Secara Fitrah Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan manusia lain dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Setiap individu memiliki kelompok yang terdiri dari banyak individu. Setiap individu tentu memiliki kecendrungan masing-masing yang berbeda. Dengan perbedaan tersebut memungkinkan adanyan keberagaman. Keberaganman adalah suatu realitas yang akan terus ada sampai kiamat tiba. Tidak ada manusia yang benar-benar sama, bahkan bayi yang kembar sekalipun memiliki perbedaan dan kecendrungan masing-masing.
 Dalam tataran kelompok kita bisa menemukan berbagai perbedaan sifat, Kharakter dari berbagai individu. Setiap kelompok biasanya memiliki tujuan kenapa hadirnya suatu kelompok, bahkan ketika akan berdirinya suatu kelompok tersebut. Dengan adanya kepentingan kelompok, biasanya berbagai individu bersama-sama mencari solusi dari suatu perkara untuk mencapai mufakat dengan dinamika yang tersediri. Dinamika yang ada tentu beraneka ragam pula, tergantung orang-orang yang ada di kelompok. Bisa jadi membutuhkan waktu yang singkat dengan suatu permasalahan dan juga sebaliknya. Suatu masalah yang sama jika diberikan kepada kelompok yang berbeda memungkinkan memiliki waktu dan cara yang berbeda untuk mencapai kesepakatan.
Sebagai kaum terpelajar dengan bidang keilmuan beranekaragam yang menjadi bagian untuk mendiskusikan suatu perkara dari berbagai perspektif yang ada. Dengan berbagai pertimbangan dan melihat realitas yang ada. Sehingga menghasilkan solusi yang kongkrit. Namun dalam proses perjalanan mencapai kesepakatan biasanya memilki hambatan sebagaimana yang saya singguh di atas, bahwa dengan sifat dan karakter kita sebagai manusia yang berbeda. Baik sifat yang baik atu buruk yang ada pada masing-masing individu.
Biasa kita mendengar bagaimana kaum terpelajar atau mahasiwa berbicara dengan berbagai teori yang mungkin didapat dari membaca buku atau diskusi. Berbagai teori yang dikonsumsi, mulai dari hal yang sederhana sampai yang kompleks. Bagaimana teori dipaparkan dengan bahasa ilmiah yang enak didengar. Namun dalam perjalanannya tentu tidak serta merta hanya karena ingin menyampaikan pendapat. Beberapa indikasi yang mungkin terjadi pada setiap individu yang menyampaikan aspirasi. Dari cara penyampain kemudian sifat yang diperlihatkan memungkinkan kita bisa menebak apa yang menjadi niat dari seseorang tersebut.
Tak jarang dalam forum untuk mencapai kata sepakat, ada saja orang yang bersikekeh dengan pendapatnya sendiri seakan tanpa menghiraukan orang-orang yang ada di sekitarnya. Pada kondisi yang seperti ini kita bisa melihat seseorang tersebut berbicara atas idealis atau cendrung egois agat pendapatnya bisa disepakati bersama. Kemungkinan pendapat yang ia sampaikan jika disepakati akan merugikan orang lain dan menguntungkan bagi diri sendiri. Maka orang-orang yang egois berkedok idealis seperti ini agar kita bersama bisa mengingatkan agar sadar. Walau kadang apa yang kita sampaikan tak dihiraukan karena memang ia adalah seorang yang sangat egois.
Maka apa yang penulis sampaikan di awal tadi tentang kemerdekaan individi dan kemerdekaan kelompok, bahwa setiap individi dibatasi dengan kemerdekaan kelompok jika berada pada tataran kelompok. Jangankan untuk yang jelas-jelas ingin pedapatanya di dengar, untuk orang-orang yang mengemukaan pendapat secara baikpun ada batasan. Dengan batasan tersebut membuagt kita mempertimbangkan dampak tershadap sesama.
Maka untuk orang-orang yang merasa menyampaikan ide,gagasan, yang paling pintar dan paling idealis. Mari sedikit menelaah dan sadarlah, sesungguhnya kamu belum  benar-benar sadar dalam keadaan itu dan berbenahlah sebelum semakin parah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H