Mohon tunggu...
Affa 88
Affa 88 Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer, Social Activist, Nahdliyin

Ojo Dumeh, Ojo Gumunan, Ojo Kagetan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kompasiana Modis dan Ngelantur

27 Maret 2010   13:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:09 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

(Cerita dibalik Kompasiana MODIS bulan ini, affa, eh Arez)

Sabtu, 20 Maret 2010 dalam cerahnya pagi dihiasi rasa semangat yang luar biasa, saya bagun pagi dan telat menjalankan shubuh (jam 7.00). *dasar, semangat membawa telat*. Hai itu adalah saat dimana saya akan bertemu dengan penulis-penulis handal yang tergabung dalam kompasiana.com. Pertemuan itu bernama kompasiana monthly discussion (modis).

Waktu itu saya buru-buru mandi, sedikit parfum dan ngaca karena waktu sudah menunjukan pukul 08.30. Secara acara akan digelar pada jam 9.30 dan peserta harus hadir setengah jam sebelum acara dimulai. Saya jalan cepat-cepat menuju garasi, ambil dan starter motor (kantor punya) dan brummm... Dalam perjalanan menuju lokasi yang berada di seputaran Palmerah Selatan tepatnya di Gedung BBJ, saya diliputi rasa penasaran :  "apa yang kulupa yaa...?". Ternyata setelah mencapai perempatan Slipi, perut saya ngomel-ngomel ngajak mampir ke warung makan. Oh, ini yang bikin hati saya kok ngerasa ngga enak mulu. Ah, tanggung nih, keluhku.

Pukul 09.30, saya sampai di parkiran pinggir jalan depan Gedung Kompas Gramedia Selatan. Kepada tukang parkir, (bapak yang biasa berbaju biru langit), saya menanyakan Gedung BBJ yang mana, bapak itu menunjukkan tempatnya. Kemudian saya lihat-lihat sekitar gedung, kok sepi, tampak tak ada gemuruh peserta diskusi (minimal suara sendok dan gelas kopi lah..). Sunyi, dan sepi layaknya gedung yang tertidur dalam akhir minggu karena ditinggal pekerjanya. Lantas dalam bayangan saya menuju Pak Satpam, kali ini saya tanya tentang acara Modis. "Pak, acaranya kompasiana bersama Pak Jakob dimana ya?". Pak Satpam bingung, mikir-mikir dan heran. Dan dia jawab. "wah ngga tahu dhek.. emangnya Pak Jakob mau ke sini.. setahu saya hari ini ada dua pertemuan Cuma bukan sama Pak Jakob." Katanya.

Waduh. Saya jadi tambah mumet ini. Mana perut laper (sambil mengharap ada acara makan-makan di Modis), tak ada temen yang bisa dihubungi (maklum, teman-teman kantor belum ada yang gabung ke Kompasiana), malah jam sudah menunjukan pukul 09.45. Kemudian Pak Satpam menyarankan saya masuk ke ruang informasi dan menanyakan di sana. Informan di lobby yang saya temui juga tak mengetahui kalau ada acara kompasiana (yang bapak itu menyebutnya bagian iklan). Pak informan menyuruh saya menghubungi teman. Dan karena saya sudah kehabisan ide, saya pura-pura sms-an sama temen saya di meja informasi, padahal saya membuka email balasan admin kompasiana. Dan setelah saya baca, Duarrrr... Talapak tangan saya terbang ke kening, alis menciut, bibir cemberut dan keringetan. Ternyata acaranya diselenggarakan tanggal 27 Maret 2010.

Saking malunya saya, saya bilang sama pak informan, pak satpam dan pak tukang parkir, kalau ada mis komunikasi. Padahal saya yang ngelantur.. hufh *dasar, masih ngantuk, abis malamnya begadang...* Saya kemudian pulang dengan pandangan kosong mengiringi kosongnya perut saya yang kali ini sudah ngambek (udah gak laper lagi).

Ternyata baru tahu kalau begadang, ngantuk, dan lapar akan ber-akumulasi menjadi ngelantur. Selama midweek lalu saya mencoba  update terus tab "berita admin" agar saya tidak lupa lagi. Ternyata ada artikel yang berjudul "Kompasiana MODIS Pindah ke Hotel Santika Jakarta".  Wah, ini musti dibaca, diingat, kalau perlu dicatet biar ngga ngelantur lagi. Untung tak ketinggalan.

Sampai pada hari di mana Kompasiana Modis diadakan bersama Pak Jakob Oetama (Pemimpin harian umum KOMPAS dalam membedah KOMPAS menghadapi perubahan media masa kini dan mendatang), saya ulangi apa yang saya lakukan Sabtu pekan lalu. Tapi kali ini agak pagian dikit (jam 06.00-dan kata telat belum dihilangkan dari ibadah shubuh, Astagfirullah...). Kali ini saya tanpa kamera, seperti yang saya sebenarnya bawa minggu lalu. Kali ini permintaan perut saya sudah saya kabulkan. Kali ini mata saya cukup jelas memandang. Kali ini pikiran siap mendengarkan dan memahami ceramah.

Rasa percaya diri, santai dan good thinking ternyata mengikis perasaan-perasaan pengganggu saya selama seminggu lalu ( karena teman kantor saya GT dan failing in love yang tak karuan). Posisi Hotel Santika telah saya temukan, motor meluncur ke basement dan parkir. Kali ini tukang parkir belum ditanya sudah tanya duluan, "mau ke Kompasiana mas...?, di ground ya, ruang seruni..!, "OK Pak...Lanjut!.

Masuk ruangan seruni room, langsung suara-suara minimalis ala sendok beradu dengan gelas kopi memenuhi ruangan. Saya langsung ttd dan ambil nametag and langsung ketemu dengan mas Andi, mas Alfian (Rombongan dari Depok) *sori mas, nama di Kompasiananya belum sempet nanya*. Kemudian duduk bersama Syska Hutagalung dan siap menyimak Pak Jakob membagikan kisahnya. Kisah dimana Pak Jakob berjuang dengan keringat membesarkan dan mempertahankan nama Kompas selama puluhan tahun. Kisah dimana Pak Jakob gemar makan soto. Kisah dimana Pak Jakob hanya menonton satu acara televisi "Suami-suami Takut Istri". Saya luar biasa termangu mendengar rendah hatinya suara hati nan menyentuh jiwa dari the living legend. Tak ada gemerisik, tak ada hape berbunyi, dan tak ada gaduh sama sekali, hanya sesekali percikan kilat flash kamera yang menyala baik itu objeknya Pak Jakob ataupun diri sendiri (narsisme). Pantas saja mas Iskandar dalam status fesbuknya bilang Kompasiana Modis kali ini lancar.

Satu hal yang membanggakan saya sekaligus mengembalikan sifat ngelantur saya adalah ketika pembawa acara menunjuk atau lebih tepatnya memilih saya (karena saya mengalahkan pengacung-pengacung pertanyaan lainnya). Bangga karena saya akhirnya bisa berinteraksi langsung kepada Guru Bangsa. Dan ngelantur karena saya menyinggung nama GT dalam pertanyaan saya. Singkatnya, Pak Jakob meskipun jawabannya singkat, tapi nikmat (didengar). Adalah pertanyaan saya sekaligus mewakili sifat malas saya : "Pak, gimana sih resepnya gemar menulis tapi tidak gemar membaca..?". Beliau bijak sekali menjawab : "dari pengalaman hidup."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun