[caption id="attachment_128866" align="aligncenter" width="640" caption="dokumen pribadi"][/caption] Sudah tiga hari ini, anak-anak mengikuti kegiatan ramadhan di sekolah. Hari pertama siswa kelas VII dan hari terakhir kelas IX. Berbagai materi disampaikan baik secara teori maupun praktek. Ramadhan penuh kemuliaan. Berbagai macam ilmu ditularkan, ditransformasikan dengan penuh suka dan semangat. Malam ini dapat wawasan dari pemateri yang berlabel menjadi Muslim yang Genius. Luar biasa! Ilustrasi yang disampaikan (bagi saya sudah hafal), tayangan video penggugah motivasi. Namun tetap baik bagi seorang siswa. Peserta dibawa dalam sebuah suasana yang melayang. Membayangkan menjadi seorang yang serba kekuarang secara fisik, namun mampu bertahan hidup bahkan dalam bidang tertentu unggul. "Energi motivasi" adalah kuncinya. Kobaran motivasi tidak diharapkan sekali nyala kemudian lambat laun padam seiring dengan perjalanan waktu. Api semangat musti terus ditiup agar selalu menyala. Sumbu harus selalu dibahasahi minyak kebangkitan. Bila memang demikian, berarti bukan sang motivator yang selalu mengawasi dan menjaganya. Orang tua memegang peranan yang sangat besar. Sebab perbandingan waktu di sekolah/kursus lebih kecil bila anak berada di rumah.
Bila memang demikian perlu ada kegiatan praktek menjadi orangtua
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H