[caption id="attachment_211077" align="aligncenter" width="392" caption="dokumen pribadi"][/caption]
Siapa yang tak ingin dicintai orang lain? Disayangi orang lain adalah dambaan setiap orang. Membuktikan bahwa sahabatnya banyak. Hubungan silaturahmi yang selalu dipupuk, akan melahirkan cinta kasih dengan sesama.
Idaman seorang guru adalah, apabila transfer ilmu berhasil dengan sukses. Tanpa tekanan. Tanpa ancaman. Siswa dapat menerima secara utuh pengetahuan yang diberikan oleh guru. Bahkan bisa mempraktekkan dan mengembangkan ilmu.
Namun apakah semua guru mampu melakukan seperti itu? Apakah siswa juga bisa menerima dengan baik?
Prasyarat terjadinya alih informasi ada dua yaitu : pemberi dan penerima. Pemberi, memberikan informasi kepada penerima lewat media. Transformasi pengetahuan dapat berjalan dengan baik, manakala antara pemberi dan penerima telah siap dengan segala kondisi sesuai fungsi masing-masing. Guru siap dengan materi dan metodenya, siswa siap melihat dan mendengarkan.
Ada syarat non teknis yang perlu diketahui oleh guru, agar siswa tertarik dengan kepribadian yang dimiliki oleh seorang guru. Faktor non teknis ini acap kali kadang menjadi penentu seorang siswa memperhatikan mata pelajaran dengan seksama atau justru akan mengganggu jalannya pelajaran.
1. Menyapa. Siswa yang disapa secara pribadi, akan menimbulkan rasa empati. Artinya, keberadaan siswa di kelas diakui dan diperhatikan. Guru menyapa siswa, mungkin tak ada kaitannya dengan keluarga. Namun menanyakan kabar Bapak, Ibu, atau saudaranya, sangat cukup membuat siswa  diperhatikan.
Ajakan bergurau akan membuat kondisi kelas selalu dinamis. Sesekali nembak siswa, tapi jangan sampai hati terluka. Membandingkan keadaan antar keluarga juga bisa dilakukan, sebatas informative dan sedikit candaan.
2. Berpakian yang bersih dan rapi. Jenis pakaian dan cara berpakaian seorang guru sangat diperhatikan oleh siswa. Mungkin guru tidak terlalu peduli dengan pakian yang dikenakan. Selain jenis pakaian seragam yang tidak terlalu nyaman, terkadang pakaian disetrika dengan sembarangan. Sehingga muncul dua garis. Dipandang sangat tidak elok.
Bila cara berpakian seorang guru sembarangan, seperti tidak rapi, kombinasi warna yang norak, apalagi berbau, yang pertama kali terjadi adalah siswa tidak respek. Bagaimana mungkin akan terjadi transfer ilmu, manakala penerima (siswa) tidak peduli dengan kondisi pemberi (guru).
3. Wajah Berseri. Senyum dengan orang lain akan mendapat pahala. Senyum akan memberi kesan seorang peramah. Seorang peramah memiliki banyak sahabat. Seorang peramah enak diajak bicara dan senang mendengarkan orang lain.
Senyum harus dimiliki seorang guru, meskipun hatinya sedang gundah. Langkah pertama memasuki ruang kelas, mesti diikuti dengan wajah yang ceria. Sebagaimana seorang penyiar. Dalam kondisi sedang duka sekalipun, penyiar selalu menyapa pendengar dengan ramah dan selalu mengundang senyum.
4. Menyuruh Siswa. Dulu, siswa berebut membawakan tas seorang guru, sesaat setelah turun dari sepeda. Sekarangpun siswa paling senang disuruh guru mengambilkan barang tertentu yang tertinggal di ruang guru, atau mengambilkan alat tulis di ruang administrasi. Namun, siswa paling tidak suka disuruh mengambilkan barang yang tidak ada kaitannya dengan mata pelajaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H