Mohon tunggu...
amk affandi
amk affandi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

coretanku di amk-affandi.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Birokrasi Istana Keropos

13 November 2012   03:09 Diperbarui: 6 Juli 2015   04:47 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13527760321317130972

[caption id="attachment_222949" align="alignnone" width="150" caption="banjarmasin.radiosmartfm.com"][/caption] Mario Puzo lahir di “Hell’s Kitchen” New York, 15 Oktober 1920. Menulis buku “The Dark Arena” dan The Fortunate Plgrim”. Dua buku itu diakui sebagai karya yang terbaik. Bahkan kritikus novel, memberi acungan jempul dari buku tersebut. Namun di pasaran jeblok. Tidak laku. Pertanda bahwa karya sastra masih memiliki nilai bias. Meski sang pujangga menyanjung tinggi sebuah novel, bukan berarti laku di pasaran.

Mario Puzo tidak patah arang. Ia pun riset perpustakaan tentang kehidupan imigran Itali di Amerika. Seluk beluk ditelusuri. Tradisi, watak, bahkan postur tubuh diamati dengan seksama. Lahirlah karya tulis “Godfather” tahun 1967. Buku yang dikemudian hari menjadi trilogy, tak disia-siakan oleh sutradara bertangan dingin, Francis Coppola.

Tidak salah bila dinobatkan sebagai film terbaik tahun 1972 dan 1974. Dua buah Oscar lambang suprimasi dunia perfilman digenggam.

Godfather (baik novel maupun film) menceriterakan dunia bawah tanah. Komunitas mereka memiliki dasar-dasar sosial tersendiri, tradisi tersendiri serta hokum tersendiri. Mereka menjunjung tinggi falsafah “omerta”, yang tidak dikenal dalam undang-undang kenegaraan.

Mahfud MD, mengayunkan jarum pendulum. Menyengat. Bagaimana mungkin kalangan istana yang dianggap sakral, bisa dimainkan oleh orang yang melek hukum. Pemberian grasi bagi Meirika Franola alias Ola (42 tahun), oleh presiden dianggam melecehkan kedaulatan rakyat.

Media perlu asap yang terus mengebul. Informasi sebagai bahan bakar disulut oleh komentar miring. Semakin besar nyala api. Kalangan Istana tak perlu kebakaran jenggot. Toh, Mahfud sendiri tidak pernah menyatakan kalangan istana terlibat. Dia hanya mengatakan, bagaimana mungkin istana bisa kebobolan perihal isu Hak Asasi Manusia (HAM).

Mahfud sendiri keheranan. Kenapa masalah mafia yang telah ditulis dengan sangat gamblang dan detil oleh Deny Indrayana, tidak mendapat respon yang berarti. Adem-adem saja. Begitu disentil oleh Mahfud, seakan terjadi huru-hara. Mengalahkan berita Dahlan Iskan vs DPR.

Yang jelas kualitas. Suara Mahfud, termasuk salah satu yang diterima oleh masyarakat, untuk tidak mengatakan absahan. Beliau terusik. Sebagai seorang,  pemberian grasi oleh Presiden secara nyata mencederai kedaulatan rakyat dan lembaga hukum.  Mahkamah Agung sendiri telah menolak pemberian grasi. Dipastikan, dalam proses perjalanan menuju meja presiden ada yang bocor.

Pihak yang berkepentingan sangat canggih memanfaatkan lobang birokrasi.  Mereka dapat menjebol birokrasi di Istana yang memang sebenarnya adalah kropos. Sehingga Mahfudpun berujar “canggih”, sebagimana ditengarai oleh Dany, bahwa Istana merupakan salah satu pilar birokrasi yang rentan terhadap narkoba.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun