Mohon tunggu...
amk affandi
amk affandi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

coretanku di amk-affandi.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Optimalisasi Kecerdasan Spiritual

6 Agustus 2014   07:07 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:18 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aristoteles sebagai seorang filosof dan psikolog boleh berbangga telah menemukan metode untuk mengukur kecerdasan manusia, yaitu dengan mengukur Intellegence Quotient (IQ). Dalam perjalanan IQ ini dikritik, karena menafikan sisi kemanusiaan. Hanya otak yang penuh kalkulasi yang bisa diandalkan. Beruntung Daniel Goleman menemukan sisi lain tentang keberadaan manusia yaitu Emotional Quotient (EQ). EQ merupakan prasarat dasar untuk penggunaan IQ. Pada akhir abad keduapuluh, ada interseksi antara psikologi, neurologi, ilmu antropologi dan kognitif untuk menunjukkan sisi yang ketiga yaitu Spiritua Quotient (SQ).
Ulasan di bawah ini hanya akan membahas bagaimana mengoptimalkan SQ.
Berdo’a
Berdo;a bukan berarti lemah. Do’a justru akan mendorong meningkatkan motivasi dalam memacu usaha seseorang. Berdo’a juga sebagai salah satu yang membuat kita sadar akan keberadaan sang Khalik.  Dialah yang mencipta, dan Dialah kita akan kembali.
Ritual.
Ritual adalah salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Karena hanya Dialah satu-satunya tumpuan hidup. Pelaksanaan ritual tentu berbeda cara antara satu dengan lainnya. Tapi inti dari ritual adalah dalam rangka mohon pertolongan agar mengenyam kehidupan ini semakin termotivasi.
Merenung
Dalam melakukan do’a tentu ada caranya. Ada medianya. Pola yang sama dengan berdo’a atau melakukan ritual tidaklah cukup. Orang membutuhkan kondisi yang rileks tanpa beban apapun agar tercapai apa yang menjadi idamannya. Oleh karenanya situasi tenang, rileks yaitu dengan merenung.
Membaca
Untuk menambah wawasan perlu membaca buku. Untuk berkhidmat agar mampu membedakan benar dan salah dengan membaca buku. Untuk menjadi trampil untuk kemaslahatan di dunia ini perlu membaca buku. Jadikan buku sebagai sahabat yang paling setia dalam suka maupun duka.
Menulis
Tahapan berikutnya dengan menulis. Sebab dengan menulis berarti separo kehidupan telah tercapai. Pena menjadi sahabat yang setia dalam keadaan apapun. Goresan pena akan membuat beberapa titik untuk melukis peradaban dunia.
Bersendawa
Mengobrol dengan orang lain mungkin tak akan pernah mengenal titik. Yang ditemui Cuma koma. Sebab masih ada kalimat yang harus ditulis berikuitnya. Mengajak teman dalam ngobrol berarti separo keperjaan telah usai, dengan catatan kita juga harus pandai memilih teman ngobrol
Membantu orang lain
Hidup tidak sendirian. Perlu sandaran orang lain agar tegak dalam menghadapi berbagai rintangan. Tolong menolong adalah kata kunci demi tegaknya masyarakat yang berbudaya. Budaya dapat menuntun kehidupan menjadi lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun