Mohon tunggu...
Afdal (King Adoll)
Afdal (King Adoll) Mohon Tunggu... -

Responde Ergo Sum...\r\nadollism091@blogspot.com-accountanism.wordpress.com-Philosophia Institute-Universitas Fajar

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Jelang Indonesia Vs Turkmenistan: Filosofi Sepak Bola Indonesia Apa Ya?

26 Juli 2011   07:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:22 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tujuan bermain sepak bola adalah mencetak gol ke gawang lawan. Coba bayangkan bagaimana sekiranya ke 22 pemain antara Indonesia dan Turkmenistan semuanya menendang bola langsung ke gawang lawannya untuk mencotek gol, betapa hancurnya permainan sepak bola itu. Tapi ternyata bukan hal itu yang dipraktekkan, namun untuk mencapai tujuan tersebut masing kesebelasan memilih filosofi tersendiri untuk mencetak gol.

Nah Indonesia, kira-kira selama ini menggunakan filosofi apa dalam pola sepak bolanya. Hal ini akan dibahas lewat tinjauan aspek politik, sejarah, ekonomi, sosial budaya dan hukum.

Politik

Kisruh dalam kepengurusan PSSI baru saja mulai menemukan lorong solusi yang entah mengarah ke ruangan prestasi atau keterpurukan. Langkah awal terhadap sepak bola Tim Nasional Indonesia yang diambil oleh Djohar Arifin selaku Ketum Umum PSSI adalah memecat pelatih terdahulu, Alfred Riedl dan menggantinya dengan Wim Rijsbergen. Alasan pemecatan tentu saja bukan karena gaya permainan atau prestasi dari Alfred Riedl. Penunjukkan Wim pun diyakini oleh banyak kalangan bukan karena gaya permainan.

Naturalisasi pemain menjadi hal yang paling menonjol dalam sepak bola Indonesia saat ini. Pemain naturalisasi berasal dari berbagai negara yang memiliki karakteristik berbeda. Pemain naturalisasi ini tentu saja membawa pengaruh dalam gaya permainan dalam Tim Nasional Indonesia.

Sejarah

Dalam sejarah persepakbolaan Indonesia, terjadi perubahan terhadap pola formasi favorit dalam menyusun posisi pemain. Sebelumnya Indonesia sangat menyukai pola pertahanan dengan 3 central bek tanpa bek sayap namun belakangan berubah meniru pola sepak bola eropa dengan 2 central bek yang dibantu 2 bek sayap. Mungkin ketika sepak bola di Eropa atau Amerika Latin tidak menempatkan bek karena semua ingin menyerang maka itu juga akan di ikuti.

Ekonomi

Banyak pemain-pemain di Eropa dan Amerika Latin memilih untuk tidak memperkuat negaranya karena ingin beristirahat demi permaianan sepak bolanya ke depan. Meskipun kompensasinya begitu besar, namun mereka tidak begitu tergiur. Indonesia selalu memberikan bonus yang sangat besar terhadap pemain yang ikut dalam Tim Nasional Indonesia. Pengaruhnya apa, MUNGKIN karena motif ekonomi menjadi motivasi maka pemain pun berlomba-lomba untuk bisa membela tim Garuda. Sehingga, pola permainan tidak begitu penting, asalkan dapat bonus. Sebagai contoh, perbandingan bonus pemain Malaysia yang dijanjikan akan mendapat 100jt jika menjadi Juara Piala AFF sedangkan Tim Nasional Indonesia sudah mendapatkan 2,5 miliar setelah memastikan masuk final dan jika juara ditambah lagi 3 miliar

Sosila Budaya

Karakteristik pemain-pemain Indonesia begitu kental di saat bermain di LSI atau LPI. Namun, dalam level Tim Nasional Indonesia, masih jauh dari harapan. Permainan yang terkenal cepat, keras, ngotot dan enak ditonton jarang terlihat di Tim Nasional Indonesia. Banyak yang bercanda bahwa karakter permainan Indonesia sebenarnya menyerang, menyerang lawan dan wasit dengan pukulan.

Hukum

Hukum di Indonesia begitu mudah dibeli. Sebuah proses yang sangat sering menjadi perbincangan dalam persepakbolaan Indonesia. Mulai dari permasalah pemberian kartu, sanksi main tanpa penonton, maupun isu jual beli tempat di liga yang lebih tinggi dan lain-lain. Hal ini tentu saja memberikan efek terhadap pola permainan yang akan menghalalkan segala cara tanpa memandang sisi disiplin dalam sepakbola.

Apakah pembaca sudah menemukan filosofi permainan sepak bola Indonesia? Kalau belum, hal itu sama dengan penulis yang tidak mampu mengurai filosofi permainan sepakbola Indonesia yang selama ini dipraktekkan dengan mempertimbangkan berbagai sudut pandang di atas. Apapun permainannya yang penting menang!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun