Berkuasanya Belanda di Indonesia selama 350 tahun, membuat banyak peninggalan-peninggalan yang masih tersisa dan bisa kita lihat sampai sekarang ini. Salah satu peninggalan Belanda yang masih bisa kita lihat sampai sekarang ini adalah Pabrik Gula.Â
Dahulu, Belanda banyak membangun Pabrik Gula yang tersebar hampir diseluruh Pulau Jawa, karena pada saat itu gula adalah salah satu komoditas ekspor terbesar hindia belanda dan juga maraknya Culturstelsel atau tanam paksa membuat pemerintah atau pun para pengusaha Belanda mendirikan berbagai pabrik gula di Pulau Jawa.
Salah satu Pabrik Gula terbesar yang dimiliki Belanda pada saat itu adalah Pabrik Gula Jatibarang atau Suiberfabriek Djatibarang. Pabrik yang beralamatkan di Jalan Raya Jatibarang - Slawi, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah ini merupakan satu diantara tiga pabrik gula yang berada di Kabupaten Brebes.Â
Pabrik Gula yang didirikan pada tahun 1842 bersamaan dengan didirikanya Pabrik Gula Adiwerna di Ujungrusi, Kabupaten Tegal, oleh Otto Carel Holmberg yang bekerjasama dengan Perusahaan NV Mij tot Exploitatie der Suiker Onderneming, termasuk dalam komoditas Culturstelsel yang mana produksi gula di Pabrik Gula Jaitbarang termasuk dalam gula konsumsi dengan jenis proses sulfitasi.Â
Pabrik Gula Jatibarang ini menggerakan mesin-mesinya menggunakan uap yang dihasilkan dari pemanasan air di stasiun ketel. Karena produksi gulanya yang cukup besar setiap tahunnya, membuat pendirinya  Otto Carel Holmberg, membangun dua pabrik gula lainya di Kabupaten Brebes yaitu Pabrik Gula Banjaratma dan Pabrik Gula Kersana dimana jalur kereta lori Pabrik Gula Jatibarang yang digunakan untuk mengakut tebu ini juga terhubung dengan dua pabrik gula tersebut.Â
Hal ini menjadi bagian penting dalam sejarah perindustrian gula dan perkebunan tebu di dunia kala itu, karena Brebes pernah menjadi pengekspor tebu nomer 1 di dunia saat itu, yang membuat pengaruh dalam pembentukan budaya indis bagi masyarakat sekitar pabrik gula yaitu percampuran antara budaya lokal (pribumi) dengan budaya eropa.Â
Pabrik Gula Jatibarang sendiri merupakan salah satu pabrik gula dengan fasilitas yang cukup lengkap dimana pabrik ini mempunyai Mbesaran yaitu rumah dinas yang ditempati oleh Administrator besarta para keluarganya sejak masa pemerintahan Belanda sampai saat  penyerahan Pabrik Gula Jatibarang dari Pemerintahan Belanda kepada Pemerintahan RI di tahun 1957.
Namun pada tahun 2009 rumah Mbesaran ini tidak lagi dijadikan sebagai Rumah Dinas Administrator yang kamudian diubah dan disulap menjadi tempat wisata pada tahun 2010, selain itu juga terdapat Stasiun Remise.Â
Stasiun Remise adalah  Stasiun yang berada di dalam kawasan Pabrik Gula Jatibarang yang digunakan sebagai tempat menyimpan atau garasi kereta-kerata uap yang ada di sana.Â
Bangunan yang masih berdiri kokoh dari dulu hingga sampai saat ini, konon sejarahnya merupakan salah satu bangunan Stasiun Remise yang terbesar dan termegah dibanding dengan milik Pabrik Gula lain yang ada di dunia, yang mana arsitek bangunan stasiun remise ini hanya ada dua di dunia yaitu di PG Jatibarang, dan di Rusia. Â