[caption id="attachment_132437" align="aligncenter" width="300" caption="(endrasworowiryawan.blogspot.com)"][/caption] Hari raya idul fitri akhirnya semua bisa merasakan. Selasa lega, yang hari rabu tercapai. Tidak usah memperdebatkan sidang Isbath, karena disana banyak kepentingat terlibat. Toh kalaupun hanr rayanya bersama, tak akan mengurangi kepadatan lalu lintas, tak akan berubah harga-harga kebutuhan, justru malah bertambah angka kejahatan, angka kecelakaan. Hingga saat ini ada dua macam mazhab yang dianut dalam menentukan kapan terjadinya Idul fitri. Pertama berkeyakinan bahwa yang lebih utama adalah dengan melihat bulan, sebab Rasulullah Muhammad s.a.w. melaksanakan sholat "id setelah melihat bulan. Kelompok kedua berkeyakinan bahwa Ilmu Pengetahuan yang telah diciptakan bisa juga untuk menentukan kapan jatuhnya hari raya idul fitri. Pengetahuan ini bisa dipakai karena telah teruji kebenarannya, bahkan dengan pengetahuan itu, bisa ditentukan hari idul fitri untuk 10 tahun mendatang. Penting bagi kita untuk memiliki pengetahuan yang cukup untuk dapat mengetahui keyakinan pertama (melihat bulan) dan kelompok dengan xara perhitungan (hisab). Tanpa pengetahuan yang cukup kita akan tejebak pada pembenaran dengan dasar emosional belaka. Melihat bulan bukan perkara mudah. Perlu belajar berkali-kali untuk bisa melihat bulan di ufuk barat. Sarana yang memadai cukup membantu pengamat untuk dapat melihat bulan. Apakah setelah alat yang memadai tersedia lantas kita bisa melihat bulan? Belum tentu. Ternyata gugusan bintang di ufuk barat tidak hanya bulan. Masih banyak bintang yang menyerupai bulan. Oleh karenanya orang perlu terlatih. Apakah setelah bisa membedakan antara bulan dengan benda langit lainnya lantas bisa menentukan bahwa esok hari, idul fitri telah tiba? Ternyata belum. Pengamat mesti tunduk pada kemiringan sekian derajad yang telah disepakati bersama. Bagi yang cenderung percaya kepada perhitungan, selayaknya belajar tentang astronomi, khususnya perhitungan berputarnya benda-benda langit yang mengelilingi matahari dan atau bumi. Untuk dapat mempelajarai ilmu astronomi, tentu saja harus mengetahui ilmu dasar yaitu trigonometri. Bila belum mampu membedakan antara cosinus, sinus dan tangen, jangan harap ilmu astronomi dapat diserap. Jadi pada akhirnya tetaplah percayakan kepada ahlinya. Namun, percaya tanpa pengetahuan akan menciptakan kelompok berdasarkan pada hubungan emosional, bukan hubungan saling mengagumi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H