[caption id="attachment_117260" align="aligncenter" width="605" caption="(warnaku.com)"][/caption] Hari ini, di wilayah Jawa Tengah khususnya pembagian rapot kenaikan kelas. Hari ini, saya mengambil rapot dua kali. Pertama di Klaten untuk anak saya yang kelas 2 SD, kemudian dilanjurkan menuju solo untuk mengambil rapot anak saya yang pertama. Intinya tidak mengecewakan. Yang masih SD Alhamdulillah kali ini dapat rangking satu setelah sejak mulai masuk kelas satu merayap. Setapak demi setapak menaiki jenjang juara. Kelas 1 semester 1 nialai rapotnya mengecewakan. Nomor 16 dari 25 anak. Separo lebih. Mau dimarahi juga belum tahu apa arti rangking. Prasangka saya cuma masih menyesuaikan belajar. Karena sebelumnya di taman kanak-kanak. Bisa jadi sekolah masih dianggap bermain. Di kelas dua ini mewakili dua kejuaraan yang juga masuk ke jenjang yang lebih tinggi. Pertama adalah Olimpiade sains telah lolos seleksi 2 kali. Masih menunggu seleksi yang ketiga. Kedua adalah mewakili sekolah dalam lomba seni baca Al-Qur'an. Lolos ke babak berikutnya memasuki babak tingkat kabupaten. Adapun untuk anak saya yang pertama, rangkingnya meluncur sampai ketingkat di atas rata-rata, yang semester sebelumnya sempat mengenyam di rangking 7. Kami sekeluarga telah menyadari bahwa masuk sekolah itu memerlukan energi yang besar karena tingkat persaingannya ketat. Untuk mencapai 5 besar saja sungguh prestasi yang membanggakan. Dahulu, memang anak pertama saya ini merupakan lulusan terbaik di SMP-nya. Saya bilang jangan bangga dulu, sebab itu masih lingkup SMP yang siswanya masih di seputar sekolah. Saat ada informasi ada sekolah dengan tingkat persiangannya yang ketat, anak saya langsung setuju. Tapi saya masih melakukan survey mulai dari mendatangi sekolah, mengorek informasi dari alumni sampai pada wawancara dengan guru setempat. Sekolah ini siswanya berasal dari berbagai macam daerah/kabupaten. Adapun rangking yang cukup jauh terjun bebas, kami sekeluarga tidak menyalahkan anak. Saat ulangan umum berlangsung, anak saya harus mengikuti Seleksi Tilawatil Qur'an (STQ) tingkat nasional di Banjarmasin. Sehingga dia harus mengikuti ulangan tersendiri yang jumlahnya 12 mata pelajaran dan harus selesai dalam waktu 3 hari. Itulah jerih payah yang didapatkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H