Mohon tunggu...
Affa 88
Affa 88 Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer, Social Activist, Nahdliyin

Ojo Dumeh, Ojo Gumunan, Ojo Kagetan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Gadget Telah Mengubah Budinya Budi

16 Oktober 2011   06:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:54 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(http://photo.kontan.co.id)

[caption id="" align="alignleft" width="298" caption="(http://photo.kontan.co.id)"][/caption]

Budi, udah malam.. masukin motornya ya..!!”|…| “Budiii… masukin motornya naak..!” |…| “Bud,.. Budiii… Budiiiiiiiiiiiiiiiiiii…” |…|

Si Budi remaja itu sibuk dengan laptop dan headset terpasang di telinganya. Mendengarkan musik kontemporer melalui iphone 4, chatting melalui layanan messenger Blackberry, berkicau dengan mobile twitter dan update status dengan social network Facebook yang menjadi fitur dari gadget-gadget masa kini adalah kesibukan Budi secara rutin pada dua tahun belakangan. Kalau dihitung, dari 24 jam waktu yang disediakan, Budi menghabiskan lima sampai tujuh jam untuk memanjakan nafsunya bersama ‘teman-teman’ pintarnya itu. Budi hanyut dalam euforia gemerlapnya teknologi modern yang senantiasa menyajikan layanan-layanan unik dan menarik. Hampir setiap launching produk sebuah gadget baru, Budi telah mempersiapkan anggaran untuk membelinya. Itulah Budi, 17 tahun, pelajar salah satu SMA di kawasan Jakarta Selatan.

Dengan kehadiran teman-temannya ini, Budi tampil beda dalam kesehariannya. Mulai bangun tidur dan belum sempat beranjak dari tempat tidur, tangannya sudah memegang salah satu gadget andalannya untuk mengecek apakah ada SMS, Chat, Mention, Comment dan sapaan lainnya yang terlewat selama ia tertidur pada malam harinya. Berangkat sekolah, di dalam tasnya berisi laptop kesayangannya yang biasa ia gunakan untuk internetan di sekolah dengan jaringan WiFi. Di sakunya terdapat dua handphone dan satu buah ipod yang ia sambungkan ke telinganya melalui headset.

Budi sedang bercumbu dengan benda-benda elektronik ini. Budi adalah fenomena manusia modern yang tanggap dengan perkembangan teknologi masa kini. Fenomena inilah yang membuat Budi kehilangan jatidiri masa lalunya. Budi yang dulu dikenal sebagai anak penurut, sopan, beradab dan memiliki manajemen waktu yang baik, sekarang menjadi anak yang tidak mampu mengelola waktunya dalam kehidupan sehari-harinya hingga karakternya berubah tidak lagi penurut, tidak lagi sopan, tidak lagi beradab terhadap orang tua, guru, teman, dan masyarakat sekitarnya.

Berulang kali, Budi ditegur oleh guru sekolahnya karena mesra dengan gadget pada saat pelajaran berlangsung. Belum lagi ketika tugas-tugas sekolahnya tidak diselesaikan dengan tuntas karena kecanduan jejaring sosial yang menjiwai gadget-gadget miliknya. Teman-teman bermainnya tidak jarang memarahinya karena ia terlambat menepati janji. Apalagi penyebabnya kalau bukan Budi yang terlalu sibuk dengan mainannya sendiri. Orang tuanya mengaku sudah capek dengan ‘keanehan’ Budi pasca mendapat ;teman-teman’ setianya ini. Prolog di artikel ini menjadi bukti bagaimana ibu Budi begitu getol dengan Budi yang tidak segera menjalankan perintah ibunya. Jangankan menjalankan perintahnya, mendengarnya pun tidak.

Budi adalah cerminan seseorang yang gila gadget namun kehilangan budi pekertinya. Budi menyadari bahwa ia memang berubah. Namun, ia mengaku sulit keluar dari kencanduan gadget seperti ini. Tidak bisa dipungkiri memang, bahwa gadget modern kini telah menyulap segala kesulitan menjadi kemudahan yang banyak membantu pekerjaan manusia. Namun, alangkah bijaknya apabila gadget dipergunakan atau dimiliki sesuai kebutuhan. Tidak berlebihan dan tidak sampai memperbudak kita. Gadget-gadget yang diantaranya diciptakan oleh mendiang Steve Jobs dengan jiwa jejaring sosial yang diciptakan oleh Mark Zuckerberg ditujukan untuk membantu manusia yang semakin sibuk dengan dunia yang komplek.

Oleh karena itu, sangat disayangkan ketika gadget-gadget itu kemudian dialihfungsikan hanya sekadar mencari gengsi dan status sosial belaka. Secara umum, gadget yang telah merambah ke pasar terbesar di dunia yakni Indonesia, membuat orang-orang Indonesia semakin konsumtif. Anehnya tidak sedikit yang menjadi gila karenanya. Budi adalah salah satu contohnya. Budi adalah bagian dari jutaan orang yang tidak bisa mengendalikan nafsunya dengan gadget. Gadget bagi Budi adalah sebuah kewajiban, padahal gadget hanyalah hak. Gadget bagi Budi adalah sebuah unsur utama, padahal hanyalah pelengkap kehidupan.

Budi masa kini tidak lagi berbudi. Budi pekertinya terhadap real sosial telah dimangsa oleh cyber sosial. Sulit mengubah Budi kembali dengan budi-budi luhurnya. Namun, setidaknya tulisan ini telah membuka mindset kita bahwa gadget tidak sepenuhnya membawa manfaat bagi penggunanya. Dan bagi kita, sebelum menjadi seperti Budi, mari belajar hidup tanpa gadget atau dengan gadget yang cukup dengan kebutuhan kita.

(Ibu Budi masuk kamar Budi. Mematikan saklar laptop, mencabut headset dari telinga Budi dan….)

“Aaahh.. Ada apa sih Buk?” | “Kamu denger tadi ibu bilang apa sama kamu, ha?, Masukin motormu itu, ini sudah malam!” | “…”|

/affa88

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun