Banyak orang sepakat jika “suatu pekerjaan harus dikerjakan dengan matang-matang, sehingga pengerjaan jauh-jauh hari dapat memberi hasil yang memuaskan dan maksimal”. Sebaliknya, tidak sedikit pula yang menilai mengerjakan sesuatu di ambang akhir (dateline)adalah hal yang mengasyikkan sekaligus menantang.
Malahan banyak orang yang mengaku jika mengerjakan tugas -yang batas akhirnya seminggu misal, dan ia mengerjakan 4 atau 5 hari sebelumnya, ia cenderung malas-malasan dan setengah-setengah “tugas bikin esai minimal 15 halaman, ini udah dapet 9 halaman, lanjut besok ah” ternyata besoknya ada agenda sehingga tertunda lusa, ternyata lusa udah lupa. Inget-inget tugasnya H-1 dikumpulin (H-1 jam maksudnya). Sedangkan apa yang ia tuliskan beberapa hari yang lalu itu muncul dengan sendirinya dan sekarang mau dilanjut jadi gak nyambung.
Sehingga hanya ada tiga kemungkinan besar, yaitu ‘tetap melanjutkan dan mengumpulkan hasil beberapa hari lalu + H-1 jam’ dan ‘ngumpulin apa adanya, nilai seikhlas dosennya (udah buntu)’ atau yang terakhir ‘gausah kumpulin. Udah pesimis dari awal (ngerasa hasilnya gak mutu)’. Sehingga menjadi dateliner adalah hal yang paling cocok untuknya. Tugas yang belum diapa-apain, dalam sekejap dapat terselesaikan dengan bantuan kreatifitas. (baca juga : Hargai Diri Lahirkan Kreatifitas)
Kepepet adalah kondisi yang sebenarnya bisa lo ciptakan setiap hari.
Kepepet adalah mindset yang lo bentuk di diri lo sendiri.
Ziliun.com
Jaya Setiabudi, seorang pengusaha yang juga menuliskan buku berjudul ‘The Power of Kepepet’ dan jadi best seller, beliau percaya kalau seseorang akan termotivasi melalui 2 hal, iming-iming impian atau kondisi kepepet. Tapi setelah ditelusuri, beliau menemukan bahwa kebanyakan manusia itu mayoritas termotivasi karena kepepet. Kondisi kepepet membuat seseorang tidak punya pilihan selain mencari jalan keluar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H