Mohon tunggu...
amk affandi
amk affandi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

coretanku di amk-affandi.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengerjakan PR: Tanggapan Atas Tulisan Ibu Niken

9 Mei 2011   06:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:55 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Mengerjakan PR hampir dapat dipastikan sebuah pekerjaan yang dibenci tidak hanya oleh siswa, tetapi orangtua siswa juga dibuat gemas. Pemberian pekerjaan rumah oleh seorang guru mempunyai motivasi agar kemampuan siswa dapat mencapai tujuan seperti yang diharapkan. Ibu niken lewat potingannya mempermasalahkan PR yang demikian memberatkan bagi putrinya. Saya sebagai salah seorang pengajar memberikan penjelasan sepanjang yang saya ketahui.

1. Kemampuan Siswa

Kemampuan anak dalam menyerap materi pelajaran didasarkan pada kompetensi yang telah ditetapkan. Tingkat kompetensi kelas tertentu berbeda dengan kelas yang lain, walaupun dalam satu tingkat. Bahkan, yang baik adalah tingkat kompetensi berdasarkan siswa, sebab kemampuan siswa sangat beragam. Tapi sekolah banyak yang mengambil jalan pintas dengan penyamarataan.

Bila anak telah mencapai kompetensi, maka anak itu dikatakan telah menguasai sebagian dari mata pelajaran. Artinya siswa tersebut telah paham kandungan materi pelajaran. Kalau anak sudah paham dan mengerti mengapa harus diberi PR? Sepengetahuan saya PR tidak termasuk dalam aturan resmi. Yang ada adalah pengayaan dan remedial. Pengayaan diberikan pada sejumlah siswa agar memperoleh ilmu yang lebih tinggi. Adapun remedial diperlakukan kepada siswa, manakala siswa tersebut belum mencapai kompetensi.

Persoalannya adalah seberapa tinggi tingkat kompetensi sebuah mata pelajaran yang harus diketahui oleh orang tua. Inilah yang sampai sekarang, sekolah belum mampu memberikan pelayanan kepada orang tua tentang kegiatan dan kewajiban yang harus ditunaikan oleh seorang siswa. Yang lumrah kita temui adalah pada saat pembagian rapot, orangtua dijelaskan oleh wali kelas tentang perolehan nilai, rangking kelas, kemudian pemberitahuan administrasi, selesai.

2. Kurikulum

Kami mengajar sebuah materi pelajaran berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan. Pemerintah memberi garis besar kurikulum, dilanjutkan dengan penjabaran yang dilakukan oleh tenaga ahli, disosialisasikan lewat musyawarah guru, dan dilaksanakan oleh guru mata pelajaran. Dari atas hanya 6 paket, setelah melalui proses birokrasi bisa menjadi 15 – 20 bagian. Tugas guru adalah menjelaskan 20 materi itu kepada siswa. Karena banyak materi yang harus dituntaskan, maka ada latihan yang tidak tertampung dalam alokasi waktu yang telah disediakan. Sehingga guru memberikan PR.

3. Melatih Kedisiplinan

PR diberikan kepada siswa dengan tujuan tertentu. Salah satunya adalah melatih kedisiplinan. Sekolah yang telah terbiasa dengan disiplin yang ketat, mungkin guru tidak begitu banyak memberikan tugas di rumah. Namun bagi sekolah yang taraf disiplinnya masih angin-anginan, jangankan memberi PR, membawa buku pelajaran sesuai jadwal hari itu saja, tidak semua siswa dapat menunaikan. Sehingga pemberian PR untuk kondisi sekolah yang demikian, paling tidak siswa berusaha membuka buku. Pengalaman saya, memberikan PR harus dikumpulkan sebelum jam pertama, walaupun saya masuk dikelas itu jam ke-4. Sebab kalau tidak demikian, siswa akan mengerjakan di kelas pada jam pertama atau kedua yang secara otomatis akan mengganggu pelajaran pada jam tersebut.

4. Persepsi Tentang PR

Dalam sebuah pertemuan antara sekolah dengan orangtua, selalu terselip sebuah pertanyaan “Guru sekarang banyak yang tidak memberikan PR”. Kali lain, ada laporan yang masuk “PR yang harus diselesaikan anak terlalu banyak”.

Saya berkesimpulan bahwa PR itu hanya persepsi saja. Ada seorang siswa yang cepat mengerjakan, namun ada juga yang lambat sehingga menyita waktu belajar di rumah. Tidak mengerjakan PR artinya tidak memenuhi pekerjaan sebagai seorang siswa, sebaliknya gurupun memberikan PR harus lihat kondisi.

Ada beberapa rumus yang bias dipakai untuk belajar di rumah. ¼ untuk mengerjakan PR dan ¾ nya untuk belajar. Atau 1/3 untuk mengerjakan PR dan 2/3 untuk belajar dari porsi waktu belajar di rumah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun