Mohon tunggu...
A Afgiansyah
A Afgiansyah Mohon Tunggu... Dosen - Digital communication specialist

Praktisi dan Akademisi Komunikasi Media Digital dan Penyiaran. Co-Founder Proxymedia.id // Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Mercubuana, Universitas Indonesia, dan Universitas Paramadina

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Konten "Prank" Sudah Ada di TV dari Zaman Dulu

25 Mei 2022   22:40 Diperbarui: 25 Mei 2022   22:48 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konten "prank" atau istilah awamnya ngerjain orang, ramai diproduksi di media sosial mulai dari Instagram reels, video Tiktok, dan tentunya Youtube. Beberapa pembuat konten malah kelewatan sampai akhirnya dipolisikan. Tren barukah ini? Tidak, konten model ini sebenarnya sudah ada di TV sejak zaman dulu sekali.

"Candid Camera" karya Allen Funt bisa disebut sebagai satu program televisi legendaris. Mulai ditayangkan stasiun TV ABC tahun 1948 di Amerika Serikat, program ini bertahan hingga tahun 2014 atau 66 tahun sejak penayangan perdananya.

Apa isinya? Kalau ditonton anak zaman sekarang, bisa dibilang "Candid Camera" ini isinya konten prank. Betul kalau kita tonton isinya pada dasarnya ngerjain orang. Tapi ada narasi lebih besar di balik itu. Jadi bukan semata-mata menjahili orang supaya dapat banyak tontonan. Narasi besar dari "Candid Camera" membuat program ini bertahan lintas generasi. Apa rahasianya?

Sebelum mengulas narasi dari "Candid Camera", mari kita lihat bagaimana konten-konten "prank" bertebaran di media sosial. Jika kita ketik di mesin pencari google dengan kata kunci "konten prank" akan muncul artikel berita dan wacana ilmiah tentang hal-hal negatif mengenai konten bertema kejahilan ini.

Dari sekian banyak berita, konten prank dari Ferdian Paleka muncul cukup sering, ketika Youtuber ini berpura-pura memberikan bantuan sosial namun ternyata kardus paket bantuan yang diberikan berisi sampah. Ferdian pun dipolisikan hingga masuk jeruji besi. Selebihnnya, berita-berita lain juga cenderung merujuk kepada kasus-kasus negatif konten prank hingga kreatornya berurusan dengan hukum.

Muncul juga wacana dari karya ilmiah dari artikel-artikel media online mengenai kekhawatiran terkait konten prank yang mencerminkan sikap negatif dari generasi muda karena maraknya kreator konten di media sosial yang membuat tayangan prank.

Betulkah konten prank ini cenderung menggambarkan perilaku negatif? Mari kita lihat bagaiamana "Candid Camera" bertahan hingga 66 tahun dan tayang di berbagai negara di dunia.

"Smile" atau senyuman jadi narasi yang diusung "Candid Camera" sejak awal. Allen Funt kreator program ini bukan sekedar menjahili orang hingga memperoleh tontonan. Ia mencoba menyuguhkan tayangan yang menyenangkan, membuat orang tersenyum. Smile. Dengan narasi seperti ini, tayangan "Candid Camera" pun bukan sekedar menjahili. Bukan hanya penonton yang dibuat tersenyum, tapi orang-orang yang dijahili pun harus ikut tersenyum.

Di sini perlu kejelian dalam meramu konsep kreatif. Bagaimana bisa menjahili orang tanpa merugikan. Hal utama yang perlu diperhatikan tentunya bagaimana konsep jahil yang diangkat tidak membuat orang merasa kesal apalagi sampai merasa dirugikan.

Kenapa pada masa sekarang konten prank di media sosial cenderung memperoleh kesan negatifvsementara program dengan jenis konten prank di televisi bisa bertahan hingga puluhan tahun?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun