Mohon tunggu...
AJ
AJ Mohon Tunggu... Lainnya - Tanpa Jeda

Palung Kata-Kata

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Jendela Kamar

31 Oktober 2022   00:13 Diperbarui: 31 Oktober 2022   00:21 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebatang lilin yang ditinggal kelam
Dalam pekatnya rona ia menyala
Meski redup sinarnya
Ia tetap setia menemani malam yang usang

Sayangnya,
Perempuan itu hilang dinihari sehabis hujan dan angin pergi
Memutuskan berjalan ke langit aksara
Menghadap waktu yang pura-pura membisu
Kecapi dalam suara sunyi menyendiri

Ia hanya meninggalkan jejak-jejak desir
Menjelma angin tuk menghapus langkahnya
Kepada malam ia kabarkan
Bila sang lilin tak lagi mampu bersinar

Ia pulang dinihari ketika lilin belum mampu padam
Dari jubah pengembaraan yang terbakar
Dibiarkannya ricik air diserap api
Kepada tubuh yang telah lama menanti

Jakarta, 31 Oktober 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun