Mohon tunggu...
amk affandi
amk affandi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

coretanku di amk-affandi.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Siswa Tak Pernah Mengenal Lempar Lembing

13 September 2012   05:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:32 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_212153" align="aligncenter" width="480" caption="dokumen pribadi"][/caption]

Lempar lembing, cakram, tolak peluru merupakan bagian dari olah raga atletik. Dalam setiap perhelatan kejuaraan, atletik menjadi salah satu cabang olah raga yang dipertandingkan. Prestasi seorang atlit selalu diukir dengan tinta emas, manakala memecahkan sebuah rekor. Dia akan tertera dalam sejarah. Apalagi bila memegang rekor yang lama, dan sulit untuk dilampaui.

Lempar lembing dan sejenisnya, dikenal oleh siswa hanya sebatas teori. Bila beruntung Cuma memegang alatnya saja. Di sekolah, pelajaran olah raga hanya berputar, senam, jalan kaki dan lari mengelilingi kampung. Kalau ada lapangan, paling cuma bola volley dan basket.

Jamaika tidak hanya terkenal dengan musik reggae. Kini jamaika juga sebagai penghasil manusia tercepat. Usain Bolt, manusia tercepat se jagat yang memecahkan rekor lari 100 m ditempuh dalam waktu 9,58 detik dan 19,19 menempuh jarak 200 m, dalam olympiade di London. Konon, nama Usain Bolt digadang-gadang menjadi sebuah merk Yamaha.

Minat siswa terhadap atletik tidak akan tumbuh, bila tidak ada rangsangan tentang pentingnya olah raga atletik dari sudut pandang prestasi dan kebudayaan. Hingga kini, rangsangan masih terbatas formalitas. Prestasi siswa hanya diakui dengan pemberian tambahan nilai ujian nasional, sesuai dengan tingkat kejuaraan. Kabupaten, Propinsi, Nasional atau Internasional. Belum sampai pada ikatan yang tetap, seperti misalnya pemberian beasiswa untuk meningkatkan prestasi atlit dengan mengikuti belajar menjadi  atlit profesional di luar negeri yang memang sarana dan pembinaannya sudah teruji.

Sarana dan parasara, juga turut mendukung terhadapnya jebloknya prestasi atletik. Di kota, lahan untuk olah raga sangat terbatas. Jangankan halaman untuk olah raga, untuk kelengkapan laboratorium, perpustakaan dan kelas saja masih belum tidak memadai. Anehnya, sekolah memiliki nafsu yang besar untuk menambah jumlah siswa.

Kepadatan penduduk menjadi pemicu, karena di kota sebagai lahan untuk mencari nafkah. Pemerataan ekonomi dengan dibangunnya sentra industri belum merata di beberapa daerah.

Tabel berikut adalah contoh kepadatan penduduk yang menghuni di beberapa kota.

13475127081364023518
13475127081364023518
Data diperoleh dari sini

Melihat data di atas, pemerintah mestinya berusaha yang serius, untuk pembinaan prestasi dalam bidang olah raga. Pemerintah Daerah sangat mampu membangun sarana untuk penunjang pembinaan atletik. Seleksilah siswa-siswa  yang memiliki potensi, binalah mereka. Anggaran pendidikan yang demikian besar, mestinya dikucurkan untuk saluran olah raga, khususnya atletik.

Bebaskan siswa yang memiliki potensial dari kegiatan ekstra kurikuler atau kegiatan lain. Pilihlah beberapa cabang atletik. Kelak, pemerintah daerah akan dikenal sebagai penghasil olah ragawan atletik tertentu.

Kalau pemerintah tak serius dengan keadaan yang demikian dan hal ini terus dibudayakan, jangan diharapkan ada anak bangsa yang akan mengangkat dan mengharumkan Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun