpengaruh pada kesehatan tubuh mereka. Dampak yang dihasilkan dari stunting sangatlah mengerikan. Stunting terjadi karena kekurangan nutrisi, apabila kejadian ini dibiarkan dalam waktu lama akan berpengaruh pada fungsi otak secara permanen, menurunnya potensi pertumbuhan fisik, perkembangan saraf yang menurun, meningkatkan penyakit kronis saat dewasa, menurunkan tingkat IQ pada seseorang yang terjangkit stunting (Sumartini & Keb, 2020). Dampak dari stunting pada anak balita apabila sudah kronis maka akan menimbulkan sesak napas, anak tidak aktif bermain, batuk, demam, sering mengalami lemas, tubuh membiru saat menangis, dan pada bayi saat menyusu kurang baik (dr. Pittara, 2022).  

Berdasarkan dampak yang diakibatkan dari stunting, kita perlu melakukan strategi untuk mencegah terjadinya stunting pada anak balita. berbagai strategi perlu kita lakukan untuk mencegah terjadinya stunting dan mengurangi stunting pada anak balita. Strategi dalam mencegah dan mengurangi stunting dapat dilakukan dengan cara mengadakan kegiatan yang berfokus pada penanganan gizi buruk dan kronis balita di daerah pedesaan. 

Selain itu, program kesehatan seperti menyediakan air, bantuan perbaikan gizi perlu diadakan untuk mencegah dan mengurangi stunting. Berkaitan dengan infeksi dengan waktu lama juga perlu diberantasi dengan meningkatkan pemberdayaan keluarga tentang pencegahan infeksi dengan memperbaiki pola makan dan pola kesehatan, serta meningkatkan ketersediaan pangan (Priyono, 2020).

Strategi lainnya dalam mencegah dan mengurangi stunting yaitu dengan memenuhi kebutuhan nutrisi ibu hamil dan menyusi terutama pada zat besi, asam folat, dan yodium, memberikan ASI eksklusif pada bayi, melengkapi pengetahuan dan penerapan MPASI dengan baik, pemberian imunisasi lengkap, dan berperilaku bersih dan sehat. Kegiatan seperti memeriksakan anak ke Posyandu secara runtin juga dapat menjadi strategi orang tua dalam mengurangi dan mencegah terjadinya stunting pada anak. 

Menurut WHO (World Health Organization) dan UNICEF memberikan anjuran kepada masyarakat untuk memberikan MPASI optimal pada bayi usia 6-23 bulan. Pemberian MPASI pada bayi juga perlu diperhatikan. Pada bayi berumur 6-8 bulan sebaiknya diberikan MPASI sekitar 2 kali per hari atau lebih dan  bayi berumur 9-23 bulan diberikan MPASI sekitar 3 kali per hari atau lebih (Setiaputri, 2022). Sekretariat Wakil Presiden juga mengupayakan strategi dalam mencegah dan mengurangi stunting. Upaya yang dilakukan yaitu dengan melakukan pendekatan kepada masyarakat dan mendorong pencegahan stunting melalui 5 pilar .

Pilar yang diupayakan oleh Setwapres mengenai pencegahan stunting terdapat 5 pilar menurut yaitu :

  • Perjanjian dan visi kepemimpinan tertinggi negara;
  • Kampanye nasional dan komunikasi perubahan tata laku;
  • Pemusatan, koordinasi, dan konsolidasi dengan program pusat, daerah, dan desa;
  • Gizi dan pangan;
  • Pengamatan dan evaluasi.

Gambar 2. Makanan Bergizi Sumber: cegahstunting.id/
Gambar 2. Makanan Bergizi Sumber: cegahstunting.id/

Pemberian makanan pada saat pencegahan stunting mempunyai ketentuan dan sebaiknya makanan tersebut mempunyai kandungan minimal 4-7 jenis makanan. Jenis makanan tersebut meliputi serealia atau umbi-umbian, kacang-kacangan, olahan susu, telur, protein lainnya, dan vitamin. Berbagai jenis makanan dapat kita temui di kehidupan sehari-hari untuk mencegah terjadinya stunting. Berikut daftar jenis makanan bergizi untuk mencegah terjadinya stunting menurut (Erilia, 2022) :

Bagi Ibu Hamil

  • Makan Pagi
  • 1 porsi nasi/umbi-umbian (100 gram nasi/135 gram umbi-umbian)
  • 1/2 porsi lauk hewani (45 gram ikan/40 gram ayam)
  • 1/2 porsi lauk nabati (50 gram tempe/100 gram tahu)
  • 1 porsi sayur (mangkuk kecil/100 gram)
  • 1 porsi buah (50 gram pisang/100 gram jeruk manis)
  • Minuman (250 ml susu/air putih)
  • Makan Siang
  • 1 porsi nasi/umbi-umbian (100 gram nasi/135 gram umbi-umbian)
  • 1/2 porsi lauk hewani (45 gram ikan/40 gram ayam)
  • 1/2 porsi lauk nabati (50 gram tempe/100 gram tahu)
  • 2 porsi sayur (mangkuk kecil/100 gram)
  • Minuman (250 ml susu/air putih)
  • Makan Malam
  • 1 porsi nasi/umbi-umbian (100 gram nasi/135 gram umbi-umbian)
  • 1/2 porsi lauk nabati (50 gram tempe/100 gram tahu)
  • 1 porsi sayur (mangkuk kecil/100 gram)
  • 1 porsi buah (50 gram pisang/100 gram jeruk manis)
  • Minuman (250 ml susu/air putih)

Noted : Jenis makanan dapat diubah sesuai dengan keinginan dan kesukaan.

Bagi Bayi

  • Jenis Makanan
  • Umur 0-24 bulan diberi ASI
  • Umur 6-9 bulan diberi MPASI yang dilumatkan
  • Umur 9-12 bulan diberi MPASI yang dilembekkan
  • Umur 12-24 bulan diberi makanan keluarga
  • Porsi Makanan 
  • Umur 6-9 bulan diberi makan sekitar 2-3 kali dengan diselingi ASI (MPASI sebanyak 125 ml sekali makan)
  • Umur 9-12 bulan diberi makan sekitar 3-4 kali dengan diselingi ASI (MPASI sebanyak 125 ml sekali makan)
  • Umur 12-24 bulan diberi makan sekitar 3-4 makanan keluarga dan diberi ASI (porsi makanan sebanyak 3/4 dari 250 ml)

Berbagai strategi dan makanan bergizi untuk penanganan stunting dapat kita lakukan sejak sekarang. Penanganan stunting kita mulai sekarang dengan cara menjalankan hidup sehat dan bersih pada diri sendiri. 

Selain itu, bagi seorang wanita yang nantinya akan menjadi seorang ibu hamil perlu menjalankan kehidupan dengan mengkonsumsi makanan bergizi dan sehat mulai sekarang agar nantinya anak yang mereka lahirkan terbebas dari stunting. Penanganan stunting mulai dari sekarang dapat kita jalankan dengan selalu rutin membawa anak balita ke Posyandu untuk diberikan imunisasi lengkap dan pemeriksaan rutin. 

Selalu memberikan ASI dan MPASI sesuai dengan ketentuan jumlahnya pada anak usia 0-24 bulan. Penanganan stunting kita lakukan mulai dari diri sendiri dan nantinya akan menjalur kepada orang lain. Gerakan penganan stunting untuk kehidupan yang lebih makmur dan sehat. Ayo bersama mencegah dan mengurangi terjadinya Stunting.

DAFTAR PUSTAKA 

Fitroh, S. F., & Oktavianingsih, E. (2020). Peran parenting dalam meningkatkan literasi kesehatan ibu terhadap stunting di Bangkalan Madura. ... Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. https://www.obsesi.or.id/index.php/obsesi/article/view/415

Herawati, H., Anwar, A., & ... (2020). Hubungan sarana sanitasi, perilaku penghuni, dan kebiasaan cuci tangan pakai sabun (CTPS) oleh ibu dengan kejadian pendek (stunting) pada batita usia 6 .... In Jurnal Kesehatan .... repository.unmul.ac.id. https://repository.unmul.ac.id/bitstream/handle/123456789/4127/Hubungan Sarana Sanitasi, Perilaku Penghuni, dan Kebiasaan (CTPS).pdf?sequence=1

Noorhasanah, E., Tauhidah, N. I., & ... (2020). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Tatah Makmur Kabupaten Banjar. Journal of Midwifery and .... https://journal.umbjm.ac.id/index.php/midwiferyandreproduction/article/view/559

Priyono, P. (2020). Strategi Percepatan Penurunan Stunting Perdesaan (Studi Kasus Pendampingan Aksi Cegah Stunting di Desa Banyumundu, Kabupaten Pandeglang). Jurnal Good Governance. https://jurnal.stialan.ac.id/index.php/gg/article/view/198

Purnaningsih, N., Lu, D., Sriyanto, D. F., & Fatimah, F. (2023). Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Stunting di Desa Muncanglarang , Kabupaten Tegal ( Stunting Prevention and Countermeasures in Muncanglarang , Tegal ). 5(April), 128--136.

Ramdhani, A., Handayani, H., & ... (2021). Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian Stunting. ... Nasional LPPM UMP. https://semnaslppm.ump.ac.id/index.php/semnaslppm/article/view/122

Sumartini, S. S. T. E., & Keb, M. (2020). Studi literatur: Dampak stunting terhadap kemampuan kognitif anak. In Jurnal Seminar .... ejurnal.stikesrespati-tsm.ac.id. http://ejurnal.stikesrespati-tsm.ac.id/index.php/semnas/article/download/259/196

dr. Pittara. (2022, Juli 11). https://www.alodokter.com/. Retrieved Juli 1, 2023, from Stunting: https://www.alodokter.com/stunting

Erilia, E. (2022, Januari 2022). https://tirto.id/. Retrieved Juli 1, 2023, from Daftar Makanan Bergizi untuk Cegah Stunting pada Anak: https://tirto.id/daftar-makanan-bergizi-untuk-cegah-stunting-pada-anak-godG

Setiaputri, K. A. (2022, Maret 30). https://hellosehat.com/. Retrieved Juli 1, 2023, from Mengenal Stunting, dari Penyebab hingga Penanganannya: https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/penyakit-pada-anak/stunting/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun