Mohon tunggu...
Affan Farizi
Affan Farizi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pukulan Didikan dan Kasih Sayang

12 April 2017   06:25 Diperbarui: 12 April 2017   16:30 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dengan menyebut nama Allah subahanahu wata'ala yang maha pengasih lagi maha penyayang dan segala pujian hanya kepada Allah subahanahu wata'ala. sholawat serta salam tetap kita curahkan kepada baginda rosul yang tersayang yang tercinta dan yang terindu Muhammad salallahu alaihi wasallam.

Mendidik anak dengan memukulnya kenapa tidak? menyayangi anak dengan memukulnya kenapa tidak? asal tidakmemukul karena emosi dan melampiaskan kemarahan kepada anak. kebanyakan pada saat ini pemukulan kepada anak-anak sudah tidak pernah dilakukan lagi terutama di ruang lingkup pendidikan mulai menghilangnya pemukulan terhadap siswa karena orang tua dari siswa banyak melaporkan kepada polisi jika anak mereka di hukum dengan di pukul atau di cubit. sehingga hilanglah pemukulan untuk mendidik anak di indonesia. sehingga yang terjadi adalah kurang mandirinya seorang anak untuk menyelesaikan masalah, kebanyakan masalah akan di adukan kepada orang tuanya sehingga mental anak kurang matang. akibat suka mengadu maka anak akan merasa jago dalam ucapan untuk mengadu kepada orang tua. dan menjadi anak penakut.

Padahal pemukulan terhadap anak atau siswa untuk mendidik karakter suatu anak di ibaratkan sebagai seorang dokter yang memberikan suntikan kepada pasien. suntikan itu memang akan terasa sakit bagi pasien , namun itu hanya diberikan sesuai kadar penyakitnya . seorang guru atau orang tua bersifat keras terhadap siswa atau anaknyamanakala melihat mereka lalai atau mendapati ksalahan pada diri mereka. Dan pemukulan terhadap anak  juga di ibaratkan sebagai obat. Jika obat itu sedikit maka tidak akan ber efek terhadap pasien atau jika obat itu dosisnya terlalu tinggi maka pasien tersebut akan over dosis. maka alangkah sebaiknya bila obat tersebut sesuai kadar dosisnya. begitu juga pemukulan terhadap anak atau siswa jika pemukulan untuk mendidik anak tidak sesuai kadar atau lebih dari kadarnya maka akan berefek jelek terhadap anak. maka pemukulan untuk mendidik anak haruslah pas. Tidak di bolehkan hingga patah tulang,atau patah gigi hingga berdarah. dan dibolehkannya memukul anak itu dari umur 10-15 tahun.

 miris sekali jika kita mendengar larangan memukul anak bahkan hingga dikatakan jika kita memukul anak , maka kita juga mengajarkan anak sebagai pemukul. sama sekali itu tidak benar, kenapa? karena pemukulan terhadap anak atau siswa sebagai sarana pendidikan. yang salah jika pukulan itu bukan bertujuan untuk mendidik tetapiekspresi kemarahan dari seseorang. pukulan merupakan salah satu sarana pendidikan seorang guru boleh memukul,orang tua juga boleh memukul sebagai bentuk pengajaran dan peringatan.

inilah pendidikan islam. bukan yahudi dan nasrani. yang mana konsep pendidikan islam sebagai rahmat bagi semesta alam. lihatlah hasil didikan islami contoh nya umar bin khattab orang yang mampu menutup 2 peradaban dunia di masanya yaitu persia dan sebagian roma, kalo di ibaratkan sekarang menaklukan russia dan amerika dia mendidik anaknya hingga melahirkan anak yang baik . kemudian sosok muhammad al-fatih penakluk konstatinopel. dulu ayahnya sangat khawatir terhadap masa pertumbuhan anaknya karena sangat manja dan merasa di perhatikan di kesultanan padahal dialah yang akan meneruskan perjuangan ayahnya meneruskan kesultanan utsmani.  sehingga dicarikanlah seorang guru yaitu aq syamsuddi ayahnya mengamanahkan gurunya untuk mendidik anaknya dan di beri hak untuk memukul anaknya dan di berikannya juga pemukul kepada guru al-fatih. disitulah keistimewaan seorang al-fatih yang pertama manja kemudian menjadi orang yang mampu menaklukan konstatinopel di umur 21. ituah out put yang di hasilkan oleh pukulanpendidikan.

ya anda bandingkan saja sendiri dengan pendidikan tanpa di pukul outputnya seperti apa. saya peribadi dulu di didik dengan pemukulan hingga membuat saya berfikir . dan jawabannya saya temukan saat lulus SMA . ya mereka orang tua saya memukul saya karena Sayang terhadap saya begitu juga guru sd dan madrasah saya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun