Mohon tunggu...
Afid Alfian Azzuhuri
Afid Alfian Azzuhuri Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - seorang pelajar - penikmat sastra - suka menulis- pendengar musik berbagai genre - masih manusia

Afid Alfian A | Kendal, Jateng 🏠. | 19 Des 🎂. | Sagitarius♐. | Bocah SMA yang suka mencoba banyak hal | Tolong bantu suport blog saya dengan like, share, dan komen disetiap tulisan-tulisan saya🙏 | ........

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tresna Pangajeng, Syair di Tanah Leluhur

6 September 2024   09:51 Diperbarui: 6 September 2024   10:12 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mentari pagi menyapa Desa Penglipuran, sebuah desa terpencil di dataran tinggi Bali, dengan lembut. Udara sejuk bercampur aroma kopi dan kemenyan menyapa indra, menandakan hari baru telah dimulai. Di sebuah rumah sederhana dengan halaman penuh bunga kamboja, seorang gadis bernama Ayu bersiap untuk berangkat ke sekolah.
 
Ayu, dengan rambut hitam panjang yang diikat rapi, mengenakan kebaya putih bermotif bunga berwarna-warni, khas seragam sekolah di desanya. Matanya yang bulat dan berbinar memancarkan semangat pagi. Ia menenteng tas ransel sederhana yang berisi buku pelajaran dan bekal sarapan dari ibunya.
 
Hari ini, Ayu merasakan degup jantungnya sedikit lebih cepat dari biasanya. Ia akan bertemu dengan I Dewa Made, seorang pemuda yang baru saja pindah ke desa mereka. I Dewa Made, dengan kulit kecokelatan dan senyum yang manis, langsung menarik perhatian Ayu sejak pertama kali bertemu di pasar tradisional desa.
 
Ayu berjalan kaki menuju sekolah, melewati jalan setapak yang diapit oleh sawah hijau membentang luas. Ia menikmati suasana pagi yang tenang, ditemani kicauan burung dan gemerisik dedaunan. Sesekali, ia menyapa warga desa yang sedang beraktivitas.
 
Sesampainya di sekolah, Ayu langsung disambut oleh teman-temannya.
 
"Ayu, kamu udah liat I Dewa Made?" tanya Ni Luh, sahabat Ayu, dengan nada berbisik.
 
Ayu mengangguk malu-malu. "Iya, dia ganteng banget, ya?"
 
"Iya, dia kayak pangeran dari negeri dongeng," sahut Ni Luh sambil tertawa.
 
Ayu semakin gugup. Ia berharap bisa bertemu dengan I Dewa Made di kelas, tapi ia juga takut untuk menatap matanya.
 
Bel masuk berbunyi, menandakan dimulainya pelajaran. Ayu duduk di bangku paling belakang, di dekat jendela. Ia mencoba fokus mendengarkan penjelasan guru, tapi pikirannya terus tertuju pada I Dewa Made.
 
Saat istirahat, Ayu dan Ni Luh berjalan ke kantin. Di sana, mereka melihat I Dewa Made sedang mengobrol dengan beberapa siswa lain. Ayu seketika merasa gugup dan ingin menghilang.
 
"Ayu, kamu kenapa? Kok pucat?" tanya Ni Luh heran.
 
"Enggak apa-apa," jawab Ayu gugup.
 
"Kamu suka sama I Dewa Made, ya?" tanya Ni Luh sambil menyeringai.
 
Ayu hanya bisa mengangguk malu.
 
"Tenang aja, aku bantu kamu ngedeketin dia," ujar Ni Luh sambil mengedipkan mata.
 
Ayu semakin gugup. Ia tidak yakin apakah Ni Luh bisa membantunya, tapi ia juga tidak ingin kehilangan kesempatan untuk mengenal I Dewa Made lebih dekat.
 
Ni Luh mendekati I Dewa Made dan mengajaknya ngobrol. Ayu hanya bisa memperhatikan dari kejauhan, jantungnya berdebar kencang.
 
"Hai, Dewa, aku Ni Luh. Teman Ayu," sapa Ni Luh ramah.
 
I Dewa Made tersenyum ramah. "Hai, Luh. Aku Dewa."
 
"Dewa, ini Ayu. Temanku yang paling cantik," kata Ni Luh sambil menunjuk Ayu.
 
Ayu langsung merasa pipinya memerah. Ia tidak menyangka Ni Luh akan memperkenalkannya seperti itu.
 
"Hai, Ayu," sapa I Dewa Made sambil tersenyum.
 
Ayu hanya bisa mengangguk malu. Ia merasa jantungnya akan meloncat keluar dari dadanya.
 
"Kalian berdua cocok banget, lho," kata Ni Luh sambil tertawa. "Kalian harus sering ngobrol, ya."
 
Ayu dan I Dewa Made saling pandang, keduanya sama-sama canggung.
 
"Iya, nanti kita ngobrol," kata I Dewa Made sambil tersenyum.
 
Ayu merasa senang, meskipun ia masih gugup. Ia berharap bisa mengenal I Dewa Made lebih dekat.
 
Hari-hari berikutnya, Ayu dan I Dewa Made semakin sering bertemu. Mereka sering ngobrol di kantin, di taman sekolah, bahkan di jalan pulang. Ayu merasa nyaman bersama I Dewa Made. I Dewa Made selalu membuatnya tertawa dan merasa bahagia.
 
Suatu sore, setelah pulang sekolah, Ayu dan I Dewa Made berjalan berdampingan di jalan setapak menuju rumah Ayu. Mereka berdua sama-sama diam, menikmati suasana senja yang indah.
 
"Ayu," panggil I Dewa Made.
 
Ayu menoleh, matanya bertemu dengan mata I Dewa Made.
 
"Aku suka sama kamu," kata I Dewa Made dengan suara lembut.
 
Ayu merasa jantungnya berhenti berdetak. Ia tidak menyangka I Dewa Made akan mengatakan itu.
 
"Aku juga suka sama kamu, Dewa," jawab Ayu dengan suara gemetar.
 
I Dewa Made tersenyum, matanya berbinar-binar. Ia meraih tangan Ayu dan menggenggamnya erat.
 
"Kamu mau jadi pacar aku?" tanya I Dewa Made.
 
Ayu mengangguk, air matanya menetes. Ia merasa sangat bahagia.
 
"Aku mau, Dewa," jawab Ayu.
 
I Dewa Made mencium kening Ayu dengan lembut. Ayu merasa seperti berada di dalam mimpi. Ia tidak pernah menyangka akan merasakan cinta seindah ini.
 
Sejak saat itu, Ayu dan I Dewa Made resmi berpacaran. Mereka berdua saling mencintai dan saling mendukung. Ayu merasa hidupnya semakin berwarna dengan kehadiran I Dewa Made.
 
Cinta pertama mereka tumbuh dan berkembang di tengah keindahan alam Bali. Mereka berdua saling belajar dan saling melengkapi. Ayu dan I Dewa Made, dua anak desa yang menemukan cinta sejati di tengah kesederhanaan hidup.

Kendal, 06/09/2024

Afid Alfian A.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun