Sungguh ironis. Baru menulis 2-3 kalimat di lapak ini, listrik mati. Padahal maksud hati ingin menulis bukunya Dahlan Iskan sewaktu menjabat sebagai Direksi Utama PLN. Tulisan yang renyah. Mungkin lebih tepat adalah catatan harian beliau. Dua hari yang lalu, saya sempat jalan-jalan di sebuah toko buku. Semula hanya ingin cari angin saja, atau hanya lihat-lihat setelah pekerjaan rutinku sudah memasuki tahap kejenuhan. Suntuk. Disebuah rak terdepan berjajar buku-buku baru yang siap dipasarkan. Buku itu saya perkirakan masuk ranah best seller. Karena ditulis oleh orang yang sangat ahli, atau buku itu menulis tentang tokoh yang dahsyat. Ada 3 buah buku yang menarik perhatian. Yang pertama buku biografi Steve Job, kedua buku yang ditulis Dahlan Iskan dan yang ketiga lupa. Buku biografinya Steve Jobs sebenarnya sudah lama yang saya tunggu-tunggu, namun setelah melihat harga, saya urungkan untuk membawa pulang buku itu. Jadilah saya pilih bukunya Dahlan Iskan. Masalah timbul lagi, ternyata dompet tidak saya bawa, uangpun yang biasanya saya tarus di saku, hanya sedikit. Tidak cukup untuk membeli. Akhirnya saya menoleh kanan-kiri, siapa tahu ada teman yang bisa saya pinjami uang. Setelah hampir putus asa, ternyata ada sahabat yang bisa dimintai tolong. Akhirnya buku itu terbeli. Sampai saat ini, saya baru membaca setengah dari ketebalannya. Namun saya berani menulis di blog kroyokan (rame-rame) ini, karena isinya memang bagus. Sangat layak untuk ditiru, bukan hanya sebatas wawasan. Buku itu menceriterakan pengalaman pak Dahlan setelah menjadi Dirut PLN. Semula hanya coretan beliau yang ditujukan kepada semua orang yang terlibat di PLN. Mulai direksi, kepala cabang sampai kepada karyawannya. Ia tidak menulis dalam bahasa memberi petunjuk atau juklak, tapi tulisan ini berlaku dua arah. Seorang karyawan bisa menanggapi tulisan secara langsung. Sebagai orang yang telah lama malang melintang di dunia jurnalistik, tulisan pak Dahlan termasuk khas. Jauh dari kalimat yang bercabang. Komunikatif dan mengena. Banyak dijumpai kata pergaulan, kata kedaerahan, bahkan kata yang dibuat oleh beliau sendiri. Tentang kesan yang lain, baik ditinjau dari sudut manajerial, sudut kemanusiaan, sudut kewartawanan, Anda sendiri yang menilai. Silahkan baca sendiri!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H