Pada fase ini, masyarakat di Jazirah Arab mengalami kemerosotan moral yang begitu buruknya. Pembunuhan, pemerkosaan, perjudian, perbudakan, pertumpahan darah hingga keburukan lainnya sangat lazim terlihat saat itu. Â Hal ini terjadi karena tidak adanya pondasi keimanan dan Agama yang kokoh dalam diri orang tersebut sehingga mereka hidup secara semaunya tanpa ajaran dan pedoman yang baik dalam hidupnya.Â
Ketika agama Islam datang dengan membawa ajaran yang Rahmatan lil `alamiin, maka sedikit demi sedikit kondisi seperti itu pun dapat ditangani dengan baik dan hati mereka pun banyak yang tergerak untuk masuk kedalam Islam yang menjarkan ummatnya dengan cara perlahan dan penuh hikmah. ini dapat menjadi refleksi bagi kita bahwasannya ajaran agama memang sangat diperlukan dalam memperkokoh keimanan dan pedoman dalam menjalankan kehidupan.Â
Orang yang tidak beragama saja dengan moral yang begitu ancurnya dapat diatasi dengan kembali kepada ajaran agama, tidak menutup kemungkinan juga untuk kita sebagai bangsa Indonesia dapat mengangani permasalahan demoralisasi bangsa dengan kembali kepada nilai-nilai ajaran keagamaan dan senantiasa Istiqomah didalamnya.Â
Pada hakikatnya agama itu merupakan sebuah nasihat sebagaimana yang telah kita ketahui bahwasannya "Ad-dinu Nasihat" (Agama Itu Nasihat), Maka mari sama-sama kita kembali kepada ajaran dan nilai-nilai keagamaan Islam dengan menyebarluaskan nasihat kepada semua manusia untuk dapat memberikan pencerahan, pelajaran dan hikmah bagi orang lain.
    Â
Bisa kita lihat dalam UU tujuan pendidikan diatas yakni tujuan pertama yang disebut dalam UU tersebut merupakan aspek religiusitas, diamana nilai keimanan, ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berakhlaq mulia merupakan pondasi utama seseorang untuk menjadi manusia yang baik, unggul, dan menjadi tolak ukur nilai kepribadian seseorang.Â
Hal ini juga sejalan dengan Kurikulum 13, dimana aspek penilaian pada siswa mencangkup 3 aspek, yakni kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan menekankan pada sebuah aspek yaitu afektif (kepribadian). ini menjadi sebuah cerminan bahwa sangat pentingnya nilai-nilai keagamaan dalam membentuk kepribadian seseorang secara baik dan juga mencegah hal-hal buruk dalam kepribadian seseorang.
Dalam realita yang sering kita lihat dalam dunia pendidikan yaitu, pendidikan Agama Islam yang diajarkan kepada anak di sekolah merupakan nilai-nilai positif dalam menambah keimanan, pengetahuan, dan wawasan seorang anak dalam memahami agama.Â
Tercermin pada kegiatan sekolah yang selalu mengajarkan kebaikan misalnya dengan diadakan kultum, sholat berjama`ah, tadarus bersama, dan kegiatan lainnya yang jauh dari kata mengajarkan keburukan. kegiatan positif inilah yang diperlukan generasi bangsa untuk menghindari keburukan agar senantiasa hidupnya dipenuhi dengan kegiatan-kegiatan yang positif.
Jadi, kesimpulan dalam pembahasan kali ini adalah Aspek religiusitas atau nilai-nilai keagamaan sangat penting dan memiliki dampak yang begitu besar dalam membangun dan mengembangkan kepribadian seseorang.Â
Demoralisasi yang terjadi di indonesia saat ini hendaknya kita atasi bersama-sama dengan kembali berpegang teguh pada nilai-nilai agama Islam  untuk senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan. kegiatan-kegiatan positif perlu dibangun kembali untuk menghindari kegiatan yang bernilai negatif dan berakibat rusaknya moral seseorang. Nasihat, Teguran, dan kepedulian menjadi poin penting juga dalam keberhasilan menciptakan kepribadian manusia yang berakhlaq baik dengan bergotong royong mendukung pengembangan kualitas diri masing-masing individu.