Direct-To-Cell adalah layanan yang menghubungkan telepon seluler langsung dengan satelit tanpa melalui jaringan lain seperti WiFi, selayaknya melakukan panggilan suara ataupun data secara normal tanpa terhubung ke jaringan WiFi
Satelit Starlink V2 Mini yang baru dirancang untuk berintegrasi dengan jaringan seluler dan menggunakan antena array yang canggih untuk menyediakan koneksi satelit-ke-telepon seluler. Sambungan komunikasi langsung ini akan memungkinkan pengguna untuk mengakses internet berkecepatan tinggi melalui jaringan Starlink bahkan di daerah-daerah terpencil yang tidak terjangkau jaringan seluler.
Peningkatan utama dari satelit Starlink generasi baru meliputi:
- Antena yang kuat dan hubungan antar satelit untuk komunikasi langsung dengan perangkat nirkabel
- Mendukung frekuensi telepon seluler seperti pita LTE dan 5G
- Peralihan yang mulus antara konektivitas jaringan terestrial dan satelit
- Peralatan pengguna berbiaya rendah yang meniadakan kebutuhan akan terminal lain bagi pengguna
- Peningkatan kapasitas dan kecepatan untuk melayani area dengan konektivitas terbatas
Dengan memanfaatkan antena array maka satelit Starlink akan dapat mempertahankan koneksi dengan perangkat seluler yang bergerak cepat di Bumi. Hal ini merupakan evolusi besar dalam teknologi satelit dan bagaimana orang terhubung ke internet pada saat bepergian.
Secara keseluruhan, konektivitas langsung ke telepon seluler dari satelit Starlink akan sangat memperluas akses internet berkecepatan tinggi di seluruh dunia, terutama bermanfaat bagi daerah-daerah terpencil yang saat ini masih kekurangan infrastruktur broadband. Kombinasi jaringan berbasis ruang angkasa Starlink dengan jaringan seluler akan memungkinkan jangkauan telepon seluler universal secara global.
Uji Coba Layanan Direct-To-Cell di AS
Uji coba saat ini diawasi oleh Komisi Komukasi Federal AS (FCC) dengan melibatkan 840 satelit Starlink V2 Mini berteknologi Direct-To-Cell, dengan T-Mobile AS sebagai Operator Seluler testbed nya.
Pada bulan Oktober 2023 Starlink telah mengiklankan layanan Direct-To-Cell untuk koneksi suara dan text dan layanan koneksi data pada tahun 2025. Starlink bermaksud untuk memperluas cakupan layanannya hingga operator seluler di Kanada, Australia, Selandia Baru, Swiss, dan Jepang.
Satelit V2 Mini menjadi proyek percontohan Direct-to-Cell. Masing-masing dilengkapi dengan modem eNodeB teknologi baru yang berfungsi seperti menara seluler di luar angkasa yang memungkinkan berintegrasi dengan jaringan standar di Bumi. Kekhawatiran yang diungkapkan oleh operator selain T-Mobile adalah antenna array di V2 Mini dapat mengganggu transmisi menara seluler tradisional yang dioperasikan oleh operator seluler dan Internet lainnya. Uji coba dijadwalkan berlangsung selama 180 hari dan harus membuktikan atau menyangkal kekhawatiran ini.
Implikasi dari Layanan Direct-To-Cell
Jika telekomunikasi dapat dibebaskan dari keterikatan pada jaringan berbasis darat, maka hal ini berarti cakupan tanpa gangguan di seluruh dunia, tidak hanya untuk telepon seluler tetapi juga perangkat Internet-of-Things (IoT). Berarti akses tanpa batas dari mana saja termasuk lokasi-lokasi terpencil yang saat ini tidak memiliki jangkauan seluler.
Apakah ini hal yang baru? Tidak. Jaringan satelit Iridium telah melayani lebih dari 400,000 pelanggannya dengan perangkat telepon khusus. Tetapi apa yang disediakan oleh Starlink meniadakan kebutuhan akan telepon khusus yang mahal.
Mempertimbangkan penggunaan telepon seluler/pintar murah saat ini yang jumlahnya hampir mencapai 6 miliar, Starlink Direct-to-Cell akan sama revolusionernya dengan jaringan ponsel terestrial yang pertama kali digunakan di Jepang pada tahun 1979.