Beliau melanjutkan. "Pendek kata, Khalifah Ustman mengambil langkah dan mengutus sahabat Zaid bin Tsabit untuk membantu beliau dalam melancarkan pengkodifikasian Al-Qur'an. Mulai dari mengumpulkan para penghafal Al-Qur'an, mengumpulkan ayat-ayat yang dicatat oleh sahabat-sahabat lain, kemudian dilakukan verifikasi. Lihat bagaimana eksistensi Al-Qur'an bisa bertahan sampai 1000 tahun lebih dan tetap otentik. Karena apa? Kutiba! Bayangkan saja kalau proses kutiba itu dulu tidak terjadi, tentu akan banyak perubahan, banyak perbedaan, dan lama-lama akan terlupakan oleh zaman."
Dari sinilah kemudian saya menyadari bahwa menulis adalah tindakan yang lebih dari sekadar mencatat. Menulis adalah cara untuk menjaga warisan, mengikat pengetahuan, dan memastikan bahwa kebenaran tidak akan pudar. Dalam dunia yang serba cepat ini, kadang kita terlena dengan informasi yang datang dan pergi tanpa jejak. Namun, dengan menulis, kita menciptakan sebuah ruang permanen untuk pemikiran dan ilmu yang kita dapatkan. Ini adalah langkah pertama menuju pemahaman yang lebih dalam dan keterampilan yang lebih baik.
Karena memang agak awam dengan pengetahuan yang muluk-muluk, saya lebih memilih jalur yang simpel dulu. Dengan cara menuliskan apa saja. Kayak tulisan yang rekan-rekan baca saat ini. Yang simpel dulu: menulis apa yang kita suka, menulis pengalaman-pengalaman baik, atau menulis apapun asal ada impact baik buat saya sendiri (dulu). Selebihnya, wallahua'lam.
Jadi, kapan mulai nulis?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H