Ini merupakan sebuah pengalaman yang sangat berharga buat saya dalam mendedikasikan diri di dunia kepenulisan. Jadi pada tanggal 3 November 2021, saya seperti biasa membuat artikel di Kompasiana. Saya menggunakan salah satu artikel dengan tema tertentu sebagai sumber penulisan artikel saya.Â
Karena informasi dari artikel tersebut cocok, maka saya langsung membuat artikel tersebut menggunakan versi saya. Versi saya yang dimaksud ini adalah menggunakan kata-kata dan bahasa saya sendiri.Â
Akhirnya artikel versi saya selesai dan saya langsung tayangkan di Kompasiana tanpa pengecekan ulang. Setelah itu saya langsung tutup desktop Google Chrome dan meninggalkan aktivitas lainnya.
Kebiasaan baru saya ketika menulis di Kompasiana adalah mengecek artikel saya di pagi hari sebelum beraktivitas. Saya menganggap bahwa artikel saya cukup menarik, pastinya memiliki banyak notifikasi. Namun kali ini hanya ada dua notifikasi saja.Â
Akhirnya saya cek, lalu saya menemukan adanya teguran bahwa artikel yang saya buat sebelumnya terindikasi plagiat. Saya kaget dong, lalu mencoba crosscheck menggunakan cek plagiarisme online.Â
Ternyata memang terindikasi plagiarisme. Namun anehnya, plagiarisme yang terdeteksi bukan sumber yang saya jadikan acuan tapi dari sumber yang lainnya.
Langsung deh pikiran saya kemana-mana. Mencoba mencari alasan yang tepat mengapa artikel saya bisa dianggap plagiat sumber yang lain. Padahal hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Menurut saya aman-aman saja menulis sebuah artikel tanpa melakukan pengecekan plagiarisme asalkan menggunakan bahasa saya sendiri.Â
Setelah saya pikirkan mungkin inilah alasan yang masuk akal bagi saya. Mungkin alasan saya terdeteksi plagiarisme adalah secara kebetulan ada banyak kata-kata atau bahasa yang saya gunakan mirip dengan sumber artikel tersebut yang menyebabkan terjadinya plagiarisme.
Intinya, pengalaman ini menjadi pelajaran bagi saya.Â
Saya menyadari bahwa saya terlalu menyepelekan soal sangat pentingnya mengecek plagiarisme sebuah artikel. Hanya karena membuat artikel dengan kata-kata sendiri, bukan berarti bebas plagiarisme. Walaupun menurut saya kemungkinannya sangat kecil terjadi, namun buktinya hal ini bisa terjadi.Â
Rasanya saya sedang menerapkan pepatah sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya ia terjatuh juga. Akhirnya saya tahu rasa sakitnya tupai yang gagal melompat. Hahaha.