[caption id="attachment_309120" align="alignnone" width="710" caption="Sumber : Aniesbaswedan.com"][/caption]
Anies Baswedan dan Mahfud MD adalah dua tokoh bangsa yang laik dikagumi. Keduanya memiliki catatan prestasi ulung. Anies adalah rektor termuda tingkat nasional dan salah satu tokoh muda Islam berpengaruh di dunia, sementara Mahfud adalah guru besar tercepat dalam usia muda dan Mantan Ketua Mahkamah Konsitusi (MK) yang berani menegakkan terobosan hukum di institusi yang dinahkodainya.
Dalam perjalanan karier, Anies dan Mahfud juga telah menunjukkan ketauladanan dan inspirasi kemanusiaan yang mencerahkan dan menyejukkan, untuk menjadi referensi berpikir dan bersikap. Patriotisme dan nasionalisme kebangsaan mereka berdua pun membanggakan, karena Anies dan Mahfud senantiasa berjuang dan berkomitmen dalam membangun rasa kecintaan kepada bangsa serta mendorong persatuan dan kesatuan Indonesia.
Selain itu, intelektualitas Anies dan Mahfud dalam menggagas jawaban serta menggerakkan kebaikan, menjadi stimulus sprit dan optimisme baru dalam kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan nasional. Kehadiran mereka tak dipungkiri telah menjadi pembaharu perspektif, bersikap, dan jiwa kepemimpinan bagi generasi Indonesia.
Saya sempat bersua berulang kali dengan Anies. Di Universitas Paramadina, saya berdiskusi hangat dengan beliau di ruan kerjanya yang tidak begitu luas. Saya juga bersinggungan dengan beliau di Kelas Indonesia Mengajar Profesional dan turut bergabung dengan Relawan Turun Tangan. Dalam acara Konvensi Nasional Akuntansi (KNA) Ikatan Akuntan Indonesia 2012 saya juga turut merasakan gelegar optimisme gagasan-gagasan kebangsaan yang beliau impikan dan antusias dia perjuangkan.
Sementara Mahfud saya beberapa kali melihatnya memimpin persidangan di Mahkamah Konsitusi (MK) dalam uji materi tentang Akuntan Publik. Kesakralan dan kemuliaan persidangan MK begitu terasa ketika beliau memimpin sidang, ketegasan personal beliau juga kerap kali ditunjukkan dalam ruang sidang tersebut. Ketika menghadiri acara Konvensi Nasional Akuntansi (KNA) Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Mahfud pun diberi kesempatan sebagai narasumber dengan tema penataan sistem hukum dan perundangan dalam membangun budaya good governance.
Dalam kontentasi Pemilihan Presiden 2014, keduanya memilih dua kutub politik yang berbeda. Anies memilih pasangan Jokowi-Kalla, sementara Mahfud berada bersama duet Prabowo-Hatta. Anies menjadi salah satu juru bicara Jokowi-Kalla sementara Mahfud MD menjadi Ketua Tim Pemenangan Prabowo Hatta.
Tak ada yang salah dalam sikap politik tersebut, karena keputusan tersebut adalah hak yang tak bisa diganggu gugat dan tentu sudah dipertimbangkan secara cakap, bijak dan matang oleh keduanya. Saya bisa memahami pilihan Anies untuk turut terlibat dalam suka dan rela kepada pasangan Jokowi-Kalla, karena menilai keduanya bisa mewujudkan kebijakan yang meningkatkan kualitas manusia Indonesia dan berkepastian hukum masyarakat.
Saya pun mafhum jika kemudian Mahfud lebih berpihak kepada Prabowo-Hatta karena menilai mereka lebih memiliki visi dan platform jelas untuk membawa Indonesia bermartabat, mandiri dan sejahtera (Sumber: Inilah.com). Mahfud juga menganggap Indonesia telah salah urus dan membutuhkan pemimpin nasionalis, tegas, peduli dengan aset nasional, dan tidak takut dengan intervensi asing. (Sumber: detik.com)
Jikalau ada yang harus disayangkan akhirnya dari pilihan politik tersebut, adalah kecenderungan tidak sehat dalam praktik politik keberpihakan Anies dan Mahfud. Mereka mulai menyerang dan menjatuhkan kandidat kompetitor secara sporadis dan massif, baik di forum resmi maupun dalam bentuk pernyataan di media massa. Sesuatu yang seharusnya tidak perlu dilakukan dan menjadi berlebihan apabila dilakukan oleh kedua tokoh sekelas beliau.
Tak eloknya pula, karena pernyataan mereka sudah mulai di luar konteks, tidak fokus dan keluar dari substansi masalah, disebabkan sudah menyentuh ranah pribadi dari sang capres atau yang diasosiasikan dengan sang capres.
Anies misalnya mengatakan ada yang difoto tampak gagah sekali, tapi ternyata tidak punya nyali sehingga mengajak orang-orang tidak [lagi] terpesona dengan foto (Sumber: Kompas.com). Di lain kesempatan, Anies juga mengatakan Prabowo adalah pemimpin yang ambisius memburu kekuasaan dengan mengeluarkan belanja iklan besar-besar untuk mengampanyekan diri menjadi presiden (Sumber: Mata Najwa).
Sementara Mahfud MD malah memperbolehkan aksi negative campaign untuk memenangkan Prabowo sebagai Pilpres (sumber: Merdeka.com). Dia juga menyerang Jokowi dengan mengatakan yang bersangkutan tidak siap memimpin Indonesia, karena tidak pernah mengemukakan gagasan tentang Indonesia masa depan (Sumber: Mata Najwa). Mahfud menjatuhkan pula duet Jokowi-JK dengan mengatakan pemimpin tidak boleh hanya senyum-senyum tidak jelas dan [sebaiknya] lebih mendukung pemimpin yang rupawan sebagaimana disampaikan tim kampanyenya.
Dari kedua tokoh tersebut, sebenarnya kita amat berharap sebuah kesalehan berpolitik. Kita menginginkan melihat dan memperoleh ketauladanan-ketauladanan dari Anies dan Mahfud dalam memenangkan kandidat yang didukungnya. Tabiat Anies dan Mahfud tidak hanya akan menjadi hikmah, namun juga inspirasi dalam membangun proses berdemokrasi yang berkualitas di negara Indonesia tercinta.
Kita menyayangkan bila intelektualitas dan ketokohan Anies dan Mahfud kemudian tercederai dalam proses Politik Pilpres kali ini. Implikasinya tidak sebatas nama baik bersangkutan, namun juga tren peradaban berpolitikan Indonesia kedepan serta kecerdasan emosional generasi kepemimpinan bangsa di masa depan. Kita pasti sama-sama sepakat, bahwa meraih kemenangan tidak serta merta dengan menghalalkan segala cara.
Salam Perkawanan
Afandi Fatriah Mansyur
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H