Di ranah manusia, di mana tawa dan tangis beriringan,
Terdapat misteri yang tak terpecahkan, sebuah teka-teki yang membingungkan.
Mereka hadir, raga mereka nyata, senyum mereka menghiasi wajah,
Tatapan mata mereka menyapa, namun hati mereka entah di mana.
Seperti bayangan yang menari di balik tirai,
Mereka hadir, namun tak sepenuhnya nyata,
Seolah terbungkus dalam selubung misteri,
Hati mereka melayang, tak terikat oleh raga.
Kau lihat mereka tertawa, namun di balik tawa itu,
Tersembunyi duka yang tak terucapkan,
Kau lihat mereka tersenyum, namun di balik senyum itu,
Tersembunyi kerinduan yang tak terobati.
Mereka berjalan di bumi, namun pikiran mereka melayang,
Menjelajahi dunia lain, di mana hati mereka bersemayam.
Mereka berbisik, namun kata-kata mereka tak sampai,
Hati mereka terkurung, tak tersentuh oleh dunia.
Seperti burung yang terkurung dalam sangkar emas,
Mereka bebas, namun terkekang oleh batasan,
Mereka memiliki segalanya, namun tak memiliki apa-apa,
Hati mereka terombang-ambing, tak berlabuh di mana pun.
Di tengah keramaian, mereka terasa sepi,
Di tengah kebahagiaan, mereka terasa kosong,
Mereka hidup, namun tak sepenuhnya hidup,
Hati mereka tertinggal, di tempat yang tak terjamah.
Mereka adalah makhluk paradoks,
Hadir namun tak sepenuhnya hadir,
Ada namun tak sepenuhnya ada,
Hati mereka tersembunyi, di balik tabir misteri.
Mereka adalah manusia, dengan segala kerumitannya,
Dengan segala misteri yang tak terpecahkan,
Dengan segala teka-teki yang membingungkan,
Dengan segala paradoks yang tak terjelaskan.
Kau lihat mereka di sekitarmu,
Namun hati mereka entah di mana,
Mereka adalah manusia, dengan segala kerumitannya,
Dengan segala misteri yang tak terpecahkan.
Kendal, 12/09/2024
Afid Alfian A.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H