Mohon tunggu...
Aqiella Fadia Rizqi
Aqiella Fadia Rizqi Mohon Tunggu... Freelancer - Imperfect Zero Waste Fighter

Bumi, yang kuat ya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dibalik 'The Power of Kepepet'

4 Januari 2017   14:13 Diperbarui: 4 Januari 2017   14:20 791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak orang sepakat jika “suatu pekerjaan harus dikerjakan dengan matang-matang, sehingga pengerjaan jauh-jauh hari dapat memberi hasil yang memuaskan dan maksimal”. Sebaliknya, tidak sedikit pula yang menilai mengerjakan sesuatu di ambang akhir (dateline)adalah hal yang mengasyikkan sekaligus menantang.

Malahan banyak orang yang mengaku jika mengerjakan tugas -yang batas akhirnya seminggu misal, dan ia mengerjakan 4 atau 5 hari sebelumnya, ia cenderung malas-malasan dan setengah-setengah “tugas bikin esai minimal 15 halaman, ini udah dapet 9 halaman, lanjut besok ah” ternyata besoknya ada agenda sehingga tertunda lusa, ternyata lusa udah lupa. Inget-inget tugasnya H-1 dikumpulin (H-1 jam maksudnya). Sedangkan apa yang ia tuliskan beberapa hari yang lalu itu muncul dengan sendirinya dan sekarang mau dilanjut jadi gak nyambung. 

Sehingga hanya ada tiga kemungkinan besar, yaitu ‘tetap melanjutkan dan mengumpulkan hasil beberapa hari lalu + H-1 jam’ dan ‘ngumpulin apa adanya, nilai seikhlas dosennya (udah buntu)’ atau yang terakhir ‘gausah kumpulin. Udah pesimis dari awal (ngerasa hasilnya gak mutu)’. Sehingga menjadi dateliner adalah hal yang paling cocok untuknya. Tugas yang belum diapa-apain, dalam sekejap dapat terselesaikan dengan bantuan kreatifitas. (baca juga : Hargai Diri Lahirkan Kreatifitas)

ziliun.com
ziliun.com
Namun... alangkah indahnya jika ‘kepepet’ disini tidak di salah artikan dan selanjutnya disalahkan karena hasil yang tidak memuaskan.

Kepepet adalah kondisi yang sebenarnya bisa lo ciptakan setiap hari.
Kepepet adalah mindset yang lo bentuk di diri lo sendiri.
Ziliun.com

Jaya Setiabudi, seorang pengusaha yang juga menuliskan buku berjudul ‘The Power of Kepepet’ dan jadi best seller, beliau percaya kalau seseorang akan termotivasi melalui 2 hal, iming-iming impian atau kondisi kepepet. Tapi setelah ditelusuri, beliau menemukan bahwa kebanyakan manusia itu mayoritas termotivasi karena kepepet. Kondisi kepepet membuat seseorang tidak punya pilihan selain mencari jalan keluar.

store.yukbisnis.com
store.yukbisnis.com
Namun, kita tak perlu sampai mengalami kondisi kepepet sebenarnya, tapi bisa menciptakan kondisi seolah-olah dalam keadaaan kepepet. Dengan begitu, seseorang akan terpacu untuk tergerak untuk maju.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun