[caption id="attachment_88151" align="aligncenter" width="300" caption="konsentrasi mengerjakan soal"][/caption] Beberapa waktu yang lalu rekan saya yang mengampu pelajaran Bahasa Indonesia sempat mengeluh. Ia sempat kesal, mengapa nilai Bahasa Indonesia dalam ulangan umum semester kemarin tidak mencapai target yang ditetapkan? Materi pelajaran telah disampaikan kepada siswa, jam pelajaran juga sudah sesuai dengan rancangan. Apa sulitnya bahasanya sendiri?
[caption id="attachment_88154" align="alignleft" width="150" caption="(dokumen pribadi)"]
Hasilnya tetap sama antara manual dengan scanner. Artinya tidak ada kerusakan pada mesin scan, tidak ada kekeliruan kode lembar kunci. Sayapun jadi penasaran mengapa demikian?
Terlepas dari asumsi bahwa siswa belajar ataupun tidak dalam menghadapi ulangan umum, saya menganalisa lembar soal. Sekalipun saya bukan mengajar Bahasa Indonesia, ternyata ada beberapa temuan yang dapat saya dapat diungkapkan.
Pertama sisi tata letak.
Bahasa Indonesia adalah salah satu pelajaran yang memiliki unsur membaca. Ada soal yang berupa teks dan beberapa pertanyaan yang terkait dengan tulisan teks tersebut, tetapi tata letaknya tidak dalam satu halaman. Sehingga pembaca akan mengalami kesulitan. Ia akan beberapa kali membuka halaman soal, sementara jawaban ada pada halaman lain.
Mungkin bagi penyelenggara dan pembuat soal punya alasan agar lebih hemat, lebih efisien dan tidak perlu menggunakan banyak lembar dalam menggandakan soal.
Kedua hasil cetakan
Kertas yang digunakan untuk menggandakan soal dari kertas sejenis buram. Kertas itu memang tidak putih seperti sejenis HVS, sehingga hasil tulisannya tidak begitu jelas. Di lembar yang lain didapatkan tulisan sudah kabur. Tulisan yang dibuatpun dengan huruf yang relative kecil.
Kesan pertama yang timbul adalah tampilan kertasnya saja tidak meyakinkan. Siapapun akan malas membaca.
Ketiga desain
Teks soal didesain biasa saja, atau kalaupun toh lebih hanya diberi bingkai garis dengan ukuran ketebalan yang tipis. Teks mestinya dibingkai dengan garis yang indah, atau bila perlu dengan gambar sebagai ilustrasi. Gambarnyapun terkait langsung dengan isi teks.
Namun bila pesan yang disampaikan sudah cukup hanya dengan tulisan, gambar tak perlu ditampilkan.
Keempat aktualitas
Isi teks tidak aktual dengan kekinian. Teks soal bisa jadi diambil dari buku pelajaran yang dicetak beberapa tahun yang lalu. Nilai aktualitas tidak lagi sesuai. Pembuat soal mestinya tahu benar kejadiaan saat sekarang, sehingga siswa yang rajin mengikuti informasi akan cepat menangkap isi teks.
Itulah catatan kecil yang saya dapatkan setelah melihat isi soal Bahasa Indonesia. Karena saya menganggap bahwa ulangan umum merupakan bagian dari evaluasi. Evaluasi merupakan bagian dari kerangka pemberian penghargaan kepada anak.
[caption id="attachment_88153" align="aligncenter" width="300" caption="(dokumen pribadi)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H