Mohon tunggu...
Afid Alfian Azzuhuri
Afid Alfian Azzuhuri Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - seorang pelajar - penikmat sastra - suka menulis- pendengar musik berbagai genre - masih manusia

Afid Alfian A | Kendal, Jateng 🏠. | 19 Des 🎂. | Sagitarius♐.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Estetika Daun Jatuh: Serenade Alam yang Eterna.

8 Februari 2024   18:42 Diperbarui: 8 Februari 2024   18:52 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://id.pinterest.com/pin/653303489688318519/

Di hutan sunyi, daun jatuh menari lembut di dekapan angin. Mereka bukanlah patah hati, melainkan tarian hening yang merayakan perpisahan. Puisi alam ini menggambarkan keanggunan daun yang tak pernah membenci angin, sebab di setiap hembusan, mereka menemukan kebebasan baru.

Angin malam merayapi pepohonan, merayu daun jatuh untuk menari dalam kegelapan. Setiap langkah mereka terdengar sebagai serenade bagi alam, seperti sepak bola dengan kekuatan tak terlihat yang menggerakkan tarian tak berkesudahan.

Dalam bayang-bayang rembulan, daun jatuh menuliskan cerita tak terucapkan. Mereka membentuk kalimat rindu yang dihembuskan angin ke seluruh penjuru hutan. Sungguh, daun jatuh adalah pujian terindah bagi kepergian musim.

Keindahan tak terungkap terpampang di warna-warna gugur yang memenuhi setiap jengkal tanah. Daun-daun yang merosot bagai helai-helai puisi, memeluk keheningan dengan erat. Tidak pernah mereka mengeluh, sebab kehidupan mereka adalah nyanyian lembut yang ditiupkan oleh nafas angin.

Melalui hujan gerimis, daun jatuh bertemu dengan kelembutan tetesan air. Mereka menari dalam genangan, merayakan ikatan yang tak terlihat namun begitu kuat. Bersama angin, mereka membentuk orkestra alam yang tak pernah berhenti memuji keajaiban hidup.

Dalam senja yang merangkak, daun jatuh menyaksikan perubahan langit dan merasakan hangatnya cinta matahari yang semakin meredup. Mereka bukanlah pengecut, tetapi prajurit musim gugur yang berani menyerahkan diri pada takdir alam.

Pada tiap petik senja, daun jatuh menorehkan kisah tentang kehancuran yang indah. Mereka memberikan pelukan terakhir pada ranting-ranting yang menjadi penopang hidup. Di sini, kepergian bukanlah kekalahan, melainkan penghargaan untuk perjalanan yang telah mereka jalani.

Angin seakan menjadi pena yang menulis puisi alam dengan kelembutan. Daun jatuh adalah kata-kata yang tulus, tak pernah terluka meski merapat pada dinginnya musim dingin. Mereka adalah pelukis yang memahat estetika indah pada kanvas tanah.

Di tengah perjumpaan dan perpisahan, daun jatuh menandakan siklus kehidupan yang tak pernah berakhir. Mereka adalah saksi bisu akan kebesaran alam yang memeluk segala keindahan, bahkan dalam setiap daun yang merontok.

Kendal, 08/02/2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun