Di balik senyum yang terukir,
Tersembunyi tetesan air mata yang tak terhenti.
Di balik raut wajah yang tegar,
Terpendam rasa sakit yang tak terperi.
Menangis, sebuah bahasa universal,
Yang dipahami oleh setiap jiwa.
Tak peduli usia, ras, atau strata,
Air mata mengalir, menyapa hati yang lara.
Bayi yang merengek, menangis karena lapar,
Anak kecil yang terjatuh, menangis karena luka.
Remaja yang patah hati, menangis karena cinta,
Orang tua yang kehilangan, menangis karena duka.
Menangis, bukan tanda kelemahan,
Tapi bukti bahwa hati masih berdenyut.
Menangis, bukan tanda kegagalan,
Tapi bukti bahwa jiwa masih merasakan.
Jangan pernah menghukum air mata,
Jangan pernah melarang hati untuk bersedih.
Biarkan air mata mengalir,
Membersihkan luka dan memulihkan hati yang letih.
Menangis, adalah hak setiap makhluk hidup,
Tak terikat usia, tak terkekang oleh aturan.
Menangis, adalah tanda bahwa kita masih manusia,
Yang memiliki perasaan, yang mampu merasakan.
Di balik tetesan air mata, tersimpan kekuatan,
Kekuatan untuk bangkit, untuk melangkah maju.
Menangis, bukan akhir dari segalanya,
Tapi awal dari sebuah perjalanan baru.
Maka, janganlah takut untuk menangis,
Biarkan air mata mengalir,
Mencurahkan beban, melepaskan rasa sakit,
Dan membiarkan hati kembali menemukan ketenangan.
Air mata, adalah anugerah,
Yang mengingatkan kita akan kemanusiaan kita.
Menangis, adalah hak kita,
Yang tak boleh dirampas oleh siapa pun.
Kendal, 10/09/2024
Afid Alfian A.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI