Fragmen tanaman, seperti kulit pohon, biji, buah, serasah, dan kayu, sering diproses oleh ahli forensik. Analisis makromorfologi dan mikromorfologi digunakan untuk mengidentifikasi ciri-ciri yang dapat memberikan petunjuk forensik. Selain itu, teknologi seperti pengurutan DNA dan spektroskopi dapat menjadi alat tambahan untuk karakterisasi bukti botani.
Ekologi Tumbuhan Forensik:
Pengetahuan tentang vegetasi, ekologi komunitas tumbuhan, dan perubahan yang terjadi pada siklus pertumbuhan dapat membantu menentukan tanggal kejadian. Perubahan kuantitatif dan kualitatif dalam kumpulan spesies tumbuhan dapat menjadi bioindikator lingkungan dan memberikan petunjuk forensik yang relevan.
Mikologi Forensik:
Jamur memiliki peran khusus dalam memberikan bukti forensik. Mereka dapat digunakan sebagai indikator lokasi pemakaman dan waktu kematian. Spora jamur memiliki potensi besar sebagai bukti forensik karena mudah tersebar dan dapat memberikan informasi krusial selama proses pengadilan.
Penutup:
Botani forensik merupakan ilmu interdisipliner yang berkembang pesat dalam memberikan bukti biologis yang signifikan dalam sistem peradilan. Dengan penggunaan teknologi modern dan pemahaman mendalam tentang tumbuhan, bukti botani dapat menjadi elemen penting dalam memecahkan kasus-kasus kriminal.
Sumber :
Kasprzyk, I., 2023. Forensic botany: who?, how?, where?, when?. Science & Justice. https://doi.org/10.1016/j.scijus.2023.01.002
Zavada, M.S., McGraw, S.M. and Miller, M.A., 2007. The role of clothing fabrics as passive pollen collectors in the northeastern United States. Grana, 46(4), pp.285-291. https://doi.org/10.1080/00173130701780104.
Purvis, O.W., Williamson, B.J., Spiro, B., Udachin, V., Mikhailova, I.N. and Dolgopolova, A., 2013. Lichen monitoring as a potential tool in environmental forensics: case study of the Cu smelter and former mining town of Karabash, Russia. Geological Society, London, Special Publications, 384(1), pp.133-146. https://doi.org/10.1144/SP384.6.