Mohon tunggu...
Affan Dharmawan
Affan Dharmawan Mohon Tunggu... Guru - Aktivis, Writer, Teacher , Master Of Ceremony

KIPAN DKI Jakarta, IMM Jakarta Selatan, Duta Pepelingasih DKI Jakarta, Remaja Masjid, Guru Merdeka Belajar.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Pendidikan Masa Pandemi, Mampukah Mencapai Tujuan Pembelajaran?

17 Februari 2021   22:33 Diperbarui: 17 Februari 2021   23:10 2906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PENDAHULUAN

Sebuah tatanan baru kini hadir mewarnai sejarah kehidupan manusia. Pandemi Covid-19 banyak sekali merenggut berbagai aspek dalam kehidupan kita semua. Dari pandemi ini juga seakan memberi arah jalan baru kepada sebuah modifikasi baru dalam kehidupan. (Wekke,I.S & Saleh, A.M.:2020). Hal tersebut pula yang menuntut kehidupan untuk berubah dan beradaptasi dalam jangka waktu yang cepat.

Tuntutan peralihan tersebut telah menjamah begitu luas pada sektor kehidupan, tak dapat dielakan dunia pendidikan pun ikut dari arus tersebut. Itulah yang kemudian menuntut para pamangku kebijakan sebagai pengayom dan pemberi keputusan atas keberlangsungan dan ketertiban kehidupan telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan pandemi.

Banyak pula Negara yang mengambil kebijakan dengan melakukan penutupan sekolah sebagai langkah menyelamatkan pendidikan dari hantaman bahaya virus, tak terkecuali Indonesia. Penutupan lembaga pendidikan tersebut kemudian bermuara pada kebijakan belajar dari rumah, mengajar dari rumah, atau bekerja dari rumah. Semuanya serba dirumahkan, yang secara otomatis penggunaan media atau ruang akan berganti pula dari offline menuju ke serba online. 

Masa pandemi COVID-19 sungguh telah mengubah teknis pembelajaran secara drastis menjadi pembelajaran yang berpusat kemandirian belajar peserta didik (Student Centered) dan pemanfaatan teknologi informasi komunikasi menjadi hal yang amat berperan dalam mengefektifkan pembelajaran daring.  

Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, Proses pembelajaran yaitu sebuah proses yang didalamnya terdapat serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif dan informatif untuk menggapai tujuan tertentu. Adanya Interaksi, percakapan, ataupun hubungan timbal balik antara guru dan siswa menjadikan syarat terpenting dalam berlangsungnya proses pembelajaran.

Pembelajaran yang terjadi saat interaksi berlangsung memberikan dampak adanya pertukaran informasi antara guru dan siswa sehingga terjadilah proses belajar tersebut. Akan tetapi pada kenyataan yang kita lihat di sekolah-sekolah, masih sering terlihat guru yang sangat berperan aktif di dalam proses pembelajaran, sementara siswa dibuat pasif, sehingga interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran tidak berjalan efektif.

Terlebih lagi jika kita lihat dengan kondisi pandemi saat ini, Orientasi pembelajaran menggunakan media daring yang tidak menutup kemungkinan juga bahwa adanya diskomunikasi saat pembelajaran antara guru dan siswa.

Hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan tempat dan jarak antara pendidik dan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga pendidik pun agak kesulitan dalam mengontrol kondisi dan situasi siswa ataupun kelas secara keseluruhan. Jika proses pembelajaran lebih didominasi oleh guru, maka efektifitas pembelajaran tidak akan dapat dicapai. Untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif, guru dituntut agar mampu mengelola proses pembelajaran yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga ia mau dan mampu belajar.

Pokok permasalahan bagi peserta didik tersebut bermuara pada perubahan lingkungan pembelajaran dari offline ke online sehingga dibutuhkan hal-hal yang harus menarik minat belajar online peserta didik melalui penciptaan lingkungan belajar yang positif, membangun komunitas belajar, memberikan umpan balik yang konsisten secara tepat waktu, dan menggunakan teknologi yang tepat untuk mengirimkan konten yang tepat.

Keberhasilan pengajaran dengan ditinjau dari tercapainya tujuan-tujuan pembelajaran sangat tergantung pada kemampuan pendidik dalam mengatur dan mengelola kelas yang dapat menghadirkan situasi yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar, sehingga akan menjadi titik awal keberhasilan pengajaran.

Hal ini berarti siswa dapat belajar dengan baik dalam suasana yang wajar, tanpa tekanan dalam kondisi yang merangsang untuk belajar. Begitu juga berkaitan dengan proses belajar mengajar hendaknya guru dapat mengarahkan dan membimbing siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga tercipta suatu interaksi yang baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa.

Cara belajar yang efektif dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai (Milan Rianto, 2007: 1). Maka, untuk menghadirkan cara belajar yang efektif diperlukan strategi yang tepat agar pembelajaran dapat berjalan dengan optimal dan seefektif mungkin.

Dengan demikian, penulis sangat menyadari bahwa setiap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan perlu adanya tujuan pembelajaran yang jelas dan juga dijadikan target dalam melihat perkembangan kompetensi yang ada pada setiap peserta didik. Tujuan pembelajaran yang diharapkan sangat penting untuk dirancang agar bisa melihat hasil belajar yang didapatkan oleh setiap peserta didik, Pendidik pun akan mudah melihat perubahan-perubahan perilaku dan pola pikir siswa setelah mendapatkan pembelajaran untuk mengarah kepada kemajuan perkembangan diri peserta didik.

Namun, dengan adanya tantangan perubahan pola pembelajaran selama pandemi yang terjadi saat ini akan kah tujuan pembelajaran mampu diraih dan dicapai oleh setiap siswa, atau justru adanya kemunduran dalam pencapaian tujuan pembelajaran dimasa pandemi ? Berikut beberapa penjelasan yang penulis akan sampaikan.

PEMBAHASAN

Pengertian Pendidikan

Secara Etimologi, Pendidikan diambil dari  bahasa Yunani yang berasal dari kata padegogik yaitu ilmu menuntun anak. Menurut bangsa Romawi, mereka mengartikan juga pendidikan sebagai educare, yaitu mengarahkan dan menuntun, tindakan mewujudkan potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan di dunia. Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai Erziehung yang setara dengan educare, yakni: menggelorakan kekuatan yang terpendam atau memacu kekuatan dan potensi seorang anak. Dalam bahasa Jawa, pendidikan berarti panggulawentah (pengolahan), yakni mengolah, mengubah kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran, kemauan dan watak, serta mengubah kepribadian sang anak.

Sebagaimana yang termaktub dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyatakan bahwa Pendidikan berasal dari kata dasar didik (mendidik), yakni memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian yaitu sebuah proses pembaharuan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan dan mematangkan pemikiran manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, serta cara mendidik. Pendidikan yang diartikan oleh Ki Hajar Dewantara adalah sebagai kekuatan upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.

Pendidikan adalah sesuatu yang fundamental bagi seorang manusia. Dengan pendidikan, manusia bisa menghadapi alam semesta demi mempertahankan hidupnya. Dengan pendidikan, manusia mampu mengenal dan memahami segala aspek yang ada disekitarnya. Manusia akan mengalami perubahan diri yang begitu pesat kemajuannya ketika ia telah mengenal dunia pendidikan. Pendidikan mampu memberikan pelajaran kepada manusia akan nilai-nilai kehidupan.

Pendidikan merupakan suatu proses yang diperlukan untuk mendapatkan kestabilan dan kesempurnaan dalam perkembangan tiap pribadi seseorang maupun masyarakat. Disisi lain dari pengajaran, Penekanan pendidikan juga lebih diarahkan dan terletak pada pembentukan kesadaran dari kepribadian individu atau masyarakat di samping kegiatan transfer ilmu dan keahlian. Dengan proses semacam ini nilai-nilai keagamaan, kebudayaan, pemikiran dan keahlian dapat diwariskan kepada generasi berikutnya oleh suatu bangsa atau negara. Sehingga diharapkan mereka betul-betul siap untuk menatap arah masa depan kehidupan bangsa dan negara yang lebih terang benderang.  


Pengertian Pandemi Covid-19

Penyakit virus corona 2019 (corona virus disease/COVID-19) sebuah nama baru yang diberikan oleh Wolrd Health Organization (WHO) bagi pasien dengan infeksi virus novel corona 2019 yang pertama kali dilaporkan dari kota Wuhan, Cina pada akhir 2019. Penyebaran terjadi secara cepat dan membuat ancaman pandemi baru. Pada tanggal 10 Januari 2020, etiologi penyakit ini diketahui pasti yaitu termasuk dalam virus ribonucleid acid (RNA) yaitu virus corona jenis baru, betacorona virus dan satu kelompok dengan virus corona penyebab severe acute respiratory syndrome (SARS) dan middle east respiratory syndrome (MERS CoV).  

Diagnosis ditegakkan dengan risiko perjalanan dari Wuhan atau negara terjangkit dalam kurun waktu 14 hari disertai gejala infeksi saluran napas atas atau bawah, disertai bukti laboratorium pemeriksaan real time polymerase chain reaction (RT-PCR) COVID-19. Wolrd Health Organization membagi penyakit COVID-19 atas kasus terduga (suspect), probable dan confirmed, sedangkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mengklasifikasikan menjadi orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), orang tanpa gejala (OTG) dan pasien terkonfirmasi bila didapatkan hasil RTPCR COVID-19 positif dengan gejala apapun.

Bahan pemeriksaan dapat berupa swab tenggorok, sputum dan bronchoalveolar lavage (BAL). Hingga saat ini belum ada anti-virus dan vaksin spesifik sehingga diberikan terapi suportif sesuai dengan derajat penyakit. Penyebaran penyakit diketahui melalui droplet dan kontak dengan droplet. Prognosis pasien sesuai derajat penyakit, derajat ringan berupa infeksi saluran napas atas umumnya prognosis baik, tetapi bila terdapat acute respiratory distress syndrome (ARDS) prognosis menjadi buruk terutama bila disertai komorbid, usia lanjut dan mempunyai riwayat penyakit paru sebelumnya. Pencegahan utama sekaligus tata laksana adalah isolasi kasus untuk pengendalian penyebaran. Masih diperlukan berbagai riset untuk mengatasi ancaman pandemi virus baru ini.

WHO (World Health Organization atau Badan Kesehatan Dunia) secara resmi mendeklarasikan virus corona (COVID-19) sebagai pandemi pada tanggal 9 Maret 2020. Artinya, virus corona telah menyebar secara luas di dunia. Istilah pandemi terkesan menakutkan tapi sebenarnya itu tidak ada kaitannya dengan keganasan penyakit tapi lebih pada penyebarannya yang meluas. Ingat, pada umumnya virus corona menyebabkan gejala yang ringan atau sedang, seperti demam dan batuk, dan kebanyakan bisa sembuh dalam beberapa minggu. Tapi bagi sebagian orang yang berisiko tinggi (kelompok lanjut usia dan orang dengan masalah kesehatan menahun, seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, atau diabetes), virus corona dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Kebanyakan korban berasal dari kelompok berisiko itu. Karena itulah penting bagi kita semua untuk memahami cara mengurangi risiko, mengikuti perkembangan informasi dan tahu apa yang dilakukan bila mengalami gejala. Dengan demikian kita bisa melindungi diri dan orang lain.


Pengertian Tujuan Pembelajaran

Menurut Cranton, tujuan pembelajaran adalah pernyataan-pernyataan tentang pengetahuan dan kemampuan yang diharapkan dari peserta setelah selesai pembelajaran. Sementara itu, Meger dalam bukunya yang berjudul Preparing Instructional Objetives (1975), menyatakan bahwa tujuan pembelajaran adalah gambaran kemampuan mahasiswa yang menunjukkan kinerja yang diinginkan yang sebelumnya mereka tidak mampu. Maksudnya adalah tujuan pembelajaran merupakan pernyataan-pernyataan yang menyatakan hasil belajar yang akan dicapai oleh mahasiswa pada mata kuliah anda.

Ditinjau pada UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Adapun tujuan dari Pendidikan nasional  adalah untuk berkembangnya kemampuan peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan merupakan hasil usaha yang diinginkan, yakni hasil yang diinginkan pada akhir serangkaian kegiatan. Tujuan hendaknya dinyatakan sebelum pelaksanaan kegiatan, dan perlu diperhatikan secara terus menerus baik isi (substansi) maupun teknis penulisannya. Tujuan pembelajaran merupakan deskripsi tentang perubahan perilaku yang diinginkan atau deskripsi produk yang menunjukkan bahwa belajar telah terjadi (Gerlach dan Ely, 1980). Tujuan pembelajaran itu merupakan bentuk harapan yang dikomunikasikan melalui pertanyaan dengan cara menggambarkan perubahan yang diinginkan pada diri siswa, yakni pernyataan tentang apa yang diinginkan pada diri siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajar .


Proses Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) / E-Learning selama Masa Pandemi

Pembelajaran daring atau bisa disebut juga sebagai PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) merupakan sistem pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan platform digital sebagai media pembelajaran, dalam artian proses pembelajaran dilakukan dengan tidak bertatap muka langsung. Dengan demikian dapat membantu jalannya proses belajar mengajar yang dilakukan meskipun dari jarak jauh. Tujuan dari adanya pembelajaran daring ialah memberikan layanan pembelajaran bermutu dalam jaringan yang bersifat masif dan terbuka untuk menjangkau peminat ruang belajar agar lebih banyak dan lebih luas.

Berikut ini merupakan beberapa aplikasi yang dapat membantu kegiatan pembelajaran daring/PJJ, Misalnya whatsapp, zoom, web blog, edmodo dan lain-lain. Dalam hal ini, pemerintah juga mengambil peran dalam menangani ketimpangan kegiatan belajar selama pandemi covid 19 ini. Melansir laman resmi Kemendikbud RI, ada 12 platform atau aplikasi yang bisa diakses oleh kalangan pelajar untuk belajar di rumah yaitu (1) Rumah belajar; (2) Meja kita; (3) Icando; (4) Indonesiax; (5) Google for education; (6) Kelas pintar; (7) Microsoft office 365; (8) Quipper school (9) Ruang guru; (10) Sekolahmu; (11) Zenius; (12) Cisco webex.


 Tantangan dari adanya pembelajaran daring salah satunya adalah keahlian dalam penggunaan teknologi dari pihak pendidik maupun peserta didik. Dabbagh (dalam Hasanah, dkk., 2020:3), menyebutkan bahwa ciri-ciri peserta didik dalam aktivitas belajar daring atau secara online yaitu :

1. Semangat belajar : semangat pelajar pada saat proses pembelajaran kuat atau tinggi guna pembelajaran mandiri. Ketika pembelajaran daring kriteria ketuntasan pemahaman materi dalam pembelaran ditentukan oleh pelajar itu sendiri. Pengetahuan akan ditemukan sendiri serta mahasiswa harus mandiri. Sehingga kemandirian belajar tiap mahasiswa menjadikan pebedaan keberhasilan belajar yang berbeda-beda.

2. Literasi terhadap teknologi : Pada saat pembelajaran online/daring pemahaman terhadap literasi teknologi merupakan salah satu keberhasilan dari dilakukannya pembelajaran daring. Sebelum pembelajaran daring/online siswa harus melakukan penguasaan terhadap teknolologi yang akan digunakan. Media yang biasa digunakan sebagai sarana pembelajaran online/ daring ialah komputer, smartphone, maupun laptop. Perkembangan teknologi saat ini juga telah menciptakan banyak aplikasi atau fitur--fitur yang digunakan sebagai sarana pembelajaran daring/online.

3. Kemampuan berkomunikasi interpersonal : Dalam ciri-ciri ini pelajar harus menguasai kemampuan berkomunikasi dan kemampuan interpersonal sebagai salah satu syarat untuk keberhasilan dalam pembelajaran daring. Guna menjalin hubungan serta interaksi antar pelajar lainnya kemampuan komunikasi interpersonal menjadi hal yang sangat dibutuhkan. Meskipun pembelajaran online dilaksanakan secara mandiri dengan berbeda jarak, tapi tetap tidak menghilangkan esensi sebagai makhluk sosial dengan membutuhkan interaksi dan komunikasi. Maka dari itu kemampuan interpersonal dan kemampuan dalam komunikasi harus tetap dilatih dalam kehidupan bermasyarakat.

4. Berkolaborasi : berkolaborasi ini dimaksudkan dalam hal interaksi. Interaksi tersebut diperlukan terutama ketika pelajar mengalami kesulitan dalam memahami materi. Selain itu, interaksi juga perlu dijaga guna untuk melatih jiwa sosial mereka agar jiwa individualisme dan anti sosial tidak terbentuk didalam diri pelajar. Dengan adanya pembelajaran daring juga pelajar mampu memahami pembelajaran dengan kolaborasi. Pelajar juga akan dilatih supaya mampu berkolaborasi baik dengan lingkungan sekitar atau dengan bermacam sistem yang mendukung pembelajaran daring.

5. Keterampilan untuk belajar mandiri : salah satu karakteristik pembelajaran daring adalah kemampuan dalam belajar mandiri. Belajar yang dilakukan secara mandiri sangat diperlukan dalam pembelajaran daring. Karena ketika proses pembelajaran, Pelajar akan mencari, menemukan sampai dengan menyimpulkan sendiri yang telah ia pelajari. "Pembelajaran mandiri merupakan proses dimana siswa dilibatkan secara langsung dalam mengidentifikasi apa yang perlu untuk dipelajari menjadi pemegang kendali dalam proses pembelajaran". Ketika belajar secara mandiri, dibutuhkan motivasi sebagai penunjang keberhasilan proses pembelajaran secara daring.


Proses Pembelajaran Blended Learning selama Masa Pandemi

Dalam menghadapi era pandemi covid-19 ini, sebagai salah satu program yang dapat menjadi solusi dan menjembatani keberlangsungan pendidikan di Indonesia, para pakar pendidikan menggunakan model blended learning sebagai sebuah trobosan baru. Melalui blended learning, pemerintah melaksanakan pembelajaran yang menggabungkan konsep tatap muka dengan menggunakan platform media online seperti aplikasi WhatsApp, Zoom dan Google Meet. Program blended learning ini juga merupakan langkah bijaksana untuk mengatasi masalah pembelajaran yang terkendala oleh jarak dan tempat. Karena ketika guru dan siswa tidak berada di sekolah, maka interaksi antara guru dan siswa akan terkendala tempat. Dengan demikian juga, bisa memungkinkan adanya kurang optimalan dalam interaksi sebuah pembelajaran. Maka diperlukan adanya sebuah platform digital yang mampu memfasilitasi interaksi guru dan siswa saat pembelajaran dalam jaringan. Melalui platform tersebut juga, guru bisa memberikan materi dengan bentuk visual, audio, maupun audio visual. Dengan demikian pembelajaran tetap bisa berjalan meskipun tidak berada di sekolah.

Sebagai pengajar, seorang guru hendaknya memperhatikan beberapa hal yang harus dilakukan pada pembelajaran yang menggunakan model atau program blended learning yaitu memberikan silabus, memberi kesempatan siswa untuk meninjau silabus, mempererat hubungan dengan siswa melalui komunikasi online, memperhatikan dan memberikan informasi perkembangan pencapaian siswa secara real-time, menjaga interaksi dengan siswa agar hubungan emosional tetap terjalin, dan mengadakan evaluasi.

Dalam perihal penilaian, penilaian online dapat digunakan oleh guru untuk bisa dilihat oleh siswa kapanpun dan dimanapun mereka berada. Penilaian online tersebut sebagai bentuk transparansi dari seorang guru terhadap pencapaian siswanya selama proses pembelajaran semester berlangsung. Sehingga mampu memacu semangat dan motivasi siswa untuk terus meningkatkan kemampuannya.

Suatu hal yang sangat penting dalam program blended learning adalah memperbanyak interaksi antara guru dan siswa. Dengan tidak adanya pertemuan tatap muka secara langsung dari dalam kelas, Maka pada pelaksanaan pembelajaran melalui media virtual, seorang guru hendaknya dapat menghidupkan suasana belajarnya dengan terus memberikan stimulus-stimulus yang memancing siswa untuk berkomunikasi berkala dengan guru. Bahkan tidak menutup kemungkinan untuk berkomunikasi antar siswa dalam kelas dengan perihal membahas tugas-tugas yang telah ditentukan oleh guru. Selain, itu dalam kalangan mahasiswa seorang dosen dapat memberikan stimulus kepada mahasiswa agar terciptanya diskusi yang hidup meskipun tidak secara langsung.


Efektifitas (Kekurangan dan Kelebihan) Pembelajaran selama Masa Pandemi

Dalam pelaksanaannya, pembelajaran masa pandemi tentunya banyak sekali hal yang berbeda dan pembaharuan adaptasi dalam menciptakan peembelajaran yang efektif dan optimal. Mengingat pembelajaran pada masa pandemi ini memanfaatkan media teknologi atau berbasis daring, tentunya merupakan hal baru yang mewarnai sejarah pendidikan di Indonesia. Meskipun dengan segenap usaha dan upaya dilakukan, tentunya belumlah pembelajaran daring ini sempurna dalam segala aspek. Maka dengan demikian, ada beberapa kekurangan dan juga kelebihan yang terdapat didalamnya. 

Beberapa Kelebihan pembelajaran secara daring memiliki kelebihan sebagai berikut:

1. Tersedianya fasilitas e-moderating dimana pengajar dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara reguler atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu.

2. Pengajar dan siswa dapat menggunakan bahan ajar yang terstruktur dan terjadwal melalui internet .

3. Siswa dapat belajar (me-review) bahan ajar setiap saat dan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.

4. Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet.

5. Baik pengajar maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak.

6. Berubahnya peran siswa dari yang pasif menjadi aktif.

7. Relatif lebih efisien. Misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari Perguruan Tinggi atau sekolah konvensional dapat mengaksesnya.

Kekurangan yang ada dalam pembelajaran daring selama pandemi yaitu :

1. Kurangnya interaksi antara pengajar dan siswa atau bahkan antara siswa itu sendiri, bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar mengajar.

2. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong aspek bisnis atau komersial.

3. Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan dari pada pendidikan.

4. Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini dituntut untuk menguasai teknik pembelajaran dengan menggunakan ICT (Information Communication Technology).

5. Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.

6. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon, dan komputer).


Kesimpulan

Dari pemaparan di atas, dapat kita ambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

Pandemi Covid-19 telah memberikan tatanan baru dalam dunia pendidikan. Berbagai cara ditempuh dalam rang mengefektifkan dunia pendidikan meskipun saat ini sedang ditimpa kesulitan yang luar biasa. Proses pembelajaran dirancang dan diinovasikan untuk mampu beradaptasi dengan keadaan dan memanfaatkan sumber daya yang ada. Memberikan pemahaman kepada kita bahwa sesungguhnya kegiatan belajar dapat dilakukan secara fleksibel tak terikat oleh ruang dan waktu, namun tidak menghilangkan esensi dari pembelajaran. 

Hadirnya pembelajaran daring atau kita kenal dengan e-learning, menjadi sebuah ide cemerlang untuk dapat diterapkan saat ini dan terus dikembangakan kemudian hari. Itulah salah satu langkah pula yang diambil oleh pemerintah dalam penyesuaian di dunia pendidikan saat ini. 

Perlahan tapi pasti kegiatan pembelajaran di dalam kelas dengan tatap muka, kini bisa diaptasikan dengan pembelajaran yang berbasis daring (Online) dengan memanfaatkan teknologi digital sebagai penunjangnya. Orientasi belajar dalam pembelajaran daring ini pun mengarahkan berpusat kepada siswa (Student Centered), yang dimana siswalah yang berperan aktif dalam mencari informasi, pengetahuan, pengalaman, dan juga keterampilan.

Memaknai sebuah pendidikan, tentunya tidak melupakan esensi didalamnya untuk dapat memberikan pengajaran, pengarahan, pelatihan, tuntunan, ataupun pendalaman dalam rangka menciptakan adanya perubahan dan kemajuan pada individu manusia. Perubahan tersebut meliputi pada pemahaman, akhlaq, watak, kepribadian, keterampilan, dan sebagainya dari tiap individu sebagai wujud bekal dalam kehidupannya. Dalam pendidikan juga, ada sebuah tujuan tertentu yang diharapkan adanya sebagai wujud patokan dan target pada setiap pembelajaran yang dilaksanakan.

Tujuan pada sebuah pembelajaran meliputi akan adanya perubahan pola pikir, pemahaman, ataupun tingkah laku pada diri seorang pelajar. Tujuan pembelajaran akan menjadi indikator penting dalam menentukan keberhasilan sebuah pembelajaran dan pengajaran.

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dan bisa kita sebut juga sebagai E-Learning yang saat ini digalakkan implementasinya menjadi upaya dalam pengefektifan pembelajaran dalam kondisi yang sulit saat ini. pemanfaatan teknologi digital sangat berperan aktif sebagai media ataupun sumber belajar.

Model pembelajaran yang tepat menjadi upaya para pendidik untuk dapat sesuai dan mencapai target dari tujuan pembelajaran yang diharapkan. Sebisa mungkin seorang pendidikan dapat melaksanakan pembelajaran secara komunikatif dan interaktif dalam menghasilkan hasil belajar yang baik. Ada beberpa hal yang penting untuk tertanam dalam diri pelajar yakni semangat belajar, kemampuan literasi digital, budaya kolaborasi dan komunikatif, serta kemandirian dalam belajar.

Dengan melihat beberapa pemaparan d iatas, dapat penulis simpulkan juga bahwa tujuan pembelajaran pada masa pandemi ini sudah cukup baik hasilnya. Dimana kemandirian pada peserta didik terus dilatih dan menunjukkan pada perubahan yang ada dari sebelumnya. Selain itu, komunikasi dengan pemanfaatan digital menjadi keterampilan baru bagi peserta didik agar dapat mencapai pengetahuan yang diraihnya. 

Pemahaman yang diterima oleh peserta didik cukup optimal meskipun pembelajaran dilakukan secara virtual dengan melakukan penilaian dan evaluasi secara online juga. Pemahaman yang siswa terima pun bisa cukup beragam, tidak hanya menjadikan buku belajar sebagai sumber belajar namun bisa juga memanfaatkan media internet sebagai sumber belajar yang lebih luas.

Akan tetapi, alangkah lebih baiknya perlu terus diadakan evaluasi dan perbaikan kedepannya dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Supaya, kualitas pelayanan pendidikan dapat terus meningkat dan sesuai harapan bersama.

Strategi dan persiapan yang optimal dari berbagai pihak seperti guru, lembaga pendidikan, dan juga masyarakat menjadi hal yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan pembelajaran secara nyata. Segala kelebihan yang ada pada pembelajaran daring diharapkan dapat terus dipertahankan dan kekurangan yang ada bisa segera diatasi dengan saling bergotong royong dan mencari solusi bersama.


Daftar Pustaka

Diah Handayani, dkk. Penyakit Virus Corona 2019. Jurnal Respirologi Indonesia : KEMENRISTEK DIKTI, Vol.40, No.2, April, 2020 .

Fakhrurrozi. Hakikat Pembelajaran yang Efektif. (Jurnal : At-Tafkir). Vol.XI, No.1, 2018.

Hasanah, dkk. Analisis Aktivitas Belajar Daring Mahasiswa Pada Pandemi COVID-19. Jurnal Pendidikan: Volume 1 No.1. 2020.

Ika Handarini, Oktavia, dkk. Pembelajaran Daring Sebagai Upaya Study From Home (SFH) Selama Pandemi Covid 19. (Jurnal Pendidikan Administrasi Perkantoran : UNESA PRESS), Vol. 8, No.3, 2020.

Kian, Amboro. Kontekstual Pandemi Covid-19 dalam Pembelajaran Sejarah. (Yupa : Historical Studies Journal, Universitas Sebelas Maret), Surakarta. Vol.3, No.2, 2019.

Lilis Rosita. PERAN PENDIDIKAN BERBASIS KARAKTER DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH. Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi, Vol.III, No.1, 2018.

Miftaku Rohman. Konsep Pendidikan Islam menurut Ibnu Sina dan Relevansinya dengan Pendidikan Modern. Jurnal Episteme : Vol. 8, No.2, Desember, 2013.

Mohammad Asrori. Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup Strategi Pembelajaran. Jurnal Madrasah : Vol.5, No.2, Malang, 2013.

Muzawir Shaleh, Ahmad. Problematika Kebijakan Pendidikan Di Tengah Pandemi Dan Dampaknya Terhadap Proses Pembelajaran Di Indonesia. (Jurnal : UIN Alaudin Makassar). 2020.

Nurkholis. Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Teknologi. (Jurnal Kependidikan: Vol.1, No.01, STAIN Purwokerto). November, 2013.

Rifa'i, Achmad. Evaluasi Pembelajaran. (Semarang: UNNES PRESS). 2007

Tubagus Panambaian. PENERAPAN PROGRAM PENGAJARAN DENGAN MODEL BLENDED LEARNING PADA SEKOLAH DASAR DI KOTA RANTAU. Jurnal Analytica Islamica : Vol. 22, No.1, 2020.

covid19.go.id, VIRUS CORONA (COVID-19), diakses pada 30 Januari 2020 pukul 22.13 WIB.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun