Melolong bukan anjing,
Yang siap mengoyak mimpi,
Bukan pilu,
Tapi rentasan jiwa meradang tanya,
Mencari makna di balik tabir malam.
Langit masih biru,
Meski mendung menyelimuti,
Empat putaran hari dalam hawa yang berbeda,
Menyiratkan perubahan yang tak terduga.
Memanggilmu dalam lafaz doa,
Selepas menutup mantra,
Warna putihku sama,
Merah mandarah daging,
Menyatukan kita dalam ikatan yang tak terpisahkan.
Oh Bulan Sabit pelindung bintang,
Hijau terus dipegang,
Biru membuat tenang,
Merah kita sama,
Menyatukan hati dalam nuansa yang tak terlupakan.
Di bawah langit biru yang berselimut mendung,
Terselip harapan dalam setiap hembusan angin.
Bintang dan Bulan Sabit,
Menjadi saksi bisu perjalanan jiwa,
Menyentuh relung terdalam hati.
Bintang, simbol harapan yang tak kunjung padam,
Berkilauan di kegelapan,
Menuntun langkah dalam keheningan malam.
Bulan Sabit, pelindung yang setia,
Menyiratkan kekuatan dan ketabahan.
Hijau, warna kehidupan yang penuh semangat,
Biru, warna ketenangan yang menenangkan jiwa,
Merah, warna cinta dan pengorbanan yang tak ternilai.
Warna-warna ini menyatu dalam harmoni.
Menciptakan sebuah mahakarya yang penuh makna.
Bintang dan Bulan Sabit.
Simbol kekuatan dan keindahan.
Menyentuh relung terdalam hati.
Menyiratkan makna yang mendalam.
Tentang perjalanan hidup yang penuh misteri.
By. Haniek Himatul Hanifah & Afid Alfian A
Kendal, 05/08/2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H