Seperti kita ketahui bersama, bahwa kurikulum 2013 akan dilaksanakan mulai tahun ajaran 2014 - 2015, yang didahului uji coba beberapa sekolah tahun ini. Belum ada informasi yang mendalam  tentang evaluasi pelaksanaan kurikulum 2013 dari beberapa sekolah tersebut. Padahal informasi tersebut sangat bermanfaat bagi sekolah lain, terkait dengan perencanaan untuk melaksanakan kurikulum 2013. Ketiadaan evaluasi ini yang menyebabkan sekolah kebingungan dalam menerapkan kurikulum 2013. Pelatihan yang dijanjikan oleh pemerintahpun belum sesuai dengan target yang diharapkan.
Perubahan kurikulum mengikuti arah perkembangan akademik, perubahan sosial budaya dan teknologi. Sehingga sangat wajar bila kebijakan pendidikan disesuaikan dengan perubahan masyarakat dan asumsi kebutuhan masyarakat dimasa yang akan datang.
Tidak ada perbedaan perlakuan antara sekolah negeri dan swasta, demikian janji mendiknas. Semua sekolah memiliki peluang yang sama dalam memperoleh akses, kelengkapan sarana, pengembangan sumber daya manusia (terutama guru). Karenanya, tinggal pandai-pandailah dalam mengelola pendidikan di sekolah masing-masing.
Mengelola pendidikan, sebagaimana kebijakan pemerintah tentang otonomi daerah, menuntut untuk kreatif dalam menangkap tanda-tanda jaman. Bentrokan dalam berfikir tidak terhindarkan. Tawar menawar konsep menjadi hal yang biasa tanpa memandang tinggi rendahnya tingkat pendidikan, umur, gender.
Kreatif dalam berpikir dan bertindak menjadi bekal utama bagi setiap pendidik. Oleh karena itu, budaya berpikir yang linier menjadi usang. Tidak logis bila didialogkan dengan perkembangan sosial budaya kekinian. Komunitas pendidikan perlu orang-orang yang mampu berpikir lateral, meminjam istilahnya Edwar De Bono. Berpikir lateral bukanlah pola berfikir yang tersusun rapi. Bisa diibaratkan, kalau berpikir linier memiliki ciri yang urut dan bisa ditebak. Setalah A tentu B, selanjutnya C diikuti D. Berpikir lateral bisa jadi setelah A langsung D, atau setelah C baru menuju B.
Guru, siswa atau siapa saja yang terlibat langsung dalam pendidikan yang memiliki model pemikiran seperti ini hendaklah diberi tempat. Diberi ruang untuk bergerak, Diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen, sehingga suasana pendidikan lebih berwarna dan dinamis. Idaman bahwa setiap manusia memiliki keunggulan tertentu dapat tercipta.
Karena Kurikulum 2013 haruslah menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui penguatan sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang terintegrasi. Dari tujuan kurikulum itulah maka peran guru yang bersifat menyuapi siswa sudah harus dikurangi. Bahkan bila perlu ditinggalkan. Guru hanyalah sebagai fasilitator karena yang hendak dicapai adalah siswa yang kreatif dan inovatif.
Agar suasana pemelajaran yang berlangsung di sekolah dapat berjalan seperti harapan kurikulum 2013, maka sekolah harus memiliki konsep yang kuat. Landasan yang meliputi semua eleman yang terlibat mesti diperkuat. Visi, misi, tujuan dan target harus ditinjau ulang. Karena visi dan misi bukanlah barang yang abadi. Tata kelola dalam perawatan sekolah harus diuji lagi. Apakah teori dan aplikasi manajemen yang diterapkan masih relevan atau terkubur? Untuk membongkar itu semua perlu orang-orang yang mampu berpikir lateral.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H