Mohon tunggu...
Affa 88
Affa 88 Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer, Social Activist, Nahdliyin

Ojo Dumeh, Ojo Gumunan, Ojo Kagetan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Adolf Hitler Meninggal di Surabaya?

10 Maret 2010   03:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:31 1750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Adolf Hitler, seorang dictator Jerman dan Eropa yang kental dengan kekejaman. Ia membinasakan lebih kurang dua juta orang temasuk satu juta orang yahudi dengan pembantaian missal. Dia pulalah yang meniup peluit gendering perang Dunia II. Ada sebuah artikel surat kabar dari"Pikiran Rakyat" (1983) yang ditulis oleh Dokter Sosrohusodotentang pengalamannya bertemu dengan seorang dokter Jerman tua bernama Poch di Pulau Sumbawa Besar pada tahun 1960 sangat menarik untuk dibahas. Mengapa? Artikel tersebut mendapat begitu banyak perhatian orang karena Dokter Sosro terang-terangan menyatakan bahwa dokter Jerman tua yang bertemu dan berbicara dengannya  adalah Adolf Hitler. Dalam pengamatannya dokter Jerman itu tidak bisa berjalan dengan normal dengan menyeret kaki kirinya ketika berjalan. Sedangkan tangan kirinya selalu gemetar. Dan satu hal yang penting bahwa orang itu memiliki kumis seperti Charlie Chaplin dan kepala botak. Kondisi yang sangat mirip dengan Adolf Hitler di usia tuanya, seperti disebutkan dalam semua buku yang menceritakan tentang otobiografi Hitler atau pengakuan Sturmbannführer Heinz Linge (mantan ajudan Hitler). [caption id="attachment_90265" align="alignnone" width="354" caption="sang fuhrer"][/caption] Kalau pemikiran itu benar, Dr Poch dan istrinya adalah Adolf Hitler dan Eva Braun. Ketika Dr Sosro yang lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia berbicara dengan Dr Poch pada tahun 1960 bahwa Poch berusia 71 tahun, persis sejarah mencatat bahwa Hitler lahir pada 20 April 1889. Dr Sosro yang ditugaskan di Pulau Sumbawa Besar ketika ia bekerja di rumah sakit kapal "Hope" melihat Poch sangat misterius, ia tidak memiliki sertifikat Hak Guna Software Dokter sama sekali dan kelihatan ia tidak mengerti masalah medis. Ketika ia pertama kali ditugaskan ke Pulau Sumbawa Besar dan bertemu dengan dokter Jerman tua dan istrinya, kecurigaannya adalah murni kebetulan. Namun kecurigaannya kemudian tumbuh menjadi keyakinan bahwa Dr Poch dan istrinya Hitler dan istrinya Eva Braun. Sehingga perhatian pada literatur tentang Hitler tumbuh besar dan setiap kali dia melihat gambar Hitler semakin dia yakin bahwa Dr Poch adalah Hitler. Ini terjadi pada 1960, dia sudah sejak lama meninggalkan Pulau Sumbawa Besar selama 20 tahun. Singkatnya, suatu hari salah satu keponakannya membawakan 15 edisi 1980 majalah Zaman. Dalam majalah itu, ada sebuah artikel yang ditulis oleh Heinz Linge, mantan ajudan Hitler dengan judul "Real Life Story From The Last Days of a Dictator",yang dalam  halaman 59 Linge menceritakan kisah tentang bunuh diri Hitler dan Eva Braun, yang tubuh mereka kemudian dikremasi. Dalam artikel Linge juga mengatakan tentang kondisi fisik Hitler pada saat itu. Juga artikel Heinz Linge mengatakan bahwa tangan kiri Hitler mulai menderita getaran pada saat pertempuran Stalingrad  (1942 -1943) yang membawa bencana bagi tentara Jerman, dan Hitler menghadapi kesulitan untuk menyembuhkan tremor. Pada akhir artikel Linge menulis bahwa, "Aku senang bahwa makam dan tubuh Hitler tak pernah ditemukan". Dr Sosro kemudian mengingat beberapa percakapan antara dirinya dan Dr Poch ketika ia mengunjungi rumahnya.Ketika dokter tua bertanya tentang pemerintahan Hitler ia memuji itu. Dia juga mengatakan tidak ada yang terjadi di Auschwitz, kamp konsentrasi yang terkenal di mana orang-orang Yahudi terbunuh. Dr Sosro berkata, "ketika saya bertanya tentang kematian Hitler, dia mengatakan bahwa dia tidak tahu karena pada waktu seluruh kota Berlin ada di kekacauan, dan semua orang mencoba melarikan diri dan menyelamatkan diri." Antara percakapan, Dr Poch mengeluh tentang getaran di tangan kirinya. Dr Sosro kemudian memeriksa ulnaris saraf. Tidak ada yang terjadi, hal yang sama ketika ia memeriksa tenggorokan. Dia membuat kesimpulan bahwa Dr Poch hanya menderita parkinson karena dia sudah sangat tua. Apa yang membuat Dr Sosro terkejut adalah ketika ia mengkonfirmasi prediksi bahwa Dr Poch menderita trauma psikologis. Ketika ditanya kapan gejala ini muncul, Dr Poch meminta istrinya dalam bahasa Jerman. Di mana dia menjawab,"Hal ini terjadi ketika tentara Jerman dikalahkan dalam pertempuran di dekat Moskow. Ketika Goebbels memberitahu Anda tentang bahwa Anda memukul meja berulang kali ". Maksudnya Goebbels adalah Joseph Goebbels menteri propaganda Jerman yang dikenal setia dan tertutup untuk Hitler. Istrinya juga menyebut Yesus beberapa kali dengan "Dolf", yang mungkin nama pendek Adolf. Akhirnya, setelah menerima banyak ejekan karena artikel controversial tersebut, kehendak Dr Sosro untuk memecahkan kasus ini semakin berani. Dia mengaku menerima informasi dari Pulau Sumbawa Besar bahwa Dr Poch telah meninggal di Surabaya. Beberapa tahun sebelum ia meninggal istrinya meninggalkannya dan kembali ke Jerman. Dr Poch kemudian menikah lagi dengan Mrs S, seorang wanita sunda dari Bandung Jawa Barat, seorang pegawai kantor pemerintah daerah AA di Pulau Sumbawa Besar. Menurut Dr Sosro untuk menemukan alamat Mrs S yang sudah kembali ke Bandung tidak mudah dilakukan. Namun akhirnya ada seseorang yang bersedia memberikan alamatnya. Dia tinggal di daerah Babakan Ciamis. Pada awalnya Mrs S tidak bersedia terbuka mengenai hal ini. Namun, setelah terus perlahan-lahan membujuk, ia kemudian bersedia untuk berbicara tentang almarhum suaminya. Dia memberikan kepada Dr Sosro semua dokumen tertulis milik suaminya termasuk foto pernikahan mereka, lisensi mengemudi yang tertera sidik jari Dr Poch. Dari Mrs S diketahui bahwa Dr Poch meninggal pada tanggal 15 Januari 1970 pukul 19.30  di Rumah Sakit Karang Menjangan Surabaya karena serangan jantung. Ia dimakamkan keesokan harinya di desa Ngagel. Ia berusia 81 tahun ketika ia meninggal. Salah  satu dokumen tertulis ada satu buku saku usang yang didalamnya ada ratusan nama-nama asing yang tinggal di berbagai negara di seluruh dunia, ada juga tulisan-tulisan tangan yang sulit untuk dibaca. Dalam bagian lain dari buku catatan ada tulisan steno tangan yang hanya ada di Jerman. Meskipun tidak ada nama ditunjukan dalam buku saku ini, namun diyakini milik mendiang suami Mrs S, Dr Poch. Pada sampul buku catatan terdapat 2 kode. KepaD JR tidak. 35.637 dan 35.638,setiap angka yang ditandai dengan simbol biologis laki-laki dan perempuan. Menurutnya, Karena itulah, kemungkinan besar bahwa notebook ini milik dua orang, yang ia percaya yakni Hitler dan Eva Braun. Negara, alamat dan nama yang berjumlah seratus ditulis dalam buku catatan itu. Beberapa negara-negara tersebut adalah Argentina, Italia, Pakistan, Afrika Selatan, dan Tibet.Dalam salah satu halaman ada tulisan jika diterjemahkan berarti: Organisasi buronan. Mr Oppenheim menggantikan Nyonya Kruger. 79 A / 1.Biaya perjalanan ke Amerika Selatan (Argentina). Di notebook juga ada satu nama yang sering disebutkan dalam sejarah mantan buronan Nazi, yang adalah Prof Dr Draganowitch, juga ditulis Draganovic. Dibawah nama Draganovic terdapat tulisan Imigration Delegasi argentina da Europa - Genua Val Albaro 38. Di bawahnya lagi tertulis Vatikan. Dalam halaman lain disebutkan Draganovic, Kroasia, Roma melalui Tomacelli 132. Majalah Intisari pada edisi Oktober 1983 disebutkan tentang alamat Val Albaro dalam sebuah artikel tentang Klaus Klaus Barbie atau Altman mantan anggota Gestapo, polisi rahasia Nazi. Artikel tersebut juga menyebutkan bahwa Draganovic memiliki hubungan dekat dengan Vatikan Roma. Klaus Barbie ia membantu melarikan diri dari Jerman ke Argentina. Pada 1983, Klaus Barbie telah diekstradisi dari Bolivia ke Prancis, negara yang menghukumnya mati pada tahun 1947. "Masih banyak alamat dalam buku ini bahwa saya tidak berhasil memahami relevansinya dengan gerakan Nazi. Aku harus benar-benar hati-hati mengenai hal ini karena melibatkan banyak negara. Aku masih harus bekerja sangat keras untuk menemukan semua koneksi. Aku yakin nama-nama dalam notebook ini adalah buronan Nazi "; kata Dr Sosro. Ia mengaku bahwa ia kesulitan dalam menerjemahkan tulisan tangan normal steno bahasa atau tulisan tangan. Ketika ia meminta bantuan kepada penerbit buku steno Jerman ia menerima jawaban bahwa tulisan tangan steno di notebook Jerman tua yang belum digunakan selama lebih dari enam puluh tahun, sehingga sangat sulit untuk diterjemahkan. Namun, penerbit berjanji untuk menemukannya steno Gabelsberger ahli penerjemah. Kemudian ada balasan dari Jerman ke surat bersama dengan steno terjemahan bahasa Jerman secara berkala. Dr Sosro kemudian menterjemahkan ke bahasa Indonesia. Judul dari tulisan-tulisan dalam catatan lebih atau kurang informasi singkat mengenai masing-masing sekutu dan perburuan oleh otoritas lokal pada tahun 1946 Salzburg, Austria. Dalam buku catatan itu disebutkan, "Kami, saya dan istri saya di Salzburg, 1945". Itu tidak mengatakan secara spesifik siapa "kita". Dalam notebook ini juga disebutkan pasangan tersebut diburu oleh CIC (layanan intelijen Amerika Serikat). Atas dasar itu adalah cerita tentang pasangan yang sudah menikah dikejar & diburu oleh aparat keamanan. Ada banyak singkatan ditulis dalam huruf besar yang menunjukkan rute pelarian kronologis pasangan ini, yang B, S, G, J, B, S, R. "Singkatan ini adalah kebiasaan Hitler ketika dia membuat catatan, sama persis seperti yang saya pernah membaca literatur lain ", kata Dr Sosro. Rute penyelamatan diri ini ditafsirkan oleh Dr Sosro sebagai; B (Berlin), S (Salzburg), G (Graz), J (Jugoslavia), B (Beograd), S (Sarajevo), R (Roma). Dr Sosro menjelaskan bahwa Roma adalah kota Eropa terakhir di rute penyelamatan diri. Setelah itu, mereka melarikan diri dari benua ke tempat terpencil yang bernama Besar Sumbawa Island, Indonesia. Dia mengutip salah satu tulisan steno di notebook: "Pada hari pertama Desember kami harus meninggalkan R untuk menerima surat paspor, dan kami berhasil meninggalkan Eropa". Dr Sosro berkata, Ini sama dengan data yang ditemukan di Dr Poch paspor yang menyebutkan bahwa paspor dengan nomor 2624/51 diberikan di Roma. Notebook juga memiliki ratusan alamat, dengan nama Draganovic terhubung ke Roma. Ia menjelaskan  tentang Berlin dan Salzburg dengan mengutip dari majalah Zaman edisi 14 Mei 1984. Dikatakan, sejarah mencatat bahwa pada tahun 1945, sebuah pesawat yang membawa surat-surat rahasia Hitler itu jatuh di timur Jerman. "Ini juga menunjukkan rute pelarian mereka. Sedangkan yang disebutkan oleh Dr Sosro sebagai istri kedua Dr Poch? Dia mengatakan kepada Dr Sosro bahwa suatu hari ia melihat suaminya mencukur kumisnya seperti kumis Hitler.Ketika ia bertanya tentang hal itu, suaminya berkata kepadanya bahwa dia adalah Hitler dan berkata, "Jangan bilang siapa-siapa". Setelah membaca dan mendengarkan penjelasan Dr Sosro, ada sedikit hubungan antara satu sama lain. Namun masih terdapat banyak pertanyaan yang perlu ditanyakan kepadanya. Dr Sosro bahkan sudah membuat semacam buku disertasi yang menceritakan semua pendapatnya tentang Hitler dilengkapi dengan beberapa foto yang ia dapatkan dari Mrs S. Buku ini juga menceritakan pengalaman pribadinya setelah ia lulus dari Fakultas Kedokteran di Universitas Indonesia sampai dia ditugaskan di Bima, Kupang dan Sumbawa Besar. Dia telah mengusulkan karyanya untuk banyak penerbit tetapi masih belum menerima jawaban. "Saya tidak berniat melakukan ini semua karya-karya ini,saya hanya ingin menunjukkan bahwa Hitler meninggal di Indonesia",ujarnya tegas. Dr Sosro bukan satu-satunya orang yang memiliki teori tentang Hitler kabur dari Jerman ke negara lain, ada juga beberapa orang di dunia ini yang telah memberitahukan hal ini kepada media massa. Ada perubahan teori ini ada, karena ketika Hitler dan Eva Braun meninggal pada tahun 1945, tidak ada mayat yang dapat digunakan sebagai bukti. Ini adalah pekerjaan bagi para ahli di bidang ini untuk mengungkap segala sesuatu termasuk dokumen-dokumen legalitas yang dimiliki oleh Dr Sosrohusodo, Nyonya S dan makam di Ngagel yang disebut sebagai makam Dr Poch. Mungkin ahli forensik dapat memberikan penjelasan dengan melakukan penelitian DNA pada tulang. Itu semua kembali ke niat baik dari semua pihak. Sumber :

  • Harian "Pikiran Rakyat" edisi 24 Februari 1994
  • Majalah "Zaman" edisi No.15 tahun 1980
  • Majalah "Zaman" edisi 14 Mei tahun 1984
  • Majalah "Intisari" edisi bulan Oktober tahun 1983

Disadur dari berbagai sumber lainnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun