Mohon tunggu...
amk affandi
amk affandi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

coretanku di amk-affandi.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Bimbingan dan Penyuluhan yang Membimbing

3 Maret 2013   09:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:24 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senin lalu saya mendapat undangan dari Bimbingan dan Penyuluhan (BP) di sekolah anak saya. Di MAN  1 Program Khusus Solo. Kehadiran kami terkait dengan kesalahan anak saya, karena terlambat mengikuti Try Out dalam menghadapi Ujian Nasional. Terlambat beberapa menit yang Insya Allah tidak mengganggu dalam mengerjakan soal try out, yang telah dilaksanakan hari senin minggu sebelumnya.

Keterlambatan anak saya, sebenarnya bukan salah dia sendiri.  Karena hari minggu, dia diajak ibunya untuk mengikuti pelatihan sehari bersama Ustadzah Hj. Maria Ulfah, di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pelatihan ini berlangsung hingga sore hari menjelang maghrib. Padahal aturan di Asrama, mengharuskan siswa sudah harus masuk asrama hari minggu sebelum maghrib. Jadilah kami putuskan, anak pulang senin pagi saja. Secara kebetulan, senin saat itu jalannya padat. Macet sepanjang perjalanan. Terlambatlah anak saya.

Kami diterima oleh guru BP di ruangan yang saya anggap sederhana. Dua buah meja dan kursi guru BP. Satu set kursi tamu. Dan gordyn yang menghalangi sebuah tempat tidur. Saya perkirakan untuk UKS. Saya berani bilang UKS karena tempat tidurnya berwarna putih dan tinggi. Seperti di rumah sakit.

Seorang ustadz, demikian kami panggil. Selain jadi guru, beliau juga sebagai pamong di asrama. Beliau menuturkan kronologi kesalahan anak saya, mulai dari minta izin hari sabtu sampai datang terlambat untuk mengikuti try out. Kami mendengar dengan seksama.

Ada dua catatan yang sempat saya tulis di otak.

1. Mementingkan Data

Sepengetahuan saya, di ruang BP, di beberapa sekolah sebagai tempat untuk mengintimidasi siswa dan juga (mungkin) orang tua atau wali. Guru yang ditugasi untuk menjadi BP terkadang over acting, bahkan melebihkan kejadian yang sebenarnya. Bisa jadi karena guru itu bosan dan setengah muak melihat siswa yang bersangkutan. Orang tua pun kadang kena getahnya. Ikut diomeli. Namun biasanya orang tua akan diam. Ada juga yang berkelit. Jadilah ruang BP yang semula berfungsi untuk membimbing, justru menjadi ruang debat.

Cara ustadz memberikan data secara utuh, lengkap dan kronologis, tidak ada kalimat yang memojokkan siswa maupun kami sebagai orang tua, menjadikan saya kagum dengan cara penanganan anak. Cara seperti ini, sangat cocok dengan angan-angan saya, yang saya lontarkan beberapa waktu yang lalu dalam rapat kerja guru. Tapi teman-teman belum menerima. Karena sistim ini memang menuntut guru selalu menulis kejadian yang dialami siswa.

Data menurut saya sangat penting.  Apalagi data yang tertulis. Itu bukti otentik dari sebuah kejadian yang dilakukan siswa. Dengan data tertulis, orang tua cukup disodori dokumen. Suruh baca sendiri. Prinsipnya, sedikit bicara perbanyak data.

2. Sedikit Aturan Perbanyak Teladan

Ada papatah dari cina yang sangat bijak. Semakin banyak aturan, semakin banyak pelanggaran. Di asrama, memang tidak ada aturan tertulis yang menempel di setiap dinding. Justru yang paling banyak adalah kalimat ajakan. Senior harus menjadi contoh bagi adik-adik kelasnya. Itulah tata krama, yang menurut saya hampir ada di setiap asrama. Selalu ada senior - junior.

Hampir setiap tahun, sekolah saya menerima pindahan siswa dari sekolah lain. Rata-rata jawaban sang anak sama. "tidak betah di asrama". Itu kalimat klasik yang selalu meluncur dari alumni asrama yang tidak tamat. Dari kejadian ini membuat kita belajar. Sebelum memasuki asrama, pelajarilah dahulu adat, tata krama, aturan yang ada di asrama itu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun