Tembakau merupakan salah satu komoditas dalam negeri yang jumlahnya sangat berlimpah. Data yang diambil dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa pada tahun 2016 produksi tembakau di Indonesia dari sektor perkebunan besar dan rakyat mencapai hampir 200 ribu ton per-tahun. Tak heran, negara kita menjadi salah satu eksportir kebutuhan tembakau untuk negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Ukraina.
Berkaca pada besarnya produksi tembakau dalam negeri, para peneliti tanah air telah menemukan fakta bahwa senyawa aktif dalam tembakau mampu menghambat pertumbuhan jamur di kulit manusia. Hal tersebut, tembakau memiliki banyak komponen biokimia aktif selain tar dan nikotin yang memiliki kemampuan antimikroba sehingga sangat potensial untuk dikembangkan lebih lanjut. Jamur yang dimaksud adalah jenis Candida albicans yang dapat mengakibatkan penyakit kandidiasis yang cukup berbahaya dampaknya pada tubuh manusia.
Menurut deskripsi yang dimuat dalam situs Alodokter.com, Candidiasis atau kandidiasis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur Candida albicans yang biasanya terjadi di kulit, mulut, dan kelamin. Jika tidak ditangani, infeksi dari jamur ini bisa menyebar ke organ vital tubuh, seperti usus, ginjal, jantung, dan otak. Gejala yang muncul akibat infeksi jamur ini cukup beragam, tergantung lokasi infeksinya. Kandidiasis yang menginfeksi mulut (oral thrush) akan memunculkan gejala berupa bercak putih kekuningan di mulut dan bagian dalam rongga mulut dan nyeri saat menelan. Candidiasis vulvovaginal yang menginfeksi vagina dapat menimbulkan gejala berupa rasa gatal yang ekstrem hingga pembengkakan di bagian luar vagina. Sementara itu, infeksi jamur ini di kulit akan menimbulkan gejala berupa ruam di lipatan kulit hingga kulit melepuh dan bernanah jika terdapat infeksi sekunder oleh bakteri.
Para peneliti telah melakukan analisis terhadap kandungan senyawa aktif pada minyak atsiri yang diekstrak dari daun tembakau dengan metode destilasi uap menggunakan alat GC-MS. Minyak atsiri dari ekstrak daun tembakau dengan nama ilmiah Nicotiana tabaccum L. mengandung total 39 jenis komponen minyak atsiri dengan 16 buah senyawa aktif yang mendominasi, di antaranya adalah neofitadiena (13,19%), hexadecanoic acid,methyl ester (CAS) (5,11), 17-Octadecenoic acid,methyl ester (CAS) (18,67%), Eicosamethylcyclo decasiloxan (3,15%), Dibenzo[A,H] cyclotetradecene,2 (2,02%), Cyclonona siloxane, octadecamp (5,26%), 1H-Purin-6-amine, [(2-fluorophenyl)methyl] (4,90%), dan komponen senyawa volatil lainnya.
Dari berbagai senyawa tersebut, terdapat dua buah senyawa yang memiliki peran kombinasi dalam mencegah perkembangan jamur, yaitu salanon dan neofitadiena. Salanon adalah senyawa alkaloid yang memiliki peran dapat melubangi membran sel jamur sehingga membuat sel menjadi lemah. Sementara itu, neofitadiena merupakan senyawa golongan diterpen yang mampu menghambat sintesis gliserol pada membran sel yang merupakan komponen penting penyusun sterol untuk membangun dinding sel Candidia albicans. Adanya kombinasi dari dua senyawa ini terbukti mampu menghambat pertumbuhan koloni jamur di kulit manusia.
Secara garis besar, langkah dan metode yang dilakukan para peneliti terkait topik ini cukup sederhana. Hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan sampel bagian dari tembakau yang akan diekstrak. Dalam pustaka yang ada, peneliti menggunakan bagian daun dari tembakau jenis kasturi yang banyak dibudidayakan oleh petani di daerah Kalisat, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Sebelum diekstraksi, daun tembakau terlebih dahulu dijemur di bawah terik matahari untuk menurunkan kadar airnya selama 6 hingga 7 hari. Selanjutnya, daun akan dipotong kecil-kecil dan dimasukkan ke dalam tangki destilasi yang berisi akuades sejumlah berat daun tembakau. Kemudian, dilakukan pemanasan selama 5 – 6 jam untuk memperoleh minyak atsiri daun tembakau. Setelah dimurnikan, ekstrak yang diperoleh akan disimpan dalam botol tertutup rapat di lemari pendingin untuk mencegah kerusakan.
Percobaan yang dilakukan adalah dengan meletakkan kertas cakram yang telah dilapisi ekstrak minyak atsiri tembakau ke cawan petri yang berisi media dan kultur jamur Candida albicans dan diamati setelah proses inkubasi selama 24 jam. Hasil yang diperoleh sangat mengejutkan, karena semua sampel uji menunjukkan kemampuan dalam menghambat pertumbuhan jamur. Hal tersebut dibuktikan dengan terbentuknya zona jernih di sekitar kertas cakram. Hasil lain yang diperoleh adalah konsentrasi minyak atsiri yang ditambahkan berbanding lurus dengan efektivitas penghambatan pertumbuhan jamur Candidia albicans, sehingga semakin tinggi konsentrasi minyak atsiri akan memberikan dampak penghambatan pertumbuhan jamur yang semakin signifikan.
Temuan fakta baru terkait kemampuan senyawa aktif dalam minyak atsiri tembakau sebagai antimikroba perlu dikembangkan lebih lanjut oleh para peneliti di bidang terkait. Di antaranya adalah pemanfaatan secara lebih advance hingga bisa diproduksi obat berupa salep kulit atau semacamnya yang dapat membantu proses penyembuhan orang yang menderita kandidiasis. Adanya temuan manfaat daun tembakau ke ranah yang lebih bermanfaat ini perlu dikembangkan lebih lanjut agar semakin tercipta diversifikasi produk olahan tembakau yang semakin beragam dan dalam jangka panjang bisa membantu meningkatkan kesejahteraan para petani tembakau di Indonesia sebagai negara agraris dengan salah satu komoditas utamanya yang berupa tembakau.
Referensi :
Alodokter. (2022). https://www.alodokter.com/candidiasis
Andayani, A., Ari Susilowati dan Artini Pangastuti. (2014). Anti Candida Minyak Atsiri Lengkuas Putih (Alpinia galangal) terhadap Candida albicans Penyebab Candidiasis secara In Vitro. ISSN : 2339 – 1901. Vol. 2 (2) : 1 – 9.