Mohon tunggu...
Politik

Serentak tapi Tak Sama (Pilkada 2018)

29 November 2017   15:31 Diperbarui: 29 November 2017   15:37 810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pilkada serentak 2018, tentu adalah "Sub-Pemilu Nasional 2019", dimana hasil Pilkada serentak 2018 ini menjadi tolak ukur pada PILPRES 2019 nantinya. Riuh riang suara teriakan demokrasi diseluruh Indonesia. Gimana tidak 171 Daerah akan menggelar pilkada yang diadakan serentak nantinya pada tanggal 27 Juni 2018.

Pilkada serentak tahun 2018 pastinya lebih besar daripada Pilkada sebelumnya. Dimana sebanyak 171 daerah akan berpartisipasi pada ajang pemilihan kepala daerah tahun depan. Dari 171 daerah tersebut, ada 17 provinsi, 39 kota, dan 115 kabupaten yang akan menyelenggarakan Pilkada di 2018, beberapa provinsi diantaranya adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Papua.

Akan tetapi dimana ada demokrasi pasti ada banyak kepala yang memiliki pikiran yang dapat disampaikan, yang juga rawan munculnya masalah. Resiko umum berupa bencana alam, seperti banjir, gunung meletus, cuaca buruk dan kondisi geografis. Seperti baru-baru ini di Bali dan NTB yang terkena dampak meletusnya gunung meletus.

Kerawanan lain yang dapat muncul yakni konflik akibat politik uang, seperti yang kita tau banyak sekali balon (bakal calon) pilkada melakukan segala cara untuk memenangkan dirinya, salah satunya hal tersebut. Yang mereka incar adalah pemilih muda, orang-orang yang pertama kali memilih untuk tahun ini. Mereka yang pertama kali ikut terlibat pemilihan dimanfaatkan untuk memilih salah satu balon , dengan iming iming uang.

Selanjutnya konflik akibat kampanye, ini selalu saja terjadi. Dimana isu SARA yang biasa dilemparkan. Sepeti kasus pada PILKADA Jakarta yang menyeret salah satu calon. Selain itu para simpatisan masing-masing calon juga rawan menimbulkan konflik, dimana simpatisan ini saling membully satu sama lain, sehingga muncul kebencian diantara mereka.

Kelompok kepentingan juga tidak menutup kemungkinan bisa menimbuilkan konflik dalam pilkada 2018 ini, dimana kelompok ini terindikasi memilki kepentingan asing untuk membuat instabilitas negara kita, karena POLITIK adalah salah satu cara efektif untuk membuat suatu negara hancur. Sepeti yang kita ketahui di PAPUA sedang hangat hangatnya KKB (kelompok kriminal bersenjata) dan kelompok yang menginginkan PAPUA untuk lepas dari Indonesia. Selain itu kelompok PA (Presidium Alumni) 212 yang kemarin terlibat dalam pilkada Jakarta, sedang gencar-gencarnya menggelar aksi, tak menutup kemungkinan untuk menggoyangkan stabilitas dan jalannya PILKADA 2018.

Oleh sebab itu hendaknya kita sebagai masayarakat Indonesia, lebih berpikir cerdas dalam menghadapi setiap isu, jangan mudah untuk termakan isu isu yang dapat memecah belah kita satu sama lain. Terutama untuk pemuda pemudi Indonesia tetaplah jaga semangat kalian, jangan terpengaruh oleh kelompok kepentingan yang ingin menghancurkan masa depan kita, masa depan bangsa kita. Pilkada 2018 adalah langkah awal kita untuk indonesia yang lebih baik kedepannya.

JANGAN BIARKAN SEMANGAT KEBANGSAAN KITA LUNTUR AKIBAT ULAH MEREKA YANG TAK BERTANGGUNG JAWAB

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun