Mohon tunggu...
Affandi Ismail
Affandi Ismail Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Ternyata menulis itu asyik.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tidak Ada Tukang Loak di Malaysia : Catatan dari Singapura (9)

15 Mei 2012   03:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:17 856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_181509" align="alignnone" width="480" caption="Tetralogi Pulau Buru."][/caption]

Singapura, negara pulau ini dalam sejarahnya pernah menjadi bagian dari negara yang namanya Persekutuan Tanah Melayu atau Federasi Malaysia. Namun , karena perbedaan pendapat antara pemimpin politik akhirnya Lee Kuan Yeuw menyatakan SIngapura memisahkan diri dan merdeka pada Agustus 1965.

Karena itu, kalau kita menyebrang menuju negri Johor, maka kita harus membawa paspor karena sudah menyebrang ke negara lain. Banyak jalan darat menuju Johor Bahru, di antaranya dengan naik bus SBS no 170. Selain itu kita juga bisa kereta api dari Woodland check point.

Sesampainya di Johor Bahru , saya hanya berkeliling sambil berjalan kaki dan secara tidak sengaja bertemu sebuah toko buku kecil yang menjual buku-buku baru dan loak, Di toko ini saya menemukan buku-buku karangan Pramoedya Ananta Toer edisi Malaysia yang diterbitkan oleh penerbit Wira Karya. Asyiknya lagi harga buku ternyata hanya 15 RM dan sedikit lebih murah dari toko buku di Jakarta?Karena saya belum memiliki buku ini akhirnya, buku Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah dan Rumah Kaca pun saya beli dengan segera. Sayang sekuel pertama yaitu Bumi Manusia kebetulan sedang kehabisan stok.

Buku terbitan Malaysia ini ditulis dalam Bahasa Indonesia, jadi bukan merupakan terjemahan dan hebatnya sudah diterbitkan dengan bebas di tahun 1980an dan 1990an , bahkan ketika buku-buku Tetralogi Pulau Buru itu masih dilarang di Indonesia. Konon buku ini bahkan menjadi semacam bacaan wajib di sekolah-sekolah Malaysia.

[caption id="attachment_181511" align="alignnone" width="480" caption="Jejak Langkah terbitan Malaysia"]

1337050513705383947
1337050513705383947
[/caption]

Saya perhatikan buku yang paling tebal yaituJejak Langkah. Buku ini terdiri dari 464 halaman dengan bonus kata-kata sulit .Saya perhatikan buku dengan halaman muka berwarna biru dan oranye ini,. Tertulis dengan jelas nama pengarangnya “Pramoedya Ananta Toer” dan di bagian bawahnya tertulis Novel dikarang dalam tahanan di Pulau Buru.

[caption id="attachment_181513" align="alignnone" width="480" caption="Kover Belakang dan ulasan"]

13370505671798553884
13370505671798553884
[/caption]

Di kover belakang terlihat foto pengarang memakai kacamata dan kopiah. Juga ulasan ringkas mengenai buku Jejak Langkah ini dan semuanya tertulis dengan versi Bahasa Malaysia. Juga dijelaskan sedikit mengenai tiga judul lainya dalam tetralogi Pulau Buru ini.

Jejak Langkah adalah jilid ketiga dari usaha Pramoedya Ananta Toer sepanjang empat jilid (Tetralogi) yang merangkumi zaman 1890 hingga 1918, zaman kebangkitan Nasional di Indonesia, iaitu zaman yang hampir tidak pernah disentuh dalam sastera Indonesia, zaman pengaruh pemikiran nasional mula meyerap, zaman pertubuhuan moden mula berkembang yang juga berarti permulaan kelahiran demokrasi. Buku ini mengisahkan kelahiran pertubuhan-pertubuhan moden pribumi yang awal di Jawa. Demikian tertulis di bagian belakang kover buku Jejak Langkah ini,

Selain itu tertulis juga cuplikan dari tokoh terkenal seperti Prof Dr. A, Teeuw dan Tun Adam Malik.Tentu saja yang dimaksud adalah Adam Malik , mantan mentri luar negri dan juga wakil Presiden RI yang pernah berkiprah sebagai wartawan. Selain itu juga ulasan dari Datuk Seri Dr. Mahathir Mohamad yang berkata bahwa Pramoedya sudah setara dengan sastrawan besar dunia seperti Kafka dan Hemingway.

Yang menarik adalah ulasan Prof Dr A. Teeuw yang menjelaskan bahwa seandainya Pramoedya dapat menjaga mutu tulisan-tulisannya seperti buku Bumi Manusia, maka beliau patut dipertimbangkan untuk dicalonkan sebagai penerima hadiah Nobel.

Wah , seandainya saja ulasan Prof. Dr. A. Teuuw tadi menjadi kenyataan, Indonesia sudah pernah memiliki seorang putra yang menerima Hadiah Nobel dalam Kesusastraan. Siapa tahu di masa datang ada lagi penulis sekaliber Pramoedya.

[caption id="attachment_181515" align="alignnone" width="480" caption="Kata-kata Sulit Tukang Loak sd Pedagang Barang Buruk"]

13370506111741656735
13370506111741656735
[/caption]

Kemudian saya sempatkan melihat bagian daftar kata-kata sulit yang menjelaskan arti kata yang tidak umum di Malaysia. Dan saya cukup tersenyum ketika menemukan definisi tukang loak sebagai pedagang barang lama (buruk). Sambil tersenyum sendiri akhirnya saya kembali naik bus SBS 170 menuju Singapura.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun