Ketika akan menuliskan ini, tiba-tiba aku teringat rekan ku yang sangat suka membaca tapi anti novel dan tulisan-tulisan fiksi. Ia kutu buku, terlihat dari kepandaianya meraih perhatian lawan bicara sebab seakan-akan, apa yang ia bicarakan adalah hal-hal yang baru kami tahu. Ia suka buku, tapi bukan buku fiksi.
Pernah suatu ketika, ia bertanya kepadaku apakah aku punya buku biografi Gus Dur. Kebetulan aku baru saja dapat buku bagus rekmendasi Mas Gus buat kubaca. Judulnya 'Mata Penakluk' karya Abdullah Wong. Sebuah novel yang menyerap kisah hebat seorang Guru Bangsa. Dikemas apik dan nyenyak. Membaca setiap bagiannya sama dengan merasakan apa yang terjadi dalam cerita. Tentu buku itu ku ajukan kepada rekanku itu.
Ia membolak-balik bukunya, lalu bertanya: "Ini Novel?"
"Yap"
Ia tersenyum kecut. Kecuut banget kek mangga belum mateng.
Daripada bagaimana-bagaimana, ku beranikan mulutku bertanya mengapa ia tak sekalipun menyukai novel. Begini jawabnya:
"Novel itu, Wan, meskipun novel biografi, pasti ada bumbu-bumbu penyedapnya. Ada semacam kisah yang digae-gae"
Aku mengangguk-angguk saja. Tanpa membalas ba-bi-bu-ba.
Dan ia pergi.
"Padahal buku ini bagus pakek banget" batinku.
_____