Mohon tunggu...
Afid Alfian Azzuhuri
Afid Alfian Azzuhuri Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - seorang pelajar - penikmat sastra - suka menulis- pendengar musik berbagai genre - masih manusia

Afid Alfian A | Kendal, Jateng 🏠. | 19 Des 🎂. | Sagitarius♐. | Bocah SMA yang suka mencoba banyak hal | Tolong bantu suport blog saya dengan like, share, dan komen disetiap tulisan-tulisan saya🙏 | ........

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Cerbung: Bab 1 Hutan Terlarang

11 September 2024   08:05 Diperbarui: 11 September 2024   08:08 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Matahari pagi menyinari rimbunnya hutan di pedalaman Kalimantan.  Di sebuah desa kecil bernama Tanjung Harapan, lima sahabat, yaitu Rara, Beni, Maya, Dito, dan Tika, sedang bersiap untuk pergi ke sekolah.  Mereka bersemangat, karena hari ini adalah hari pertama mereka naik kelas.
 
"Hei, teman-teman!  Kalian sudah siap?" tanya Rara, si ketua kelompok yang selalu bersemangat.
 
"Siap!  Siap!  Siap!" jawab teman-temannya serempak.  Mereka berlima selalu bersama, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
 
Namun, hari ini ada yang berbeda.  Di tengah keceriaan mereka, tiba-tiba Pak Ali, kepala desa, memanggil mereka.  "Anak-anak," katanya, "kalian tahu hutan terlarang di balik bukit itu?"
 
"Tahu, Pak," jawab Beni, si pendiam yang paling penakut.
 
"Hutan itu berbahaya.  Banyak cerita tentang makhluk halus yang menghuni hutan itu," tambah Pak Ali.
 
"Tapi, Pak, apa yang terjadi?" tanya Maya, si pendiam yang paling pendiam.
 
"Ada beberapa orang yang hilang di hutan itu.  Mereka tidak pernah ditemukan.  Aku mohon, jangan pernah mendekat ke hutan itu," pesan Pak Ali.
 
"Baik, Pak," jawab anak-anak serempak.  Mereka merasa takut, tapi juga penasaran.  Hutan terlarang itu selalu menjadi misteri di desa mereka.
 
Saat mereka berjalan menuju sekolah, mereka melewati hutan terlarang itu.  "Lihat, Rara!  Ada jejak kaki di tanah!" seru Dito, si penjelajah yang paling berani.
 
"Benar juga!  Jejak kaki siapa ini?" tanya Tika, si pengamat yang paling teliti.
 
"Mungkin jejak kaki hewan," jawab Beni, si pendiam yang paling pendiam.
 
"Atau, mungkin jejak kaki orang yang hilang?" bisik Maya, si pendiam yang paling pendiam.
 
Rara menghela napas.  "Sudahlah, jangan dipikirkan.  Kita harus ke sekolah."
 
Namun, rasa penasaran mereka semakin besar.  Mereka berjanji untuk kembali ke hutan terlarang setelah pulang sekolah.  Mereka ingin mencari tahu siapa yang meninggalkan jejak kaki itu.
 
Bersambung...
 

Kendal, 11/09/2024

Afid Alfian A.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun