Nilai Dasar Pergerakan PMII melihat konflik Black Lives Matter sampai Palestine Lives Matter.
Melihat konflik-konflik di atas, bagi warga pergerakan yang berpegang teguh pada nilai-nilai serta rumusan dari Nilai Dasar Pergerakan (NDP) PMII, bahwasanya NDP merupakan tali pengikat (kalimatun sawa’) antara warga pergerakan dalam ranah perjuangan, mulai dari melawan yang namanya penindasan, kekerasan, ketidakadilan, serta tindakan yang tidak bermoral lainnya.
NDP adalah nilai-nilai mendasar yang merupakan sublimasi dari nilai-nilai keIslaman dan keIndonesiaan, yang menjunjung tinggi kemerdekaan, persamaan, keadilan, toleransi serta kedamaian, dalam keberagaman suku, agama, ras, adat serta budaya, dengan dibaluti kerangka pemahaman ahlussunnah wal jama’ah.
Dalam NDP juga terdapat rumusan nilai-nilai, yaitu Tauhid, Habl Minallah, Habl Minannaas, dan Habl Minal alam. Kita sebagai umat muslim pasti sudah tidak asing lagi dengan rumusan di atas, karena seringkali kita jumpai di Masjid, entah saat khotbah ataupun ceramah. Rumusan nilai-nilai tersebut harus kita jalani dan amalkan secara bersamaan, tanpa mendahului yang lain. Dengan kata lain harus seiring atau berimbang.
Berdasarkan rumusan NDP, analisis konflik atas Israel dan Palestina, Black Lives Matter sampai Papua Lives Matter dengan menggunakan pendekatan dari Habl Minannaas dalam rumusan NDP.
Dapat dikatakan bahwa, kita harus melakukan kebaikan dan menjaga kerukunan sesama manusia. Karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan interaksi dan bantuan dari manusia yang lain. Oleh karena itu, dalam Islam dan juga NDP menjunjung tinggi yang namanya perilaku baik bagi sesama manusia, dengan kata lain rumusan NDP yang lain harus dijalankan dengan seimbang. Kalau Habl Minallah adalah hubungan vertikal antara Manusia dengan Allah, maka Habl Minannaas adalah hubungan horizontal antara Manusia dan Manusia lainnya. Begitu pula dengan Habl Minal alam merupakan hubungan Manusia dengan alam.
Penutup
Berdasarkan rumusan NDP yang dalam hal ini Habl Minannaas, perlu kita ketahui bahwa apa yang kita lakukan semata-mata untuk saling melindungi sesama manusia dengan menolak segala tindakan yang tidak bermoral, apalagi hingga memakan korban jiwa. Merujuk kembali pendapat dari Seneca, tentang Homo Homini Socius: "Manusia adalah teman bagi sesamanya."
Nah, jangan sampai kita salah mengartikan maksud dari Seneca, karena pada dasarnya seringkali kita hanya peduli pada orang ataupun sekelompok orang yang kita anggap sejalan dengan kita. Jangan sampai teriakan keadilan dan perlawanan kita hanya untuk agama, ras atau kelompok tertentu. Tapi teriaklah atas nama Kemanusiaan.
Saya jadi ingat filosofi dari Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi, atau sering dikenal dengan Sam Ratulangi. Beliau menanamkan slogan bagi masyarakat Sulawesi Utara dengan istilah “Sitou Timou Tumou Tou” yang artinya “Manusia baru dapat disebut sebagai manusia, jika sudah dapat memanusiakan manusia”.
Presiden negara Turki juga pernah mengatakan, "Tidak perlu menjadi Muslim untuk membela Palestina, cukup menjadi manusia." Ini merupakan kaitan erat dengan pancasila.