Mohon tunggu...
Afen Sena
Afen Sena Mohon Tunggu... Guru - Dr, IAP, FRAeS

Anak muda dari kampung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Eling Brur...

8 Februari 2019   03:16 Diperbarui: 8 Februari 2019   03:53 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahagia adalah berbuat baik bukan mencampuri urusan orang lain. Pantas WHO mengatakan tingkat depresi di Indonesia akan meningkat dua kali lipat di tahun 2020. Keinginan masyarakat Indonesia untuk mencampuri urusan orang lain sungguh kronis dan susah disembuhkan.

Lalu, apakah mengurusi urusan orang lain ini membuat kita bahagia? Jawabannya tidak. Orang tua-tua pernah bilang "Agar bahagia kau tidak boleh ikut campur urusan orang lain." Alasannya sederhana ketika kau mencampuri urusan orang lain, kau akan lupa urusanmu sendiri. Kita cenderung melihat kuman di seberang lautan daripada gajah di pelupuk mata. Kita melihat ketidaksempurnaan orang lain dan memperbaikinya. Jika kita yang tidak sempurna, maka kita akan menyalahkan orang lain sebagai penyebab ketidaksempurnaan kita. Hasilnya kita terus menyalahkan orang lain tanpa memperbaiki diri. Perilaku mencampuri urusan orang lain ini sebaiknya dikurangi.

Namun demikian kebahagian juga tak lepas dari pengaruh orang lain. Berbagai penelitian mengungkapkan beberapa ciri orang yang bahagia. Orang yang bahagia hubungan sosialnya lebih baik daripada orang yang tidak bahagia. Orang yang bahagia lebih banyak bersyukur daripada orang yang tidak bahagia. Dan yang terpenting semakin banyak orang membantu orang maka semakin bahagia dia.

Sebuah kenyataan sebgaimana perush orang tua bagaimana hubungan perilaku kebaikan dengan kebahagian mengemukakan bahwa orang yang berbuat baik pada orang lain cenderung lebih bahagia daripada orang yang tidak membantu orang lain. 

Sementara itu ketika seorang bahagia dia tidak hanya berpikir untuk berbuat baik tetapi juga melakukan hal baik. Kenyataan ini jelas mengungkapkan bahwa orang bahagia akan selalu berbuat baik seperti membantu bukan malah mencampuri urusan orang lain.

Kenyataan tersebut juga mengungkapkan bahwa ketika seseorang menyadari dia telah banyak berbuat baik, maka dia meningkatkan harapan untuk lebih banyak berbuat baik, menyadari dirinya orang baik, dan lebih banyak melakukan hal baik. 

Hal tersebut membuat dia lebih positif melihat hidupnya dan membuat dia lebih bahagia. Kebaikan adalah sebuah kekuatan yang mempengaruhi kesejahteraan manusia. Kebaikan membuat hubungan sosial dan kepribadian yang baik dan tentu saja membuat seseorang bahagia.

Lalu apakah kamu sekarang tidak bahagia? Coba diingat kamu seringnya membantu atau mencampuri urusan orang lain. Menasehati dan bahkan mengolok-olok orang lain . Membuat status menyindir atau membagi status aneh. Menghina tampilan orang asing yang aneh atau tersenyum padanya. Bisa jadi kamu enggak bahagia karena selama ini kamu selalu mencampuri urusan orang lain dan tidak pernah berbuat kebaikan. Eling brur.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun