Dunia seni dipenuhi dengan jiwa-jiwa kreatif. Mereka mencurahkan hati dan pikiran untuk menghasilkan karya yang luar biasa, berharap karyanya bisa dinikmati dan diapresiasi. Namun, tak jarang para kreator ini justru menjadi korban eksploitasi dalam mengejar passion mereka. Kenapa? Karena kreativitas tanpa pondasi bisnis yang kuat, berisiko terjebak dalam siklus eksploitasi. Seperti yang diucapkan oleh Pharrell Williams di talkshownya.
Banyak kreator muda yang tergiur iming-iming 'exposure' atau bayaran minim. Mereka mudah dirayu tawaran "membangun portfolio" demi mendapat "pengalaman" Â padahal pada kenyataannya, karya mereka dieksploitasi tanpa kompensasi yang setimpal. Platform media sosial pun kerap memanfaatkan kreator untuk meningkatkan engagement mereka. Konten sang kreator menjadi "bahan bakar" tanpa jaminan imbalan yang adil. Â Tanpa pondasi bisnis yang kuat, kreator rentan terjebak dalam lingkaran setan ini. Â Karya mereka kehilangan nilai dan justru dimanfaatkan pihak lain.
Menemukan Titik Temu: Kemitraan Kreativitas dan Bisnis
Keseimbangan antara kreativitas dan bisnis adalah hal yang mutlak diperlukan. Kreator perlu membekali diri dengan pengetahuan dasar mengenai bisnis, seperti hak cipta, pemasaran, dan bagaimana memonetisasi karya mereka. Di sisi lain, pelaku bisnis perlu membuka diri terhadap ide-ide kreatif dan menjalin kerjasama dengan para kreator. Dengan kolaborasi yang baik, kreativitas tak lagi menjadi korban eksploitasi, namun menjadi mesin penggerak bisnis yang inovatif dan berkelanjutan. Ingat, kreativitas tanpa bisnis ibarat permata yang terpendam, sementara bisnis tanpa kreativitas adalah mesin tanpa bahan bakar. Keduanya saling membutuhkan untuk bisa bersinar dan mencapai potensinya yang sesungguhnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H