Mohon tunggu...
amk affandi
amk affandi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

coretanku di amk-affandi.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran Melalui Pendekatan Saintifik

12 September 2014   18:52 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:53 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kurikulum 13 telah ditetapkan pemerintah untuk dilaksanakan di semua jenjang pendidikan mulai tahun pelajaran 2014/2015. Tampaknya bagi pemerinta merupakan harga mati, meskipun do beberapa daerah masih enggan untuk melaksanakan. Sikap ini dipicu oleh ketidaksiapan pemerintah sendiri baik yang menyangkut sarana maupun tenaga pelaksana di lapangan.
Dalam kurikulum 13 ada perbedaan yang cukup nyata dipandang dari cara guru menyampaikan materi. Beruntung, sebelum memasuki kurikulum 13, pemerintah telah menerapkan KTSP. Sehingga sedikit banyak guru telah beradaptasi dari cara mengajar dari pola ceramah ke pemberdayaan siswa. Salah satu metode mengajar yang disarankan oleh kutikulum 13 adalah pendekatan saintifik.
Mungkin sebagian guru akan kaget dengan metode ini. Tapi sebagian yang lain justru senang bilamana memanfaatkan cara saintifik. Karena sesungguhnya cara ini lebih mementingkan siswa berbuat aktif. Guru menempatkan diri sebagai salah satu sumber belajar. Disamping itu, guru memang dituntut untuk mengelola kelas yang dituntut untuk aktif. Filosofinya : dari siswa, oleh siswa, untuk siswa.
Ada 4 cara agar pendekatan saintifik dapat berhasil.
1. Dari siswa yang diberitahu menuju mencari tahu.
Metode pembelajaran lama mengajarkan siswa hanya untuk mendengarkan. Segalanya dari guru. Mulai dari persiapan sampai pada kesimpulan. One man show. Siswa dituntut untuk mengetahui apa yang jadi keinginan guru. Bila dalam benak guru berbentuk lingkaran, siswa dituntut untuk mengetahui lingkaran. Bila siswa menemukan bentuk ellips, jajar genjang, sama sekali tidak diperkenankan
2. Pendekatan tekstual menuju proses pendekatan ilmiah.
Penerimaan informasi tiap orang berbeda satu dengam lainnya. Hal ini disebabkan karena tingkat pengalamannnya berbeda. Namun secara umum daya serap informasi terdiri 3 tingkatan. Pertama mendengarkan. Tingkatan ini yang paling rendah daya serapnya. Kedua melihat atau membaca. Tingkat penerimaannya lebih tinggi dari hanya melihat. Ketiga adalah melakukan. Daya serapnya tertinggi. Pembelajaran lewat saintifik identik dengan melakukan atau eksperimen.
3. Memberi keteladanan.
Krisis kepemimpinan nasional, saat ini sangat terasa. Pemimpin di lingkungan kita saat ini merupakan pola pendidikan beberapa tahun yang lalu. Miskin kreatifitas merupakan produk yang menganut model guru sebagai satu-satunya sumber belajar. Bila pendidikan tidak diubah mulai dari yanh dasar, dikhawatirkan akan menuai krisis kepemimpinan lebih parah. Pondasi utama pendidikan saat ini adalah keteladanan. Bukan saja guru yang harus menjadi panutan, tetapi orang tua dan masyarakat. Anak-anak butuh contoh nyata.
4. Pendekatan Ilmiah akan menelurkan siswa berfikir multi
Dalam keadaan tertentu jawaban tidak harus tunggal. Jawaban yang mengarah pada kreatifitas yang dikembangkan dari pola berfikir ilmiah sangat diutamakan. Akan lebih elok lagi manakala antar siswa bisa ditemukan kesimpulan yang tidak seragam. Itulah pendekatan pembelajaran yang berbasis individu. Tiap siswa berhak atas temuannya sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun