Mohon tunggu...
Affa 88
Affa 88 Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer, Social Activist, Nahdliyin

Ojo Dumeh, Ojo Gumunan, Ojo Kagetan.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Piala Dunia Terbising Sepanjang Sejarah

12 Juni 2010   06:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:35 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

[caption id="attachment_164989" align="alignright" width="300" caption="http://uk.reuters.com/."][/caption] “Suara apa ta iku....aaahhh jadi gak nyaman nontonnya...gak kreatip nie suporternya…”

Demikian salah satu status twitter teman saya dan mungkin beberapa teman di facebook saya yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu di sini tadi malam. Tidak hanya itu, setiap rumah mulai dari warteg hingga rumah gedong di sekeliling rumah saya terdapat bunyi “nguuuuunggg, ngeeeeeenggg, prettttttt…. “. Jadi malam tadi, rumah tangga seluruh dunia pada umumnya ‘memproduksi’ bunyi bising dari suara televisi. Hal ini sudah dapat ditebak karena tadi malam (11/06) perhelatan sepakbola sejagad dibuka dan akan menjadi tontonan menarik selama sebuan ini. Animo masyarakat dunia pada umumnya akan tertuju ke sebuah negara di ujung selatan benua Afrika, Afrika Selatan. Negara Nelson Mandela ini menjadi tuan rumah Piala Dunia 2010. Sebuah kesempatan luar biasa dari dunia sepakbola untuk negara penghasil emas ini yang dimanfaatkan betul diatas sedikit krisis keamanan di sana. Penghargaan menjadi tuan rumah yang hanya menjadi impian warga Indonesia selama ini.

Begitu hebatnya sambutan masyarakat tanah air sampai-sampai hampir tidak ada channel tivi selain RCTI atau Global TV di setiap rumah. Mulai dari pesta ceremonial pukul 19.00 hingga kick off pukul 21.00 WIB, tua muda, besar kecil, pria wanita, kaya miskin rakyat maupun pejabat melirik tayangan langsung dari stadion sarang burng di kota Johannesburg. Fantantis! Demam Piala Dunia telah menyihir setiap manusia dunia mau tidak mau menjadikan bahan obrolan. Di tempat kerja, sekolah, rumah, masjid, warung makan, dunia maya hingga telepon pacar pun tidak akan lepas dari yang namanya worldcup.

Kick off perdana ditandai dengan laga tuan rumah Afrika Selatan melawan Meksiko. Beberapa saat setelah presenter TV berkata : “Baiklah pemirsa, kita langsung menuju Soccer City Stadium pertandingan antara bafana-bafana versus Meksiko.. selamat menyaksikan…” langsung bunyi-bunyi bising menyeruak keseluruh ruangan penonton. Ada yang mengira itu adalah gangguan satelit, ada yang mengutak-atik antenna tivinya, ada yang cemberut, ada yang bertanya kesana kemari, ada yang heran dan ada yang sudah paham itu adalah suara terompet.

Ya, laga tuan rumah tadi malam benar-benar menyita perhatian dunia. Suara bising yang menyelimuti pertandingan menuai banyak keluhan dari para penonton. Sepanjang 90 menit tak henti-hentinya terompet yang notabene milik pendukung tuan rumah berbunyi mengaung di stadion menyebar ke telinga penonton di seluruh dunia.

[caption id="attachment_164991" align="alignleft" width="300" caption="kaskus.us."][/caption]

Vuvuzela. Demikian terompet ini disebut yang juga dikenal dengan nama Lepata, adalah alat berbentuk terompet yang dahulu digunakan suku-suku di Afrika memanggil warga untuk berkumpul. Dalam istilah suku Zulu, Vuvuzela berarti “bising” dan memang bila ditiup maka akan terdengar pekikan tinggi yang menyakitkan telinga. Lalu bayangkan bila ribuan Vuvuzela dibunyikan secara berbarengan. Stadion akan mendengung seperti suara kumpulan ribuan tawon yang sarangnya dihancurkan.

Vuvuzela sebenarnya sudah menjadi buah bibir pada Piala Konfederasi 2009 lalu. Stasiun televisi Eropa yang menyiarkan Piala Konfederasi mengeluh karena laporan mereka tak terdengar di layar televisi, kalah oleh kebisingan Vuvuzela. Repotnya lagi, pekikan Vuvuzela pun ternyata sampai ke lapangan, membuat telinga para pemain sangat terganggu.

Gelandang tim Spanyol, Xabi Alonso mengaku begitu kesal karena tak tahan mendengarnya ketika Spanyol harus dua kali bertemu Afsel di penyisihan grup dan perebutan tempat ketiga Piala Konfederasi 2009.

Pelatih Belanda, Bert Van Marwijk, meski timnya tidak turun di Piala Konfederasi tapi telah menyatakan kekawatiran bakal merasakan hal yang sama di Piala Dunia 2010. Sedangkan Tim Jepang malah sudah secara tegas mendesak FIFA agar Vuvuzela dilarang di Piala Dunia 2010.

Dalam sejarahnya Vuvuzela dibuat dari dari tanduk rusa jantan berbentuk spiral. Seiring perkembangan terompet ini dibuat dengan bahan plastik dan mudah didapatkan. Harganya sekitar 40 hingga 80 rand atau setara dengan 50 hingga 90 ribu Rupiah.

Bagi Fans bola yang nonton langsung Piala Dunia punya risiko kerusakan permanen pada pendengaran mereka aliasbudekakibat terompet tradisional ini, demikian hasil penelitian . Suara keras dari tanduk plastik sama sekali tidak merdu dan suara yang dihasilkan lebih keras dari drum atau gergaji mesin, demikian menurut survei oleh produsen alat bantu dengar, Phonak. Dikatakan, tes telah menunjukkan suara yang dipancarkan oleh vuvuzela adalah setara dengan 127 desibel. Suara dari drum pada 122 desibel, sementara suara peluit wasit 121,8 desibel.

Namun, meskipun complain datang bertubi-tubi permintaan melarang Vuvuzela jelas ditentang warga Afsel. Bagi mereka Vuvuzela merupakan simbol yang sudah mengakar sejak lama, dan tak dapat terpisahkan dari dunia olahraga, terutama sepak bola..

Penolakan Afsel didukung oleh Presiden FIFA Sepp Blatter yang punya alasan untuk tidak menjadikan Vuvuzela sebagai barang haram di Piala Dunia 2010.Menurutnya diskriminasi budaya akan mencederai Piala Dunia jika Vuvuzela dilarang. Karena sesungguhnya terompet Afrika ini tak ubahnya drum Samba di Brasil, dentingan bel sapi Swiss serta tradisi Mexican Wave yang sudah lebih dulu populer di Piala Dunia.

Namun FIFA menegaskan suporter tidak boleh melewati batas aturan. Terompet dilarang keras dibunyikan ketika lagu kebangsaan tengah dinyanyikan. Penonton juga dilarang melemparkan terompet ke lapangan jika kecewa dengan penampilan tim kesayangan mereka.

Vuvuzela memang fenomenal. Sehingga tidak jarang ini menjadi senjata rahasia kesebelasan Afrika Selatan. Tiupan dan dentingan nyaring vuvuzela diharapkan mengganggu konsentrasi lawan.

Bagi telinga orang Indonesia, vuvuzela mungkin tidak enak didengar. Monoton, tidak kreatif seperti ungkapan status teman saya di twitter tadi. Lain dengan supporter bola di Indonesia. Kreatif, inovatif, atraktif dan amazing. Mulai dari atraksi tangan, nyanyian, drum, dan kekompakan menari di tribun.

Lihatlah, ketika timnas merah putih melawan Arab Saudi di laga pamungkas grup Piala Asia 2007. Stadion Gelora Bung Karno membludak pendukung Indonesia. Memerah putih setiap sudut stadion. Dengan dendangan lagu khas beriringan dengan drum yang menawan “Yo ayooo, ayo Indonesia, ku ingin… kita harus menaaang…”

Waaaw. Sayang pemandangan itu “belum” ada di edisi Piala Dunia. Memang benar, Indonesia memiliki asset luar biasa berupa antusiasme dan fanatisme fans sepakbola. Namun, prestasi Timnas dan dukungan Pemerintah terhadap rencana menjadi tuan rumah Worldcup 2022 yang tidak kunjung positif menjadi hambatan tersendiri.

Ok. Kembali ke vuvuzela dan Afrika Selatan. Kini biarlah, vuvuzela mewarnai Piala Dunia kali ini. Seperti kata Sepp Battler, tidak hanya pemain yang beradaptasi melawan goncangan vuvuzela, kita penikmat bola seluruh dunia harus mengenal dan beradaptasi mendengarkan terompet ini.

Dan bagi saya dalam membalas status teman saya : “PIALA DUNIA AFSEL tanpa VUVUZELA, bagai sayur tanpa garam… “

Mari saksikan, Piala Dunia Terbising Sepanjang Sejarah…!!!

Affa_

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun