[caption id="attachment_179020" align="aligncenter" width="540" caption="sumber gambar : shizukunotsuyu.blogspot.com"][/caption] Hampir setiap hari, anak-anak yang pada waktu istirahat bercengkerama. Jajan sudah hampir pasti. Bergerombol untuk ngobrol itu juga hampir pasti. Dari sekian ratus anak, saya sering melihat ada satu atau dua anak yang rupanya enggan untuk bergabung dengan temannya. Dia asyik menyendiri tanpa terlibat berdebat atau berbagi. Di kelaspun ia tak banyak bicara atau saling kerjasama dengan temannya untuk mengerjakan soal atau diskusi. Secara psikologis, dalam catatan teman-teman guru tak ada yang aneh. Ia juga mampu mengikuti pelajaran dengan baik. Mengerjakan semua pekerjaan dengan tertib. Tapi mengapa harus menyendiri? Sementara dalam usianya yang masih muda mestinya memiliki banyak teman dalam bermain. Sebagai remaja seusia sekolah lanjutan pertama, tentu ingin mempunyai kepribadian yang baik, menarik, dan memiliki prestasi yang bisa dibanggakan. Berkepribadian yang menarik akan sangat membantu dalam proses pergaulan. Memiliki tingkat emosi yang terkendali akan berdampak langsung dengan sikap orang lain terhadap dirinya. Orang lain akan mudah menerima kehadirannya. Pada masa ini, proses pengenalan dan pembentukan jati diri berlangsung sangat dinamis. Seringkali diwarnai dengan emosi yang mudah berubah. Perubahan fisik dan lingkungan sosial dapat membawa pada situasi konflik dalam diri, seperti citra diri, senang diakui oleh orang lain, menjadi manusia yang ego, dll. Bagaimana caranya agar keberadaan diri bisa diterima oleh masyarakat? 1. Bermimpi. Bermimpi atau berimajinasi dapat membentuk pikiran yang positip. Persoalannya adalah, bagaimana khayalan yang telah dibangun dalam area pikiran dapat diujudkan dalam karya nyata. Membumikan pikiran yang melayang-layang  menjadi sebuah gerakan yang nyata memerlukan pengalaman yang tidak mudah. Proses yang dialami akan menjadi bahan  untuk meraih cita-cita. Bermimpi merupakan ujud dari imajinasi yang tinggi. Imajinasi adalah gambaran untuk memperoleh rencana hidup. Dari imajinasi itulah, yang semula hanya angan-angan dimanifestasikan dalam teknik nyata. 2. Mengembangkan potensi. Setiap manusia pasti mempunyai kelebihan. Manusia dapat menggenggam potensi diri tergantung dari kepribadiannya. Orang yang jual mahal biasanya sangat lama mengais potensi diri. Sebaliknya orang yang gemar berbagi sangat mudah menemukannya. Karena dengan berbagi, orang tersebut biasanya sangat mudah menerima pengaruh dari orang lain. Latihan secara terus menerus dan berkesinambungan adalah salah satu faktor untuk mendapatkan potensi. Mengasah kemampuan dengan mengikuti berbagai macam kompetensi, juga salah satu faktor untuk melihat potensi diri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H