Aku hanya mahir menjadikanmu puisi,
tanpa tahu membacakannya
untuk didengar oleh hatimu.
Kata-kata berjejal dalam jiwa,
mencari bentuk, merangkai makna,
membentuk bait-bait yang merindu.
Namun, bisikan hatiku terdiam,
tak berani menembus dinding bisu
yang memisahkan kita.
Seperti bunga yang mekar di taman sunyi,
harumnya terbuang sia-sia
tanpa ada yang menciumnya.
Begitulah puisi-puisi ini,
menunggu sentuhanmu,
menunggu bisikanmu,
menunggu detak jantungmu
menyapa setiap barisnya.
Aku ingin engkau merasakan
getaran jiwaku dalam setiap kata,
merasakan gelombang emosi
yang mengalir dalam setiap bait.
Aku ingin engkau merasakan
kehangatan hatiku
yang tercurah dalam setiap rima.
Namun, aku hanya mahir menjadikanmu puisi,
tak tahu bagaimana membacakannya
dengan nada yang tepat,
dengan intonasi yang pas,
dengan tempo yang syahdu,
agar hatimu tergetar,
agar jiwamu terusik,
agar kau merasakan
keindahan yang tersembunyi
di balik setiap kata.
Kendal, 06/09/2024
Afid Alfian A.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H