Idul Fitri kali ini tidak ada lagi ucapan khusus yang ku buat untukmu. Kata-kata kini kehilangan bunyinya. Dan ucapan-ucapan itu barangkali akan menyimpang dari maknanya. Namun Idul Fitri akan selalu jadi momen Bahagia, Ning. Untuk Sebagian besar umat manusia, anak-anak, remaja, para orang tua, kakek-nenek, semua merasakan hal yang sama. Kisah kita, bagi mereka (atau masing-masing kita), tak punya arti apa-apa.
Namun ingatan itu akan selalu sama, Ning. Obrolan daring kita yang begitu lama, lempar-tukar isi kepala, pertemu-pisahan jalan yang mengantar kita pada masing-masing anggapan yang sampai sekarang (dan entah sampai kapan) tidak lekas sama sebab tidak ada bahasa yang sanggup mewakili duka, menyampaikan gemuruh dada.
Tapi Idul Fitri akan selalu sama, Ning. Moment perayaan dan saling mengirim-ucapkan permintaan maaf dan apapun yang menghangatkan hubungan itu akan selalu ada. Akan selalu ada, Ning. Selalu ada. Dan kita tahu bahwa tidak melulu mulut mewakili bahasa, tidak selalu huruf-huruf mau menjadi perantara. Barangkali ada jalan paling sunyi yang sanggup mengantar kerinduan, Ning. Setiap saat, sampai kapanpun tak akan pernah lekas, akan selalu membekas.
Kau tahu bahwa tahun-tahun setelah ini akan jadi cerita panjang. Apa yang kita hadapi adalah apa yang sebetulnya harus kita jalani. Aku tak pernah berharap apapun atau bagaimanapun kepadamu, kepada ingatan itu. Telah ku kutuk kisah kita dalam tulisan-tulisan lalu. Kau tahu, Ning. Alur perjalanan kata-kata telah mengisaratkan semuanya. Aku tahu ini setelah mataku benar-benar terbuka. #bukutentangjarak telah lama ku persiapkan sebelum kenyataanya kita benar-benar berjarak. #bukutuanumah menjadi scenario kejadian-kejadian selama itu. Dan terakhir (barangkali ini akan jadi penutup), telah lama ku persiapkan dengan nama besar 'isyarat duka'. Kau tahu, itu ku susun jauh sebelum hari bahagiamu tiba, Ning. Dan ku gandang nama baru sebab aku tidak mau menyebut akhir kita sebagai duka. "Kaktus dan Kejadian Ganjil", itu nama barunya.
Telah banyak keajaiban disini, Ning. Doa-doa yang ku layangkan dengan tenang jauh-jauh hari kini telah menang. Kau menang, Ning. Aku juga menang. Kita tidak kalah sebab kita sama-sama berjuang. Terimakasih, aku yakin tidak ada yang percuma dalam hal apapun.
Selamat Idul Fitri, Ning. Dan maaf, barang kali tidak akan ada lagi ucapan khusus yang ku buat untukmu.
Malang, 30 Ramadhan 1442 H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H