[caption caption="Ridwan kamil walikota bandung. Foto: Detik.com"][/caption]Salah satu moment yang paling ditunggi dipanggung politik Indonesia minggu depan adalah keputusan Ridwan Kamil dalam memperebutkan Kursi DKI 1. Sebagaimana yang sampaikannya setelah bertemu Ahok dan Gubernur Ganjar beberapa hari yang lalu di Jakarta bahwa keputusannya maju atau tidak akan di umumkan pada hari Senin depan (29 Feb 2016).
Yang menarik setelah pertemuan tersebut, Ridwan Kamil terkesan ragu untuk maju. Apakah ada pembicaraan khusus soal calon-mencalonkan atau hal lain, hanya mereka bertiga yang tahu.
Sebagai orang yang cerdas, Ridwan kamil pasti sangat realistis dan mengukur diri apakah dia bisa bersaing dengan Ahok memiliki elektabilitas tinggi dan dengan status incumbent. Ridwan kamil harusnya tahu bahwa bertarung melawan incumbent sangatlah berat. Melihat sepak terjang ahok memperbaiki Jakarta, serta kepintaran Ahok memanfaatkan moment dan isu-isu yang membuat Ahok menjadi media darling. Disamping itu Ahok masih punya sejuta jurus ampuh sebagai incumben. (Baca)
Melihat situasi tersebut, rasanya akan sulit bagi Ridwan Kamil untuk bersaing, meskipun diprediksi bakal dapat menjadi batu sandungan bagi ahok. Tapi itu hampir mustahil kecuali sesuatu yang luar biasa terjadi dalam pemerintahan Ahok, seperti Ahok ditangkap KPK atau Ahok memang dijadikan tersangka dalam kasus UPS seperti yang didengung-dengungkan haji Lulung.Â
Partai Gerindra adalah salah satu partai yang tertarik untuk mengusung Ridwan Kamil. Gerindra sangat yakin dapat mengalahkan Ahok karena berpengalaman dalam Pilbres 2014 yang lalu dalam mendokrak suara untuk Prabowo secara signifikan dan hampir mengalahkan Jokowi. Gerinda tentu sudah siap dengan jurus-jurus jitunya dengan tim sukses yang berpengalaman untuk membalaskan sakit hati pada Ahok.
Tapi Ridwan Kamil sepertinya sadar bahwa pertarungan antara Jokowi dan Prabowo tidak sama dengan memperebutkan kursi DKI 1 saat ini. Pertarungan Prabowo dan Jokowi adalah pertarungan yang seimbang karena tidak satupun yang menjadi incumbent. Disamping itu, Prabowo sudah jauh-jauh hari mendeklarasikan diri akan maju menjadi presiden, sehingga wajar dapat menyaingi Jokowi.
Saat ini posisi Ahok sedang berada diatas angin. Ibarat lomba lari, dia sudah berlari terlebih dahulu dibandingkan para pesaing. Celakanya lagi, ini bagaikan perlombaan di kandang sendiri bagi ahok dimana 50% (elektabilitas) rakyat Jakarta menjadi supporter. Â
Keraguan Ridwan Kamil adalah sebuah hal yang wajar dan beralasan. Jika Ridwan Kamil tetap maju, risikonya terlalu besar untuk karir politiknya yang sedang naik daun di Kota Bandung dan Ridwan Kamil saat ini sedang menjadi trendsetter politik generasi baru bersama-sama Ibu Risma di Surabaya, Gubernur Ganjar dan juga Ahok.
"Kalau gagal ke Jakarta pasti ga bisa balik lagi. Malu atuh,"Â ucap Ridwan Kamil ketika diwawancarai media kemaren, 26 Februari 2016 ketika ditanya apakah akan balik ke Bandung jika Gagal di jakarta. Jika itu terjadi, maka karir politik kang emil berada di ujung tanduk dan sangat disayang karena Ridwan Kamil sangat di cintai warga Kota Bandung.
Namun begitulah seharusnya berpolitik, santun dan memiliki rasa malu.
Sebaiknya Ridwan Kamil bertahan di Kota Bandung untuk memajukan Kota Bandung dan setelah itu maju menjadi gubernur Jabar. Demikian juga dengan Ibu Risma di Surabaya yang bersiap-siap untuk menjadi gubernur Jatim.