Mohon tunggu...
Afianita DianRahmawati
Afianita DianRahmawati Mohon Tunggu... Lainnya - PELAJAR

TERUS BERJAUNG!!

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Ameliorasi Tapak untuk Pemapanan Cemara Udang Sebagai Tanaman Pemecah Angin di Gumuk Pasir Parangtritis

30 Mei 2020   17:58 Diperbarui: 30 Mei 2020   18:01 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prosedur penanaman media tanam dan bibit ke lahan pasir (Nugroho, 2017)

Dikutip dari Jurnal Lanskap Indonesia dan buku Silvikultur Rehabilitasi Pantai Berpasir Kebumen, Pantai Parangtritis merupakan salah satu objek wisata dari 13 titik objek wisata pantai yang terdapat di sepanjang pesisir selatan Daerah Istimewa Yogyakarta. Pantai Parangtritis memiliki daya tarik paling besar dibandingkan dengan objek wisata pantai lain yang terdapat di sepanjang pesisir selata Daerah Istimewa Yogyakarta, baik dari segi jumlah kunjungan wisata maupun pendapatan setiap tahunnya. Selain keindahan alam dan mitos yang berkembang, Pantai Parangtritis memiliki kelebihan lain yang tidak dimiliki oleh objek wisata pantai di tempat lain, yaitu terdapatnya deretan gumuk pasir (sand dunes). Jenis gumuk pasir barchan merupakan ciri khas gumuk pasir di Parangtritis dan satu-satunya di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara. Namun, keberadaan gumuk pasir di Pantai Parangtritis saat ini sebagian telah hilang karena disebabkan faktor alam, seperti angin, gelombang air laut, dan kurangnya kolonisasi vegetasi. Kurangnya kolonisasi vegetasi di Pantai Parangtritis yang bermanfaat sebagai pemecah angin karena Pantai Parangtritis memiliki tipe tanah yang didominasi oleh fraksi pasir, sehingga kurang memenuhi syarat sebagai medium tanaman. Oleh karena itu pemanfaatan pohon yang difungsikan sebagai pemecah angin maupun tanggul penahan gerakan gumuk harus disediakan medium tumbuh yang memenuhi syarat. 

Penyediaan medium tumbuh dilakukan dengan metode amelioran cocok untuk pengolahan tanah berpasir. Metode amelioran dapat dipraktekkan dengan cara memasukkan campuran tanah subur (diambil dari luar kawasan atau obyek) dan pupuk kandang ke dalam kolom beton berdiameter 1 meter dan tinggi 90 sentimeter, penanaman pohon dilaksanakan di awal musim hujan agar persediaan air dapat terjamin. Pemberian bahan ameliorasi organik dapat meningkatkan kandungan C-total dan N-total dalam tanah dan mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi dan berat kering semai cemara udang. Penambahan tanah mineral dalam media cetak (pressmedia) sebagai media tanam dapat meningkatkan keberhasilan pertumbuhan tanaman karena akan memperbaiki struktur, tekstur, kandungan hara tanah serta memperbaiki kondisi lingkungan mikro tanah. Peletakan turap vegetasi ini disesuaikan dengan kinerja angin terutama rata-rata kecepatan dan arah tiupan angin hasil pengukuran sepanjang musim kemarau di dalam tapak (site) yang akan dikonservasi.

Tingkat erosi angin pada gumuk pasir di Pantai Parangtritis dapat diturunkan dengan metode vegetatif dan teknik pengolahan tanah. Vegetasi digunakan untuk menurunkan kecepatan angin, menyaring partikel tanah yang bergerak dan membelokkan arah tiupan angin. Pohon merupakan jenis vegetasi yang cocok untuk membelokkan dan mengurangi kecepatan angin, salah satu contohnya adalah cemara udang (Casuarina equisetifolia). Casuarina equisetifolia atau cemara udang dapat tumbuh pada ketinggian 0-400 m dpl., termasuk jenis intoleran, curah hujan rata-rata 350-5.000 mm, musim kering 6-8 bulan, dan suhu rata-rata 15-300C. Cemara udang juga cocok tumbuh pada tanah ringan, berpasir, cepat tumbuh pada tanah kurus dan toleran terhadap tanah bergaram dan angin bergaram, tumbuh baik pada tanah dengan pH 5,0-9,5. Cemara udang (Casuarina equisetifolia) sangat cocok tumbuh di tepi laut karena selain berfungsi sebagai peneduh, akarnya juga mampu menahan abrasi. Sedangkan daunnya mampu menahan embusan angin. Cemara udang mempunyai batang yang kokoh dan bercabang banyak, mampu menahan garam yang hendak masuk ke daratan sehingga tanah dan pasir yang ada di belakang cemara udang ini layak untuk dikembangkan sebagai pertanian lahan berpasir. Selain berfungsi memecah angin laut yang berkadar garam tinggi, serasahnya dapat dimanfaatkan sebagai mulsa. Cemara udang juga ditanam untuk menekan terjadinya pemindahan tanah, merangsang iklim mikro dan mengurangi dampak tsunami di wilayah yang sangat terbuka. Tegakan C. equisetifolia mampu memecah angin laut yang menuju daratan dan mengurangi kecepatannya dengan signifikan. Kawasan pesisir yang tidak terdapat shelterbelt, memiliki rata-rata pengurangan kecepatan angin yang rendah pada jarak 50 m (titik pengambilan data kecepatan angin terdekat dari bibir pantai).

Sumber :

Budiyanto, G. 2011. Teknologi Konservasi Lanskap Gumuk Pasir Pantai Parangtritis Bantul DIY. Jurnal Lanskap Indonesia. 3 (2). 97-101.

Nugroho, W.A. 2017. Silvikultur Rehabilitasi Pantai Berpasir Kebumen. Surakarta: UNS PRESS.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun